Di Luwu, ACT Beli GKP di Atas dari Harga Umum

  • Bagikan

BELOPA — Program WSP di Luwu di bawa naungan ACT Kabupaten Luwu. Pendamping petani. Ny. Ir. Hamsiah dan Kordinator Wilayah Hj. Hartawati Andi Djelling.

Saat ini, WSP mengelola sawah 10 ha. Masing-masing petani mendapatkan bantuan biaya Rp10 juta, SDH 15 juta. Dikembalikan saat panen selesai. Dengan jumlah yang sama. “TDK ada bunga,” tandas Brigjen TNI (Purn) Muslimin Akib, SE, MM.

Selain itu, GKP dibeli oleh ACT dengan harga di atas dari harga umum. Selain itu, gabah diolah menjadi beras yang kemudian diberikan secara gratis ke beberapa pesantren Tafidz Quran. Seperti yabg telah dilaksanakan kemarin .

Luas sawah produktif yang dikelolah saat ini baru 10 ha. Target 100 ha. ACT menyiapkan bibit unggul. Kemudian bimbingan dari Prof Hariyadi, ahli rekayasa genetik yang berkedudukan di Karang Duren Pakisaji, Kabupaten Malang. Disertai Pendamping dari Penyuluh lokal.

Luwu merupakan cadangan sumber logistik untuk Indonesia Timur. Dengan luas lahan sawah 30.074,3 ha. Jika dirata- ratakan 9 atau 8 ton /ha. Maka Luwu ke depan akan menjadi Lumbung beras, dan bukan lumbung padi.

Persyaratannya adalah pengelolaan sawah yang prosedural , mengikuti kaidah dari pemerintah. Dalam hal ini sesuai dengan tupoksinya adalah dinas pertanian terkait.

BAGI BERAS

Pelaksana Program Wakaf Sawah Produktif (WSP) Global Wakaf ACT Luwu melakukan kegiatan Jumat Berqah ke beberapa Ponpes Tahfiz Qur’an dipimpin oleh Brigjen TNI (Pur) Muslimin Akib SE, MM.

“Kami dari Pelaksana Program Wakaf Sawah Produktif ( WSP) Global Wakaf ACT Luwu melakukan kegiatan Jumat Berqah ke beberapa Ponpes Tahfiz Qur’an,” ujar Brigjen TNI (Pur) Muslimin Akib SE, MM, Sabtu 8 Januari 2022.

Di ponpes, WSP membagikan beras gratis dari hasil budidaya padi parietas HMS 700 oleh petani binaan ACT sendiri.

Ada sembilan ponpes yang mendapatkan bantuan beras gratis. Yakni, Ponpes Azzakiah, At Tibyan, Al Firdaus, Wahdah, Hidayatullah. Kemudian Babassa’adah, Nurul Yaqin, Ponpes Sabilul Muttaqien, dan Ponpes Darul Istiqomah.

Ini bertujuan memberi edukasi kepada para petani utamanya pemahaman tentang pentingnya Zakat pertanian sesuai syariah islam sebagai bekal di ahir nanti.

“Masalah zakat pertanian juga penting,” terangnya. “Saya sendiri baru tau setelah bergabung di WSP bahwa ketentuan zakat pertanian sesuai syariah itu adalah di keluarkan 10℅ untuk sawah yang pengairannya bagus,” ujarnya.

“Kemudian 5℅ bagi sawah yg tadah hujan atau pengairannya tidak baik,” kuncinya.

Untuk diketahui, program WSP di Luwu di bawa naungan ACT Kabupaten Luwu. Pendamping petani. Ny. Ir. Hamsiah. Kordinator Wilayah Hj. Hartawati Andi Djelling.

Saat ini, WSP mengelola sawah 10 ha. Masing-masing petani mendapatkan bantuan biaya Rp10 juta SDH 15 juta. Dikembalikan saat panen selesai. Dengan jumlah yang sama. “TDK ada bunga,” tandasnya.
GKP dibeli oleh ACT dengan harga diatas dari harga umum.

Selanjutnya, gabah diolah menjadi beras yang kemudian diberikan secara gratis ke beberapa pesantren Tafidz Quran. Seperti yabg telah dilaksanakan kemarin .

Luas sawah produktif yang dikelolah saat ini baru 10 ha. Target 100 ha. ACT menyiapkan bibit unggul, bimbingan dari Prof Hariyadi, ahli rekayasa genetik yang berkedudukan di Karang Duren Pakisaji Kabupaten Malang. Disertai Pendamping dari Penyuluh lokal.

Luwu merupakan cadangan sumber logistik untuk Indonesia Timur. Dengan luas lahan sawah 30.074,3 ha. Jika dirata- ratakan 9 atau 8 Ton /ha. Maka Luwu ke depan akan menjadi Lumbung beras, dan bukan lumbung padi.

Persyaratannya adalah pengelolaan sawah yang prosedural , mengikuti kaidah dari pemerintah. Dalam hal ini sesuai dengan tupoksinya adalah dinas pertanian terkait.(rls)

 

  • Bagikan

Exit mobile version