Tampilkan Kerajinan Lokal yang Mulai Terlupakan

  • Bagikan

* Bazar Pekan Budaya Tana Luwu di Lapangan Gaspa

Pekan Budaya Tana Luwu (PBTL) telah dimulai, Senin 17 Januari 2022, kemarin. Ditandai dengan kirab sejumlah anak suku Kedatuan Luwu. Selain kirab, juga dibuka bazar UMKM di Lapangan Gaspa.

Idris Prasetiawan, Palopo

Salah satu stand UMKM yang unik di Bazar Pekan Budaya Tana Luwu adalah stand Silkway. Dikelola oleh Andi Maharani asal Desa Puty, Kec. Bua, Kab. Luwu.

Di dalam stand-nya yang berada di bawah tenda merah Kemensos, Opu Rani, sapaan akrabnya menjual pelbagai kerajinan tangan lokal dari sejumlah suku-suku di Sulsel. Mulai dari kain tenun sutra, manik-manik, kurungan ayam, tirai bambu, bubut ikan, bubut udang, dan yang paling unik ada juga dijual alat membuat Dange’ (makanan khas Tana Luwu dari bahan dasar sagu halus) yang bernama Pandangeang.

Kepada Palopo Pos yang diwawancara sebelum waktu Salat Ashar, Senin 17 Januari 2022, kemarin, Opu Rani, mengungkapkan, Pandangeang ini sudah banyak orang yang tidak tahu, dan sudah jarang dijumpai.

Untuk membuat alat Pandanegang ini membutuhkan keahlian tersendiri. “Pandangeang ini saya dapatkan di Dusun Padang, Desa Puty, Kec. Bua. Dibuat oleh Nek Sampe,” ungkapnya.

Untuk membuat Pandangeang ini dibutuhkan material tanah liat yang khusus. Yakni, tidak kasar, dan memiliki tekstur yang lembut.
“Banyak yang mencoba membuat, tetapi gagal. Kualitas tanahnya tidak sama,” sebutnya.

Ia menyebutkan motivasi dirinya mengumpulkan barang-barang kerajinan lokal ini adalah mengembalikan semua yang hampir punah terlupakan, agar dapat diproduksi kembali.

“Barang-barang kerajinan ini mempunyai nilai sejarah, histori yang kaya. Ini yang saya ingin kembalikan secara global dari nilai-nilai leluhur kita,” jelasnya.

Selain Pandangeang, di stand milik Opu Rani, juga dijual dapur yang dibuat dari tanah liat. Namanya Dapo’-dapo’.
Ia dapatkan Dapo’-dapo’ini dari Mamasa, Kab. Sulbar, sewaktu ia berjalan-jalan ke sana.

Ia mengaku sudah menekuni kegiatan seperti ini sejak 37 tahun silam. Hanya, saja keterbatasan modal, sehingga ia hanya bisa mengumpulkan sedikit demi sedikit kerajinan leluhur yang mulai terlupakan. (*)

  • Bagikan

Exit mobile version