* Dinkes Berdalih karena DBD
TASIKMALAYA — Seorang siswa asal Purbaratu, Tasikmalaya meninggal dunia usai beberapa hari menerima vaksinasi covid-19. Sebelumnya dia mendapatkan vaksinasi pada Sabtu (15/1) di sekolah. Sebelum meninggal, anak berusia 10 tahun tersebut mengalami demam.
“Hari Sabtu anak itu terlihat baik-baik saja. Saya melihatnya bersepeda,” kata Abud, tetangga korban seperti dikutip Detik, Selasa (18/1).
Sementara itu, Nanang paman korban, juga membenarkan bahwa pada Sabtu kondisi anak tersebut terlihat baik-baik saja. Dia pergi ke sekolah untuk mendapatkan vaksinasi dan sepulang sekolah bermain seperti biasa.
“Sabtu malam dia mulai merasakan demam. Kemudian Minggu malam dibawa ke rumah sakit. Senin malam meninggal dunia,” kata Nanang.
Pihak keluarga, kata Nanang, diberitahukan oleh tim medis bahwa sang anak meninggal dunia akibat demam berdarah.
“Ditangani oleh 4 dokter, semua menyatakan meninggal akibat DBD. Memang saya melihat di tangannya ada bintik-bintik merah,” kata Nanang.
Kabar mengenai meninggalnya anak tersebut usai mendapatkan vaksinasi menyebar di lingkungannya. Warga sempat bertanya-tanya alasan sebenarnya sang anak meninggal. Hal ini lantaran tak ada kasus demam berdarah di lingkungan rumahnya selama ini.
“Lingkungan kami selama ini belum ada kejadian kasus DBD. Makanya heran mengapa tiba-tiba disebut meninggal akibat DBD,” kata Abud, tetangga korban tersebut.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Uus Supangat mengatakan bahwa kejadian itu bukan merupakan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) murni. Melainkan sebuah kasus yang tergolong KIPI koinsiden.
“Bukan KIPI murni, tapi dalam istilah medis dinamakan KIPI koinsiden. Jadi ini adalah KIPI yang terjadi karena ada penyakit yang mendasarinya,” kata Uus, Senin (17/1) malam.
Dia menambahkan KIPI koinsiden ini berarti fatalitas atau penyebab utama kematian bukan karena imunisasi atau vaksinasi yang diterima oleh pasien.
“Jadi fatalitasnya belum bisa dipastikan karena imunisasi,” kata Uus.
Uus menjelaskan saat datang ke rumah sakit, korban dalam kondisi kejang dan terjadi penurunan kesadaran. Kondisinya terus memburuk sebelum akhirnya meninggal dunia.
“Setelah kejadian kami menggelar rapat dengan tim dokter. Tim KIPI, dokter anak, dokter ICU dan lainnya,” kata Uus.
Mereka menyimpulkan bahwa kejadian ini adalah kasus Expanded Dengue Syndrome (EDS), sebuah penyakit yang disebabkan infeksi virus dengue. Dia mengatakan konklusi medis itu diambil atau disimpulkan merujuk kepada hasil tes demam berdarah NS1 yang menunjukkan hasil positif.
“Fatalitas disebabkan oleh expanded dengue,” kata Uus.(int/idr)