Stok Solar Terbatas, Kendaraan Sampai Bermalam di SPBU

  • Bagikan

* Hanya Dijatah 8 KL Setiap Hari

PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, PALOPO — Stok solar terbatas di sejumlah SPBU di Tana Luwu. Hanya dijatah 8 KL setiap hari. Jika masuk pagi, jelang sore sudah ludes.
Seperti yang disampaikan Andi, pengelola SPBU Binturu, Kota Palopo.

Pihaknya hanya dijatah 8 KL dari Terminal BBM Karang-karangan.
Setiap harinya BBM Solar dan Pertalite masuk sekira pukul 09.00 Wita. Jelang sore sekira pukul 15.00 Wita, sudah habis. Ia sudah melakukan pengusulan penambahan kuota, tetapi yang diberikan hanya 8 KL.

Ia mengaku, kendaraan yang mengisi solar rata-rata truk dari luar daerah. Bahkan ada yang sampai bermalam di SPBU menunggu solar masuk di pagi hari.

Hal senada juga dikatakan Pengelola SPBU Sampoddo, Masdin Masse. Ia mengungkapkan, daerah Selatan hingga Makassar memang ada kabar Solar langka. Sehingga, truk-truk ekspedisi dari arah Makassar tujuan Sulteng atau Sultra, mengisi di SPBU di wilayah Kota Palopo atau sekitarnya. Karena hanya SPBU di wilayah Tana Luwu saja yang masih tersedia Solar. Mungkin karena dekat dengan Terminal BBM Karang-karangan.

Di SPBU Sampoddo, kata Masdin, pihaknya juga hanya dijatah 8 KL Solar dan Pertalite setiap hari. Namun, dalam sepekan, pihaknya juga menerima kadang sampai 16 KL. Hanya saja, tidak menentuk kapan harinya. “Yang jelas dalam sepekan itu, kami (SPBU Sampoddo) ada dikasi kuota tambahan sampai 16 KL. itu tidak tiap hari,” ujarnya saat ditemui di kantornya di kawasan SPBU Sampoddo, Rabu 9 Maret 2022.

Dengan adanya kelangkaan Solar di wilayah Selatan hingga Makassar, kata Masdin, para sopir truk terkadang harus antre bahkan sampai menginap untuk menunggu jatah Solar masuk. “Kalau sudah antre bisa sampai mengular keluar badan jalan. Bahkan ada yang bermalam di SPBU, karena para sopir ini sudah tahu jadwal kedatangan Solar. Juga mereka baku telephone, di SPBU mana yang ada Solarnya. Khusus di SPBU Sampoddo biasa jam 7 pagi sudah masuk mi Solar. Jadi mereka biasa pilih bermalam sampai pagi lalu melanjutkan perjalanan,” jelasnya.

Sementara itu, salah satu sopir truk dari Wajo, Pak Heru yang diwawancara Palopo Pos di SPBU Sampoddo mengungkapkan, ia baru dapat Solar di SPBU Sampoddo. Ia sedang memuat kelapa sawit tujuan Lutra.

Ia mengaku mengisi penuh tangki truknya untuk melanjutkan perjalanan ke Lutra. Begitupun sebaliknya, ketika akan kembali ke Wajo, akan diisi penuh lagi. Lantaran Solar susah di SPBU di Wajo.

Ia mengaku mengisi Solar lantaran harganya murah hanya Rp5.150 per liter. Sedangkan kalau menggunakan BBM DEX sangat mahal Rp14 ribu per liter.
Sementara itu, Senior Supervisor and Communication PT Pertamina Patra Niaga Sulawesi, Taufiq Kurniawan, mengatakan, indikasi awalnya adalah kuota stok masing-masing SPBU sudah over.

Sebab, dalam dua tahun terakhir ini memang ada pembatasan kuota BBM tertentu (subsidi) di setiap SPBU. Jumlah kuotanya sendiri ditentukan oleh SPBU terkait. ”Yang pertama, dua tahun belakangan ini ada pengaturan kuota di SPBU. Itu yang menentukan SPBU-nya langsung, berhubungan dengan BPH Migas,” ujarnya.

Lebih lanjut Taufiq mengatakan, kejadian ini biasa terjadi di SPBU daerah. Sebab, banyak mobilitas kendaraan berbahan bakar solar untuk kebutuhan industri. ”Selama ini yang biasa kekurangan itu SPBU daerah, kalau Makassar justru baru ini. Daerah yang biasanya over kuota. Nah kalau over kuota, mereka harus membatasi, karena kalau tidak pasti SPBU-nya sendiri yang menutupi kelebihannya itu,” jelasnya.

Lebih jauh dia menuturkan, Pertamina sendiri memiliki tugas pokok dan fungsi (tupoksi) sebatas menyalurkan BBM sesuai dengan kuota SPBU. Selain itu, Pertamina juga harus menjamin ketersediaan cukup sampai akhir tahun sesuai permintaan SPBU. “Jadi secara praktik di lapangan kalau mereka membatasi diri dari solar, berarti kuotanya sudah over,” tuturnya.

Dengan begitu, Taufiq menegaskan bahwa BBM bersubsidi memang hanya menyisakan dua jenis (Solar dan Minyak Tanah) tersebut. Sehingga, pemerintah memang memberikan pengawasan dengan ketat.

Taufiq juga mengatakan, pembatasan tersebut dilakukan biasanya sebagai antisipasi SPBU agar kuota mereka tidak habis sebelum akhir tahun. Rentang waktunya dilakukan tiga bulan sekali. ”Biasanya setiap triwulan itu mereka (SPBU) jagajaga, makanya melakukan
pembatasan agar BBM-nya cukup sampai akhir tahun,” kata Taufiq. (idr)

  • Bagikan

Exit mobile version