* Gala Premier Dihadiri Wali Kota, Wabup Lutra, dan Tomakaka Limbong
PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, PALOPO — Saat bisnis bioskop lesu akibat hantaman pandemi Covid, kehadiran film Selimut Kabut Rongkong telah menggairahkan dunia perfilman Tanah Air. Luar biasa, film tersebut akhirnya ditayangkan di seluruh bioskop di Tanah Air sejak Kamis 7 April 2022, kemarin.
Penayangan di layar lebar langsung “meledak”. Lonjakan penonton di bioskop sangat antusias. Seperti di bioskop Platinum Cineplex City Market, Kota Palopo. Sejak siang kemarin, hingga malam, hall bioskop selalu padat.
Sebanyak 3 theater langsung memutar film tersebut dan seluruhnya full dengan penonton. Mulai dari siang sampai malam.
Sebelum dimulai, diadakan Gala Premier yang dipusatkan di lantai 1 City Market Palopo.
Pada Meet and Greet Film Selimut Kabut Rongkong ini, Produser, Fujianto menjelaskan, film ini sempat masuk dalam nominasi “Official Selection” Lift Off Network di Berlin, Pinewood Studios Inggris dan Raleigh Studios LA, AS.
Selain itu film ini juga masuk dalam daftar 175 film Indonesia yang mengikuti Festival Film Indonesia (FFI) pada tahun 2021. Tak hanya itu, Selimut Kabut Rongkong juga bekerja sama dengan jaringan televisi Amerika, Cinemoi TV dalam tayangan Global Culture Education.
”Sebenarnya Fim Selimut Kabut Rongkong ini sudah digarap sejak 2 tahun lalu dan telah mendapatkan penghargaan level internasional. Diharapkan karya film ini menjadi pemantik karya di Tana Luwu,” kata Fujianto.
Ia sangat mengapresiasi animo masyarakat terhadap film karya lokal ini meningkat. ”Kami harapkan teman industri kreatif lainnya dapat mengangkat cerita-cerita di Tana Luwu ini,” sebutnya.
Pemutaran film perdana ini diputar serentak di seluruh Indonesia. Dimana di Jakarta ada 10 theater yang sudah dibooking. Selain di Jakarta, juga Bandung, Surabaya, dan Sumatera.
Selain itu, Tomakaka Limbong, Dra Bunga Melati yang juga hadir dalam Gala Premier Film Selimut Kabut Rongkong menyatakan bangga dan mengapresiasi atas karya anak dan cucunya yang telah mengangkat cerita dari budaya Rongkong.
”Semoga dengan adanya film ini, pendidikan dan pariwisata meningkat pesat dan masih membutuhkan dukungan dan support dari Pemerintah di Tana Luwu,” harap Tomakaka Limbong ini.
Informasi dari manajemen Bioskop Platinum, jumlah penonton (sesuai jumlah karcis yang terjual) pada sesi pertama pemutaran perdana film Selimut Kabut Rongkong sekira pukul 14.00 Wita, mencapai 335 orang. Sementara total karcis terjual selama satu hari di hari Kamis kemarin, sebanyak 960 lembar.
Di Pulau Jawa, pemutaran film ini juga mendapat antusias warga di sana. Di Jawa Tengah, penonton terbanyak di Solo dan Surabaya dibandingkan film-film lainnya. Di Plaza Senayan, Jakarta pun demikian banyak dikunjungi penonton.
Hari Ini Tokoh Tana Luwu
Sementara itu, di Jakarta Jumat hari ini, sejumlah tokoh Tana Luwu baru akan menonton film Selimut Kabut Rongkong.
Seperti di Metropole XXI Jakarta, beberapa nama yang akan menonton adalah Mayjen TNI Dr Marga Taufiq sekeluarga, Ketum KKLR Arsyad Kasmar sekeluarga, Dr dr Andi Arus Victor, Dr Akhmad Syarifuddin Daud, dan masih banyak lagi.
Mengangkat Cerita Tenun Rongkong
Film ini bercerita tentang keindahan alam Rongkong yang dibalut dengan alur film yang kental dengan budaya masyarakat Rongkong, yang menjunjung tinggi nasihat leluhur.
Dalam alur cerita film Selimut Kabut Rongkong ini juga mengangkat budaya tenun khas Rongkong yang terkenal, yakni motif Sekong Sirenden Sekomandi.
Dimana Mama Sande sebagai salah satu penenun tertua di Rongkong, khawatir dengan akan hilangnya tenun khas Rongkong ini, lantaran sedikitnya generai penerus yang mau belajar.
Beruntung dengan adanya kehadiran Bunga Melati, salah seorang traveller yang juga ternyata bedarah Rongkong, inisiatif membuat sekolah keterampilan menenun.
Mulai dari membuat benang kain dari kapas (memintal), sampai cara menenun yang benar.
Di dalam film itu, Mama Sande menjelaskan, kalau proses menenun kain khas Rongkong sangat lama, bahkan sampai tiga bulan. Motif yang dibuat, juga tidak sembarangan, karena seutuhnya dibuat dari mengikat benang, bukan dengan cara membatik.
Kain tenun ini memiliki banyak motif yang memiliki pesan tersendiri bagi masyarakat Rongkong.
Selain itu, dalam film tersebut juga mengisahkan konflik tanah ulayat adat dalam keluarga besar Rongkong.(rhm-idr-ikh)