PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, Aksi demo 3.500 orang Aliansi Mahasiswa Peduli Rakyat (AMPERA) yang tergabung dari 48 organisasi kampus perguruan tinggi di Kota Palopo, siang tadi berakhir dengan ricuh, Senin, 11 April 2022.
Massa aksi yang tiba di depan gedung DPRD Kota Palopo sekira pukul 11:00 Wita disambut bentangan pagar berduri terbentang membentengi pintu gerbang gedung DPRD.
Orasi yang dilakukan oleh jenderal lapangan, Mustafa, mahasiswa Unanda Palopo di depan gedung DPRD mulai pukul 11:00 Wita hingga pukul 12:00 Wita secara bergantian dengan wakil jenderal lapangan, Rafli, Mahasiswa IAIN Palopo, tak satu pun anggota DPR yang terlihat menemui peserta aksi.
Alhasil di bawa kondisi cuaca terik panas terik matahari, peserta aksi yang tidak terima dengan sikap DPR yang tidak menemui mereka atau mediasi, kemudian merusak pagar kawat yang dibentangkan di depan gedung untuk merangsek masuk ke gedung DPRD untuk menemui perwakilan rakyat.
Hampir dua jam lamanya melakukan orasi di depan gedung wakil rakyat dan tak satu pun menerima mereka, kemudian memicu aksi provokasi dari dalam kelompok mahasiswa dengan lemparan batu ke dalam gedung DPRD. Setelah lemparan pertama, kemudian disusul lemparan berikutnya oleh mahasiswa lainnya.
Lemparan batu ke arah gedung DPRD dan dibalas oleh petugas keamanan itu berlangsung cukup lama kurang lebih dua jam mulai sekira pukul 12:40 hingga pukul 14:10 Wita, ke berhasil dibubarkan paksa oleh petugas.
Aksi saling lempar ke gedung DPRD berhasil diredam oleh petugas, dengan cara membubarkan paksa para peserta aksi menjadi tiga kelompok. Namun saling serang menggunakan batu kembali berlanjut bahkan sampai ke kompleks pemukiman warga di perumahan Anggrek.
Lemparan batu dan tembakan gas air mata di dalam lorong pemukiman warga, banyak ditemukan.
Dalam aksi ini, ada sedikitnya 7 orang diamankan oleh pihak keamanan yang diduga provokator hingga terjadi keos. Dari 7 orang tersebut, enam orang diduga merupakan mahasiswa dan salah seorang lagi diduga seorang pelajar yang tertangkap tangan membawa busur dan sempat terlihat mengarahkan busur ke arah petugas.
Kapolres Palopo AKBP Muhammad Yusuf Usman, SH, S. IK., MT, yang dikonfirmasi di lapangan, menyebutkan aksi yang semula damai yang dilakukan aliansi mahasiswa dan kemudian berakhir saling lempar, itu diduga telah disusupi oleh provokator.
“Jadi kita berupaya meredam massa aksi agar tetap tenang dan kondusif. Kemudian beberapa orang diamankan tadi, itu masih dilakukan pendataan oleh anggota dan diduga merupakan profokator. Setelah didata, kita akan sampaikan status mereka yang diamankan itu,” kata AKBP Muh Yusuf.
Aksi tersebut seperti yang diberitakan sebelumnya, dikawal ketat oleh 700 orang personel gabungan TNI/ POLRI, sudah termasuk 1 SSK (90 orang) Brimob dari Baebunta.
Selain itu, aksi unjuk rasa mengakibatkan sejumlah mahasiswa dan aparat Kepolisian dikabarkan luka-luka akibat bentrok yang terjadi di depan kantor DPRD Kota Palopo.
Ketua Umum PSC 119 Kota Palopo, dr Andi Fadly mengatakan korban aksi unjukrasa sementara saat ini berjumlah 18 orang.
“Dari 2 posko Medis saat ini total korban aksi unjukrasa sudah 18 orang, dengan rincian, mahasiswa 14 orang, Polisi 2 orang, dan masyarakat sipil 2 orang,” katanya.(ria/idr)
Ada 7 aspirasi yang dituntut oleh AMPERA ini, diantaranya yakni
1.Tolak penundaan pemilu 2024 dan masa jabatan presiden tiga periode
2 Tolak kenaikan BBM dan bahan pokok.
3. Evaluasi Menteri bermasalah di Kabinet Indonesia Maju.
4. Wujudkan reforma agraria sejati dan tolak UU Ombuslaw.
5. Tolak pembangunan infrastruktur IKN (Ibu Kota Negara).
6. Tuntaskan pelanggaran HAM.
7. Mendesak pemerintah penuhi kebutuhan pupuk subsidi.(ria/idr)