CATATAN
Luthfy A Mutty
Demak
Alhamdulillah! Hari ini saya sangat bersyukur dapat menghadiri undangan Houl Hadratus Syekh KH Hasbulloh. Pendiri Pondok Pesantren Roudlotul Mubtadiin, Balekambang, Jepara.
Pesantren ini berdiri 1884. Dan merupakan salah satu pesantren tertua di Jawa/Indonesia. Penerus beliau adalah KH. Abdulloh Hadziq. Wafat tahun 1985. Selanjutnya pesantren diasuh oleh putra beliau, KH. M. Ma’mun Abdulloh.
Meskipun saya berada di pesantren dalam waktu yang sangat singkat (1 hari), tapi saya menangkap kesan bahwa Pesantren Balekambang telah mengadopsi sistem pendidikan moderen. Saat ini Pesantren Balekambang mengelola pendidikan formal dan non formal.
Yakni Madrasah Salafiah, Tahfidz Al-Qur’an, Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA), SMK, Ma’had Aly Balekambang (S1), Politeknik (D4). Namun demikian, pesantren ini tidak meninggalkan ciri khas Pesantren Salaf, yaitu mengkaji dan mendalami kitab-kitab turots (kitab kuning) dalam bentuk klasikal sorogan maupun bandongan.
Kesan saya lainnya, Kompleks Pesantren Balekambang menyatu dengan lingkungan pemukiman warga. Tidak ada pagar pembatas antara pemukiman warga dengan pesantren. Maka keberadaan pesantren ini membantu geliat ekonomi bagi masyarakat sekitar.
Hal lain yang menarik perhatian saya adalah lingkungan pesantren yg tertata baik. Bangunannya rapih dan bersih. Asrama santri bersih dan tidak sumpek. Kamar mandi dan toiletnya pun demikian. Bersih. Sangat berbeda dengan kondisi pesantren yang selama ini biasa saya saksikan.
Terakhir, hal yang tidak kalah menariknya adalah, houl yang dihadiri ribuan masyarakat dari berbagai penjuru, tidak dihadiri pejabat pemerintah setempat. Ini dapat dimaknai bahwa pesantren ini sangat mandiri dan otonom. Kemandirian dan sifat otonom itu harus dijaga dan dirawat. Karena itulah sesungguhnya nafas dan semangat sebuah pesantren.
Terima kasih kepada Abah KH. Ma’mun Abdulloh, pengasuh pondok yg telah mengundang saya menghadiri acara haoul ini.!
Nyekar
Setelah buka puasa saya bersyukur dapat Salat Magrib di Masjid Agung Demak. Lanjut nyekar ke makam Sultan Fatah.
Pendiri Kerajaan Demak
yang merupakan “pelanjut” Kerajaan Majapahit. Sebuah kerajaan Hindu terbesar yang pernah hadir di Nusantara.
Sultan Fatah (Raden Fatah) adalah salah seorang Pangeran Majapahit. (Putra Brawijaya V. Raja Majapahit terahir).
Sebagai Pangeran Majapahit, Sultan Fatah menjadikan Simbol Kepimpinan Majapahit (Asta Brata) menjadi landasan filosofi pemerintahannya.(*)