Harapan untuk 19 Tahun Luwu Timur

  • Bagikan

* Oleh: Asri Tadda, S.Ked., MH
(Direktur The Sawerigading Institute)


Tanggal 3 Mei 2022 lalu, Kabupaten Luwu Timur berusia 19 tahun. Setahun lagi kabupaten termuda di Tana Luwu ini akan berusia 2 dekade.

Usia yang sejatinya tidak lagi pas dikatakan muda karena sudah terjadi 4 kali transisi kepemimpinan politik di daerah ini.

Harus diakui, Luwu Timur menyimpan kekayaan alam yang sungguh luar biasa. Di samping itu, ada kekayaan budaya yang juga tak kalah penting menjadi penopang kehidupan masyarakat di dalamnya.

Karenanya, pada usia 19 tahun kini, sebagai seorang yang lahir dan dibesarkan di Luwu Timur, bolehlah saya menuliskan beberapa catatan sebagai harapan untuk Luwu Timur.

Pertama, soal hakekat dari pemekaran daerah. Kebijakan pembentukan daerah otonom baru lahir dari kebutuhan untuk lebih "mendekatkan" fungsi pemerintahan kepada rakyat.

Pemekaran daerah idealnya harus mampu memberikan nilai tambah bagi kehidupan masyarakat, baik di daerah asal maupun di wilayah bentukan.

Karena itu, sebagai daerah hasil pemekaran dari Kabupaten Luwu Utara, Lutim dituntut untuk selalu bisa lebih maju, baik dalam pelayanan kepemerintahan maupun dalam pendekatan pembangunan daerah yang menyasar masyarakat.

Pada aspek ini, pembangunan bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi menjadi tulang punggung kemajuan daerah ini. Hanya dengan demikian, Lutim sebagai DOB bisa dianggap berhasil dan menjadi inspirasi bagi wilayah lain.

Kedua, adalah pembangunan sumber daya manusia (SDM). Pembangunan SDM adalah langkah strategis sekaligus investasi jangka panjang untuk masa depan sebuah daerah.

Tanpa disokong oleh kapasitas SDM yang memang harus disiapkan sesuai analisis kebutuhan suatu daerah dalam jangka panjang, maka sungguh sulit membayangkan bagaimana masa depan daerah tersebut dalam beberapa dekade mendatang.

Lutim juga seyogyanya demikian. Pembangunan SDM di semua aspek dan level, menjadi kebutuhan yang harus terus dilakukan sepanjang masa.

Hanya dengan SDM berkualitas dengan kuantitas yang memadai, maka Lutim benar-benar bisa maju secara mandiri dan menjadi inspirasi bagi wilayah lain.

Ketiga, adalah pembangunan kebudayaan. Hal ini cukup fundamental mengingat histori Tana Luwu secara umum dan kekhasan Luwu Timur yang berjuluk Bumi Batara Guru.

Sektor budaya tidak boleh dikesampingkan. Ini seharusnya selalu harus menjadi pertimbangan dalam setiap pengambilan keputusan dan kebijakan pembangunan.

Sebagai sebuah miniatur Indonesia dengan beragam suku dan kebudayaan masyarakatnya, Luwu Timur memang ditantang untuk mampu mengoptimalkan potensi kebudayaan tersebut sebagai salah satu energi lokomotif pembangunan daerah.

Perlu ada kebijakan yang lebih signifikan untuk kembali merevitalisasi kekayaan budaya lokal di Lutim.

Hanya dengan menempatkan pembangunan budaya sejajar dengan aspek lainnya, Luwu Timur bisa menjadi inspirasi untuk pembangunan daerah otonom lainnya di Indonesia. Selamat ulang tahun, Luwu Timur. Majulah terus!. (*)

  • Bagikan

Exit mobile version