Nampak Kepala LLDIKTI Sultanbatara Andi Lukman dan jajarannya. --ist--
PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, MAKASSAR. Suasana peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2022 di jajaran Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) IX Sultanbatara ada yang beda. Tampak, Kepala LLDIKTI IX Sultanbatara, Drs Andi Lukman, M.Si bersama para pimpinan PTS, dosen dan pegawai memakai pakaian adat tradisional dari berbagai suku di Indonesia.
Peringatan Hardiknas 2022, seharusnya dilaksanakan 2 Mei 2022, tetapi karena bertepatan dengan libur nasional Hari Raya Idul Fitri 1443 H maka peringatannya baru terlaksana Jumat pagi 13 Mei 2022.
Suasana para peserta upacara dengan pakaian adat beberapa suku di Indonesia menjadikan lapangan upacara Kantor LLDIKTI IX Sultanbatara di JL.Bung Tamalanrea Makassar laksana Indonesia mini.
Kepala LLDIKTI IX Andi Lukman berpakaian adat Bugis dengan ciri khas songkok recca
Hal sama juga dengan pakaian Kabag Tata Usaha LLDIKTI Munawir Sadzali Razak SIP MA, khas Bugis songkok recca.
Para pimpinan PTS juga dengan pakaian ciri khas masing masing. Rektor Universitas Mappapoleonro Soppeng, Dr Hj Andi Adawiah, SE, MM berbusana adat wanita Bugis.
Rektor Universitas Al-Asyariah Mandar (Unasman) Polman, Dr.Chuduriah Sahabuddin, M.Si dengan pakaian khas wanita Mandar.
Penampilan pakaian Ketua STIEM Bongaya Makassar, Prof Dr Drs Andi Mappamiring Parenta, M.Si, juga tampil dengan khas lelaki Bugis Bone.
Rektor Universitas Teknologi AKBA Makassar (UNITAMA), Dr. H. Askar Taliang, M.Si, juga tampil dengan pakaian khas Bugis.
Ketua STIE Pelita Buana Makassar Drs H.A.Baharudin, MM, dosen yang sebelumnya guru SMA di Maros juga pakai busana adat Bugis.
Nampak juga ada yang berpakaian khas Jawa, Papua, Tana Toraja, Mamasa, Melayu dan suku suku lainnya.
Pada kesempatan itu Kepala LLDIKTI IX Sultanbatara, membacakan sambutan tertulis Mendikbudristek, Nadiem Anwar Makarim antara lain mengatakan, Kurikulum Merdeka, berawal dari upaya membantu para guru dan murid di masa pandemi, terbukti mampu mengurangi dampak hilangnya pembelajaran.
Kini Kurikulum Merdeka sudah diterapkan di lebih dari 140.000 satuan pendidikan di seluruh Indonesia. Itu berarti bahwa ratusan ribu anak Indonesia sudah belajar dengan cara yang jauh lebih menyenangkan dan memerdekakan, ungkapnya.
Anak-anak kita tidak perlu lagi khawatir dengan tes kelulusan karena Asesmen Nasional yang digunakan tidak bertujuan untuk "menghukum" guru atau murid.
Tetapi sebagai bahan refleksi agar guru terus terdorong untuk belajar; supaya kepala sekolah termotivasi untuk meningkatkan kualitas sekolahnya menjadi lebih inklusif dan bebas dari ancaman tiga dosa besar pendidikan.
Semua perubahan positif yang kita usung bersama ini tidak hanya dirasakan oleh para orang tua, guru, dan murid di Indonesia, tetapi sudah digaungkan sampai ke negara-negara lain melalui presidensi Indonesia di konferensi tingkat tinggi G20, katanya.
Tahun ini kita membuktikan diri bahwa kita tidak lagi hanya menjadi pengikut, tetapi pemimpin dari gerakan pemulihan dunia, katanya. (rls/pp)