Kisah Nurtang, Peraih Medali Perak SEA Games Vietnam, masih Tinggal di Tanah Sewa, Bertekad Belikan Rumah untuk Ortu

  • Bagikan
Nurtang (tengah) diapit kedua orang tuanya, Mahmude dan Hasmi. --ft: aldy/palopopos

PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID

Berkat kesabaran serta disiplin, Nurtang (22), atlet dayung PODSI Palopo yang kemarin memperkuat Indonesia di Sea Games Vietnam 2022, telah memperlihatkan prestasinya.


Dari kejuaraan ke kejuaraan yang diikuti, pundi-pundi bonus ia kumpulkan untuk membeli sebuah rumah untuk ditinggali orang tuanya. Tekad yang ia ingin tunaikan sejak dulu.

Namun kebanggaan yang paling bermakna bagi Nurtang, manakala ia mengumrohkan serta membelikan rumah untuk ditempati orang tuanya. Gadis yang sejak awal membantu orang tua bekerja sebagai pengikat rumput laut ini, bertekad untuk mengangkat derajat keluarganya.

Dengan prestasi yang ia dapatkan dengan mengumrohkan orang tua dan membelikan rumah untuk ditinggali bersama. Mengingat saat ini, ia masih tinggal di sepetak tanah yang dikontrak di sekitar Ponajale tersebut. Di atas tanah itu dibangun rumah panggung sederhana berukuran 4x6 meter persegi.

"Saya belum tenang kalau belum membelikan orang tua saya rumah dan memberangkatkannya ke tanah suci," ungkapnya di sela sela kegiatan syukuran yang digelar di rumah keluarganya di Kel. Ponjalae. Bagi Nurtang, ini bukan hanya masalah bonus semata melainkan bakti kepada kedua orang tuanya.

Sejumlah prestasi yang pernah ditorehkan ini sudah tentu mendapat ganjaran. Nurtang yang ditemui masih menggunakan baju atlet Sea Games, kemarin mengungkapkan, apa yang dicapai ini adalah sebentuk pembuktian saja bahwa ternyata ia bisa sampai ke sini, ia tidak pernah membayangkan bisa sejauh ini.

"Saya tidak pernah membayangkan bisa bertanding di Vietnam, berjuang untuk indonesia, dan ternyata saya bisa," akunya.

Sebab, kata NUrtang, jika yang lain bisa, kenapa kita tidak. Tekad lainnya adalah bagaimana bisa bermain di Asean Games serta Olimpiade. Asean Games ini seleksinya Oktober mendatang," semoga bisa kembali berlaga disana,"tuturnya.

Bagi Nurtang, menjadi seorang pedayung saat ini adalah sesuatu yang sangat dibangggakannya. "Boleh dikata inilah jalan hidup saya," mantapnya.

Itu setelah melihat sejumlah hasil yang ia lihat, mulai dari rekomendasi sang pelatih, yang juga merupakan guru olahraganya di SMP 4, Pak Jodi, hingga sekolah di Pusat Pendidikan Dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) Makassar, pemusatan latihan di Jawa lalu mengikuti sejumlah kejuaraan yang diikuti, terhitung sudah ada ratusan juta yang telah ia dapatkan. Kabarnya, bonus untuk Sea Games ini masuk sekitar Rp200 juta.

"Kabar yang saya dengar begitu, kalau PON lalu, alhamdulillah adalah Rp150 jutaan," jelasnya.

Jauh berbeda dari pendapatannya saat membantu orang tua untuk sekolahnya di DDI dan SMP 4. "Saat mengikat rumput laut saya dibayar Rp5000 sampai Rp20 ribu per hari," katanya.

Kini ia sudah merencanakan untuk membeli sebuah rumah, satu janji yang ia ingin tunaikan, "Insya Allah, kalau bonusnya sudah masuk, saya mau lihat-lihat perumahan, atau beli tanah terus saya bangun," ungkapnya.

Tekad untuk mengangkat derajat kedua orang tuanya adalah hal wajib, sebab keduanya sudah tidak produktif lagi karena usia tua. Empat saudara laki-lakinya berprofesi sebagai nelayan. Meski satu-satunya anak perempuan, namun ia tak mau kalah menjadi tulang punggung di keluarganya.


Usia 22 tahun, kata Nurtang, ini ia nikmati dengan menambah prestasi ke depan. "Saya belum memikirkan tentang kapan pensiun, ini adalah jalan hidup saya, semoga bisa sampai ke olimpiade nantinya, kita nmikmati saja dulu,"tuturnya. Termasuk untuk berumah tangga itu masih terlalu dini untuk dibicarakan.

Kini, Nurtang, untuk wilayah Kota Palopo menjadi barometer atlit berprestasi di ajang international khusus Cabang Olahraga Dayung. Ia juga memiliki harapan untuk generasi selanjutnya. Namun Kata Nurtang, di Palopo susah untuk latihan, karena prestasi itu sulit tanpa latihan secara disiplin, sementara di Kota Palopo hanya ada satu alat yang dipakai untuk banyak atlit dayung.

"Kalau pulang ke sini, susah buat latihan, karena itu lebih memilih di Jawa karena ada pemusatan latihan dengan alat lengkap," ungkapnya.

Ia juga mengaku prihatin dengan bibit-bibit baru khususnya di cabang olahraga ini. Jangankan perempuan, atlet pria pun sulit, karena memang untuk menjadi atlet, harus merelakan kulitnya menjadi hitam.

Sebelumnya dilansir, Nurtang, warga Ponjalae, Kota Palopo, atlit PODSI Palopo yang memperkuat Dayung Indonesia pada Sea Games Vietnam bersama ketiga rekannya di kelas rowing atau lightweight women’s quadruples scull 2.000 meter SEA Games 2022 di Hai Phong Canoeing and Rowing Training Center, Vietnam, pada pekan lalu.

Kebanggaan ini bukanlah satu-satunya prestasi yang pernah ditorehkan bungsu dari pasangan Mahmude dan Hasmi ini, sebab pada 2021 lalu ia mempersembahkan medali perak pada PON untuk Sulsel, dan perunggu pada Pra PON 2020, Perunggu pada Popnas Jateng 2017, Asian Rowing tahun 2020 dengan medali perunggu dan terakhir Sea Games Vietnam dengan medali perak pada pekan lalu. (ald/ikh)

  • Bagikan