Suasana saat pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan dosen UT di Selayar. --ist--
PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, MAKASSAR--
Empat dosen dari Universitas Terbuka Makassar, yakni Dr. Jalil, S.Pi, MP. CIQnR; Dra. Husnaeni, S.Pd M.Pd; Drs. Rustam, S.Pd. M.Pd.; dan Dra. Makkatenni, M.Pd. melaksanakan program pengabdian kepada masyarakat di Kepulauan Selayar.
Keempat dosen UT yang berkolaborasi melaksanakan Program Pengabdian Kepada Masyarakat di Kepulauan Selayar ini, merupakan satu bentuk kegiatan yang bersifat pemberdayaan masyarakat tanpa imbalan apapun.
Ini untuk membantu masyarakat yang tidak mampu, kurang beruntung, dan memerlukan bantuan.
Pengabdian kepada Masyarakat UT adalah program pengabdian masyarakat yang didanai oleh UT, yang dilaksanakan oleh dosen UT berdasarkan ketentuan dan kebijakan Pimpinan UT.
Hasil pengabdian kepada masyarakat dapat berupa penyelesaian masalah yang dihadapi masyarakat dengan memanfaatkan keahlian sivitas akademik yang relevan, pemanfaatan teknologi tepat guna, bahan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi atau bahan ajar atau modul pelatihan untuk pengayaan sumber belajar.
Desa Barat Lambongan kecamatan Bontomatene berjarak 146 km dari Kota Makassar ke arah selatan dan ini merupakan salah satu desa yang masyarakatnya masih membudidayakan tanaman jawawut. Kehidupan masyarakat di desa Barat Lambongan kecamatan Bontomatene kabupaten Kepulauan Selayar, sebagian besar mengolah hasil tanaman jawawut menjadi wajik atau Haje-Banne (dalam bahasa Selayar) yang merupakan makanan khas daerah Selayar.
Penganan yang berbahan dasar jawawut, gula aren, kenari, garam, dan santan ini diolah menjadi wajik atau haje kemudian dijual di area penyeberangan di desa Barat Lambongan. Semua bahan pembuatan penganan wajik atau haje ini merupakan hasil dari sumber daya alam yang ada di lingkungan desa Barat Lambongan.
Jawawut, Jewawut, atau Sekoi merupakan salah satu tanaman pangan yang masuk ke dalam golongan rerumputan. Jawawut biasanya tumbuh di daerah semi kering dengan masa pertumbuhan 3-4 bulan, bahkan pada tanah berpasir hingga tanah liat yang padat, jawawut tetap tumbuh pada tanah miskin hara atau tanah pinggiran (Alamendah’s Blog, 2015).
Nama resmi tanaman ini di Indonesia (dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah jawawut, namun di Sulawesi Selatan dikenal dengan nama battang atau banne. Jenis tanaman ini dapat tumbuh di daerah dengan curah hujan rendah seperti halnya di kabupaten Kepulauan Selayar.
Jawawut dahulu pernah menjadi makanan pokok, namun setelah padi dikenal luas maka jawawut semakin terlupakan.
Berdasarkan kandungan nutrisi jawawut yang begitu tinggi dibandingkan dengan beras, maka masyarakat desa Barat Lambongan menjadikan wajik atau haje-banne ini sebagai produk rumahan (Kelompok Usaha Mandiri) untuk menambah ekonomi keluarga. Secara ekonomi, kehidupan masyarakat desa Barat Lambongan tergolong menengah ke bawah sehingga para ibu-ibu rumah tangga ini menjadikan wajik-jawawut atau haje-banne sebagai penghasilan tambahan untuk menopang ekonomi keluarga. Wajik-jawawut atau haje-banne ini diolah secara tradisional dan juga dikemas dengan cara sederhana yang menggunakan mika transparan sehingga kurang menarik tampilannya, dengan demikian harga jualnya juga kurang memadai.
Untuk mengatasi hal ini maka diperlukan suatu usaha kreatif yang dapat mengubah produk olahan jawawut ini menjadi lebih tahan lama serta dapat dikemas secara bagus dan menarik. Dengan demikian, tentunya akan banyak wisatawan yang tertarik serta berminat membeli wajik-jawawut atau haje-banne dan sudah pasti akan berdampak kepada masyarakat dan meningkatkan kehidupannya menjadi lebih baik dan makmur. Oleh karena itu kami dari tim abdimas dosen Universitas Terbuka UPBJJ-Makassar menawarkan kepada kelompok PKK desa Barat Lambongan kecamatan Bontomatene kabupaten Kepulauan Selayar pada usaha rumahan pembuatan wajik-jawawut atau haje-banne dengan pengemasannya agar dapat meningkatkan daya jual dan tentunya dapat meningkatkan penghasilan keluarga pada khususnya dan dapat menambah kesejahteraan masyarakat setempat pada umumnya.
Berdasarkan analisis situasi di atas, adalah kurangnya pengetahuan dan keterampilan anggota PKK Desa Barat Lambongan, Kecamatan Bontomatene, Kabupaten Kepulauan Selayar dalam memproduksi wajik-jawawut atau haje-banne serta pengembangkan kemasan produk yang menarik.
Selama ini, anggota PKK yang memproduksi wajik-jawawut atau haje-banne ini hanya dapat bertahan selama satu minggu serta dikemas dalam plastik mika transparan. Kemasan merupakan salah satu strategi dalam memasarkan suatu produk.
Pelatihan ini juga akan memberikan kepada peserta cara mengembangkan atau mempacking produknya dengan kemasan yang mampu membuat konsumen ingin membeli produk wajik-jawawut atau haje-banne ini. Tim Abdimas memberikan pelatihan bagaimana pentingnya kemasan bagi suatu produk, untuk meningkatkan value added dari produk yang dipasarkan serta produk wajik-jawawut atau haje-banne yang dapat bertahan lama.
Tujuan pemberdayaan masyarakat melalui pembuatan wajik-jawawut pada anggota PKK di lokasi Abdimas adalah untuk menyebarluaskan menyebarluaskan pengetahuan dan keterampilan pembuatan wajik-jawawut, teknik produksi pembuatan wajik-jawawut yang bisa bertahan lama, produksi yang bervariasidan serta mencari alternatif bahan baku untuk pembuatan wajik. Diharapkan dari kegiatan abdimas ini tercipta home industri dan pendapatan tambahan bagi ibu-ibu di lokasi Abdimas
Hasil dari produk rumahan ini kemudian di kemas ke dalam plastik mika transparan yang kemudian dijajakan oleh para ibu-ibu di Pelabuhan penyeberangan Pammatata.
Selain itu, wajik-jawawut ini juga di jual di pasar kota kabupaten Kepulauan Selayar Selayar dan beberapa kedai oleh-oleh yang ada di Selayar. Harga jual dari wajik-juwawut ini Rp. 10.000 – 15.000/mika ukuran sedang dan dapat bertahan paling lama 1 minggu setelah produksi.
Dengan adanya tawaran pelatihan dari Tim Abdimas Dosen UPBJJ-UT Makassar, para anggota PKK yang mempunyai home industry wajik-jawawut atau haje-banne yang dikenal dengan Usaha Mandiri sangat menyambut gembira dan sangat berharap kegiatan ini agar hasil produksinya dapat bertahan lama serta mempunyai kemasan yang sangat menarik sehingga dapat meningkatkan daya jualnya.
Selain memberikan pelatihan pembuatan wajik-juwawut atau haje-banne serta pengemasannya kepada anggota PKK desa Barat Lambongan , tim Abdimas juga akan memberikan alat untuk packigingnya. Hal ini dimaksudkan agar anggota PKK memiliki jiwa entrepreneur, yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan bagi dirinya dan keluarga, meningkatkan kesejahteraan desa Barat Lambongan, serta dapat mewujudkan program pemerintah.
Kegiatan program pelatihan ini selama 3 (tiga) bulan berturut-turut, dimulai Juni – Agustus 2020 dengan rincian kegiatan mulai dari persiapan sampai selesai
Pihak yang terlibat pada program pelatihan pembuatan wajik-jawawut atau haje-banne beserta pengemasannya sebanyak 22 orang. Peserta tersebut terdiri dari Kepala Desa, dan staf, anggota PKK, pengusaha Wajik Jawawut, Tim Abdimas dan Mahasiswa UT di Kabupaten Kepulauan Selayar.
Biaya yang digunakan selama pelatihan pembuatan Wajik Jewawut sebesar Rp20 juta. Biaya tersebut meliputi, survey lokasi. Trasportasi penyelenggara, konsumsi serta monitoring, dan evaluasi kegiatan PKM.
Kegiatan Abdimas sangat bermanfaata bagi lokasi pelaksanaan karena dapat menambah wawasan bagi anggota PKK Desa Barat Lambongan, Kecamatan Bontomatene, Kabupaten Kepulauan Selayar. Selain itu juga meningkatkan kualitas dan variasi jenis produksi Wajik Jewawut.(***)