Disangka Sudah Meninggal, Keluarga di Makassar Yasinan

  • Bagikan
Kapolres Palopo, AKBP Yusuf Usman SH SIK MT
  • Kembali Mengenang Tragedi Tsunami Aceh (2-Selesai)

PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, SEHARI sebelum Tsunami, diawali dengan gempa.Demi Allah, saya melihat dan mendengar, betapa dasyatnya tragedi yang menewaskan ribuan manusia. Mau tau apa selanjutnya, berikut laporannya.

LIPUTAN: Kahar Iting, Palopo

DUDUK di atas kursi kemudian AKBP Yusuf Usman SH SIK MT, yang tidak lain satu dari korban tsunami yang selamat mulai bercerita. Sehari sebelum Aceh menjadi lautan, kata Yusuf Usman, itu diawali dengan gempa. Bahkan, tiga hari tidak ada kabar, keluarganya yang ada di Sulawesi Selatan (Sulsel) sudah pasrah. Yusuf Usman dianggap telah hilang ditelan bumi. Ibunya yang ada di Makassar pun menggelar yasinan.

Kembali ke tragedi tsunami, saat itu, dia bersama tujuh anggotanya saling mencurahkan isi hatinya (curhat).
Ya, apalagi kalau bukan soal kerinduan akan keluarga yang ada di kampung.

Rata-rata mereka yang mendapat penugasan BKO di Nangruh Aceh Darussalam, berasal dari Padang. Kala itu, lanjut dicertakan Yusuf Usman, dirinya hanya perpesan kepada anak buahnya itu untuk tetap sabar.

Kebetulan diantara personel yang BKO dari Polda Sumbar ke Aceh, Yusuf Usman, tergolong salah satu yang paling muda.
"Saya hanya bilang sama anak buah saya bahwa, sabar kita baru dua bulan di sini sedang penugasan BKO di Aceh enam bulan. Kita akan pulang," kata Yusuf Usman, dengan suara agak gemeter dan dua bola matanya mulai berkaca-kaca di ruang kerjanya, Selasa 21 Juni 2022.

Setelah bercerita, sekira pukul 03.00 WIB dini hari, semuanya kembali ke tempat tidur, namanya penugasan tempat tidurnya seadanya, di atas papan pakai kelambu seperti orang tempo doloe kemudian beralaskan rollbad dan tas dijadikan alas bantal.

Sekira pukul 06.30 WIB, Yusuf Usman, tiba-tiba dibangunkan oleh anggotanya sambil berteriak "Gempa Komandan". "Anggota menarik tangan saya dan mencoba berlari keluar. Tapi begitu hebatnya kekuatan gempa sampai berdiripun kami tidak sanggup.

Saya melihat mobil patroli Mistsubishi Kuda kemiringannya itu 45 derajat bahkan mungkin 60 derajat goyang seperti air, rumah-rumah mulai berjatuhan, saya tiarap sambil menyebut Allahu Akbar," ucap Yusuf Usman. Yang terpikir dibenaknya adalah enam anggotanya yang saat itu bersamanya.

Setelah dikroscek semua anggota ada dan saya perintahkan empat orang untuk melakukan Evakuasi menggunakan mobil.
Sedang anggota yang ada, diperintahkan mandi kemudian sarapan di sebuah warung yang ada di depan Polsek kira-kira jaraknya kurang lebih 15 meter. Sesampai di warung tersebut, mereka memesan teh hangat. Beberapa saat kemudian terdengar suara gemuruh, layaknya pesawat yang akan take off, ledakan, orang minta tolong dan tangisan dimana-mana.

"Kami kaget dan saya perintahkan Danru untuk menanyakan orang yang saat itu dilanda kepanikan. Danru datang ke saya dan bilang air laut pasang. Saya tidak tahu apa itu air pasang," kenangnya.
Perwira dua bunga itu, menyebut Demi Allah, kemudian melihat ke arah polsek, air begitu hitam yang sangat tinggi. Rumah, gedung tinggi pohon-pohon bahkan manusia pun tergulung dengan gelombang tsunami yang begitu hebat.

Anggota berteriak "komandan air" Yusuf Usman membalas "lari". Meraka pun berlari bahkan ada anggota yang tertinggal minta tolong dan diapun menunggu dengan teriakan "ayo cepat".
Air yang begitu tinggi mengejar dari belakang, begitupun dari arah depan sehingga tidak ada jalan lain selain pasrah.

"Saya melepas senjata yang saya bawa kemudian pasrah dan sempat berdoa. Ya Allah kalau ini merupakan hari dimana Engkau memanggil saya maka saya sudah siap. Air gelombang kemudian menggulung saya, saya tidak tahu lagi dimana anak buah saya berada seakan saya ini sudah mati," pungkasnya.(*)

  • Bagikan

Exit mobile version