Komisi II DPR Rencana akan Turun ke Walmas
PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, PALOPO -- Luwu Tengah (Luteng) sudah menjadi kebutuhan pokok masyarakat di Walmas. Tidak ada jalan lain, Walmas harus mekar menjadi Daerah Otonomi Baru (DOB) agar kehidupan dan pelayanan masyarakatnya menjadi lebih dekat.
Bicara soal syarat, sudah terpenuhi tinggal bagaimana moratorium secepatnya dicabut, atau Luteng masuk pemberlakuan khusus seperti Papua Barat.
Setelah Ketua FopKalt Syukur Bijak angkat bicara, kembali Amsal Sampetondok, menanggapi soal Luteng.
Tomakaka Bure yang juga Ketua Umum (Ketum) Komite Percepatan Pembentukan (KOMPPAK) Luteng, berharap kepaa seluruh elemen supaya "mengkroyok" Luteng.
"Bersatu Kita Teguh, Bercerai Kita Runtuh", begitu kata bijak yang dilontarkan Amsal Sampetondok.
"Tinggalkan kepentingan, mari bersama kroyok Luteng hingga menjadi DOB. Setelah itu terwujud barulah kita bicara soal Luteng kedepan," kata Amsal Samoetondok, Rabu, 22 Juni 2022.
Mantan TNI berpangkat Ketkol ini mengatakan, dokumen persyaratan Luteng sudah ada di pusat tepatnya di Kemendagri.
Bahkan dirinya telah melakukan komunikasi dengan DPR RI Komisi 2 yang membidangi masalah pemekaran wilayah telah merespon baik Luteng terbentuk.
"Nah, tindak lanjut dari itu, mereka (Komisi 2) berencana akan turun ke Walmas, sekaligus mewawancara langsung warga Walmas mengenai Luteng," bebernya. Amsal juga memberi saran kepada Wi ja to Luwu, supaya mengutamakan Luteng.
Sebab, syarat untuk sebuah provinsi baru tidak akan terwujud jika tidak memenuhi syarat salh satunya lima kabupaten/kota di dalamnya.
"Tidak ada salahnya Luwu Raya kita perjuangkan juga, tapi sya kira yang lebih prioritas itu Luteng. Ketika Luteng sudah terbentuk, otomatis pengurusan Luwu Raya menjadi provinsi makin ringan," jelasnya.
Dirinya juga berterima kasih kepada seluruh masyarakat Walmas terutama orang-orang yang selama ini betul-betul memperjuangkan Luteng.
"Saya gembira keluarga yang ada di Walmas, tidak pernah menyerah memekarkan Luteng. Bahkan perjuangan Luteng sudah menggemah kurung waktu 20 tahun.
"Tapi perjuangan tersebut tidak punah. Saya bangga kepada keluarga terutama bagi seluruh masyarakat yang ada di Walnas," tutup Amsal Sampetondok.(ded/idr)