PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, JAKARTA-- Kabar tak sedap bagi ara petani sawit di Indonesia. Diprediksi, harga CPO bakal anjlok tahun ini.
Ini disebabkan adanya kekhawatiran penutupan sementara pabrik CPO di Malaysia akibat biaya produksi yang lebih tinggi lantaran krisis tenaga kerja. Sehingga, hal itu mengganggu produksi.
Bukan hanya itu, meningkatnya harga minyak kedelai turut mendongkrak harga CPO.
Kontrak harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade sudah naik 1,5%. Pergerakan harga CPO juga turut dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait karena mereka bersaing untuk mendapatkan bagian di pasar minyak nabati global.
Sementara, perusahaan riset asal Amerika Fitch Ratings memprediksikan harga CPO akan di banderol dengan harga di bawah US$ 1.000/ton pada paruh kedua tahun ini, setelah sempat mencapai harga dengan rata-rata US$1.500/ton di paruh pertama tahun ini.
Penurunan harga CPO diprediksikan karena potensi produksi CPO yang lebih tinggi dari Indonesia.
Berdasarkan riset Fitch, produksi CPO Indonesia telah melesat 9% pada kuartal pertama, tapi produksi di Malaysia datar pada lima bulan pertama tahun ini.
Seperti dilansir cnbcindonesia, Jumat, 1 Juli 2022, Department of Agriculture Amerika Serikat (USDA) juga memprediksikan produksi CPO Indonesia akan melesat 8% pada 2022-2023.
Sedangkan, produksi CPO Malaysia akan dipengaruhi oleh krisis tenaga kerja asing yang diproyeksikan akan terus terjadi hingga enam bulan ke depan.
Namun, situasi tersebut mungkin akan terselesaikan pada awal 2023, jika penyebaran virus Covid-19 tidak terjadi lagi dan perbatasan negaranya dibuka kembali.(net/pp)