Muhammad Halim SE M,Si, Pengajar di Universitas Muhammadiyah Palopo
Subsidi adalah harga beli suatu barang lebih mahal daripada harga jualnya. Pemerintah
membeli BBM dari luar negeri lebih mahal dan dijual kepada masyarakat dengan harga
murah. Masyarakat yang berhak menikmati BBM subsidi adalah masyarakat yang
berpenghasil rendah.
Pemerintah mengumumkan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada hari
sabtu, 3 September 2022 pukul 12.00 waktu Jakarta. Naiknya harga BBM subsidi
(pertalite dan solar) bertujuan untuk menghemat anggaran belanja negara, sebagai
akibat dari anggaran pendapatan negara yang sangat terbatas. Subsidi harga BBM
tersebut, berlaku bagi sepeda motor yang memiliki kapasitas 150 cc dan mobil diatas
1.300 cc serta perahu nelayan dan traktor petani sawah.
BBM itu merupakan rohnya perekonomian. Setiap kegiatan masyarakat, baik langsung
maupun tidak langsung pasti membutuhkan BBM sebagai urat nadi jasa transportasi.
Naiknya harga BBM, baik yang subsidi maupun non subsidi pasti berpengaruh terhadap
naiknya harga-harga barang di pasar, sehingga terjadi inflasi.
Dampak dari inflasi adalah turunnya daya beli masyarakat, sehingga perusahaan
mengurangi produksinya. Salah satu cara perusahaan menekan biaya langsung adalah
dengan melakukan PHK, sehingga terjadi pengangguran.
Kelompok masyarakat yang kena dampak terjadinya inflasi (harga-harga naik sebagai
akibat kenaikan BBM subsidi), yaitu masyarakat yang berpenghasilan tetap, seperti
PNS atau ASN. Sedangkan pegawai swasta hanya dirasakan pada awal terjadinya
kenaikan BBM subsidi, kemudian gaji karyawan swasta tersebut akan dinaikan
menyesuaikan inflasi. Kenaikan gaji karyawan tersebut, karena perusahaan menaikan
harga produk yang dihasilkan.
Pembatasan kendaraan yang menggunakan BBM subsidi sebagai bentuk keadilan
antara masyarakat berpenghasilan rendah dengan masyarakat menengah ke atas.
BBM subsidi dikhususkan untuk kendaraan umum untuk kepentingan orang banyak.
Tujuan pemerintah menaikan harga BBM subsidi seperti pertalite dari Rp.7.650 per liter
menjadi Rp.10.000 per liter dan minyak solar dari harga Rp.5.000 turun menjadi
Rp.6.800 per liter (mengurangi subsidi negara) adalah untuk menghemat anggaran
negara dan menghemat pemakaian BBM secara konsumtif.
Sedangkan BBM non subsidi justru harganya turun, seperti Pertamax Turbo turun dari
harga Rp.17.900 menjadi Rp.15.900 per liter; Pertamina Dex dari harga Rp.18.900
turun menjadi Rp. 17.400 per liter; dan Dex Lite dari harga 17.800 turun menjadi
Rp.17.100 per liter. Alasannya, bahwa pada bulan Agustus 2022 harga minyak dunia
turun dibawah level US $ 100 per barel.
Subsidi BBM dialihkan ke bantuan social, seperti; (1) BLT (Bantuan Langsung Tunai)
sebanyak 20,65 juta kelompok masyarakat dengan nilai Rp.12,4 trilyun. (2) Bantuan
subsidi upah (BSU) sebanyak 16 juta pekerja dengan nilai Rp.9,60 trilyun. (3) Bantuan
Sektor Transportasi (angkutan umum, ojek, nelayan, petani, dan bantuan tambahan
perlindungan social sebesar Rp.2,17 trilyun.
Naiknya harga BBM subsidi berdasarkan hasil rumusan para pemikir di kementrian dan
DPR (sebagai orang pilihan) yang dituangkan dalam Undang-Undang dan Peraturan
Menteri (Permen).
Saran:
- Pemerintah perlu meninjau kembali tentang peraturan impor mobil, terutama
mobil untuk pribadi dalam rangka mengurangi konsumsi BBM subsidi.
Pemerintah perlu membuat regulasi tentang kendaraan yang sudah berusia lebih
10 tahun agar dikenakan pajak tinggi, karena kendaraan yang sudah tua pasti
boros BBM. - Semua mobil pribadi dan mobil dinas tidak boleh menggunakan BBM Subsidi
dengan alasan bahwa pemilik mobil tersebut mampu membeli mobil dan harus
mampu juga membeli BBM non subsidi. - Tugas kita sebagai warga negara adalah membentuk suatu organisasi yang
mampu melakukan pemantauan secara maksimal terhadap distribusi BBM
subsidi agar tepat sasaran. Pengendalian distribusi BBM subsidi yaitu mulai dari
kapal tengker, depot pertamina, mobil tangki, SPBU (Stasiun Pengisian Bahan
Bakar Umum) dan pemilik kendaraan atau supir mobil yang menggunakan BBM
subsidi.
