Putri Asal Pantilang Bastem Utara Dikukuhkan sebagai Profesor Riset Kesehatan

  • Bagikan
  • Prof Dr dr Dina Bisara, Teliti Tuberkulosis dengan Foto Toraks dan Tes Cepat Molekuler

PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID -- Satu lagi putri asal Tana Luwu yang menorehkan prestasi nasional. Dikukuhkan sebagai Profesor Riset dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Adalah Prof Dr dr Dina Bisara Lolong M.A, salah satu putri terbaik asal Desa Pantilang, Kec. Bastem Utara, Kab. Luwu.

Dalam orasi pengukuhan sebagai Profesor Riset, Prof Dr dr Dina Bisara Lolong M.A mengangkat judul penelitian "Meningkatkan Penemuan Kasus Tuberkulosis di Masyarakat dengan Foto Toraks dan Tes Cepat Molekuler".

Orasi digelar, Rabu 28 September 2022 yang disiarkan juga secara daring.

Sebagai informasi Prof Dr dr Dina Bisara M.A bersaudara ada delapan. Prof dr Dina Bisara M.A adalah anak ke 6. Adapun saudara-saudaranya yaitu, anak 1 Capt. Christian Bisara, anak ke 2 Paulina Bunga Sondong Bisara, anak ke 3 Amos Bisara ( Parengnge' Matik); anak ke 4 Capt. Elias Bisara; anak ke 5 Drs. Jerry Bisara; anak ke 6 Prof. Dr. dr. Dina Bisara, M.A anak ke 7 Lunaria Sanda Bisara; dn ke 8 Sari Bua Bisara

Mantan Ketua Kerukunan Keluarga Basse Sangtempa (KKBS) yang juga anggota DPRD Sulsel Fraksi PPP Periode 2014-2019, H. Abdul Hafid Pasiangan SE MM yang dihubungi mengungkapkan, kalau Prof Dr dr Dina Bisara adalah salah satu putri terbaik asal Desa Pantilang yang sukses di Jakarta.

Pada kesempatan ini juga, H. Abdul Hafid Pasiangan SE MM mengklarifikasi berita sebelumnya yang menyebutkan kalau Prof Dr dr Dina Bisara M.A bersaudara ada 3, padahal sebenarnya delapan, dan Prof Dr dr Dina adalah anak ke 6.

Prof Dr dr Dina Bisara diketahui saat ini bekerja di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) khusus bidang kesehatan.

Sebagai informasi, pada Rabu 28 September, BRIN mengukuhkan empat penelitinya sebagai Profesor Riset. Profesor Riset adalah gelar tertinggi seseorang dalam karirnya sebagai periset.

Keempat peneliti tersebut adalah Anang Hari Kristanto dari Organisasi Riset (OR) Hayati dan Lingkungan, Angela Mariana Lusiastuti dari OR Kesehatan, Dina Bisara dari OR Kesehatan, dan Erni Budiwanti dari OR Ilmu Pengetahuan Sosial Humaniora.

Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, mengatakan, Profesor Riset memang bukan gelar secara kepegawaian sebagai ASN. “Namun, gelar ini memberikan beban tambahan yang tidak ringan,” kata Laksana.

“Profesor Riset juga memiliki tanggung jawab yang sangat besar, tidak hanya untuk dirinya sendiri,” ujarnya.

Meski begitu, lanjut Laksana, Profesor Riset diharapkan menjadi penghela terdepan untuk kelompok-kelompok risetnya.

Menurut dia, proses transformasi BRIN masih terus berjalan dan menjadi batu loncatan untuk perubahan besar dalam kelembagaan riset.

Laksana mengingat kembali satu tahun perjalanan BRIN sebagai lembaga riset dan inovasi di Indonesia yang terus menghadapi tantangan.

Namun, dia mengingatkan amanah dari negara terkait tujuan pembentukan BRIN. Yaitu untuk memperbaiki ekosistem riset dan inovasi di Indonesia secara fundamental.

Dengan pengukuhan empat Profesor Riset baru, Laksana mengatakan ini merupakan kebanggaan bagi BRIN. Juga sebagai bukti bahwa lembaga tersebut memiliki kaderisasi peneliti berkesinambungan yang bakal menghasilkan karya-karya berkualitas internasional.

“Semoga hal ini bisa menjadikan semangat bagi para periset lainnya,” katanya. Sehingga, lanjut Laksana, kaderisasi serta kompetensi pada kepakaran tertentu tetap terjaga dan berkesinambungan.

“Kaderisasi ini penting untuk terus memberikan hasil penelitian yang berkualitas guna mendukung kelanjutan pembangunan,” ujarnya. “Saya harap BRIN selalu memberikan terobosan atau inovasi baru untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik,” kata Laksana.(idris)

  • Bagikan