Banjir dan Longsor Terjang Palopo

  • Bagikan
SEJUMLAH warga lingkungan Marobo, Salubattang terpaksa mengungsi ke bagian jalan yang tinggi dan memasang terpal. --KAHAR/PALOPO POS--

Tiga Kecamatan Terdampak, Akses Menuju Rantepao Terputus

PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, PALOPO -- Tingginya intensitas hujan yang melanda Kota Palopo, Sabtu malam 8 Oktober 2022 pekan lalu, menyebabkan longsor pada di 7 titik di jalan poros Palopo-Toraja Utara. Selain itu, sejumlah kelurahan juga dilanda banjir dan pohon tumbang. Kondisi ini membuat Kota Idaman "terkepung" bencana alam.

Longsor mulai terjadi dari KM 10 Kelurahan Battang sampai KM 18 Kelurahan Battang Barat, Kec. Wara Barat. Akibat longsor yang menutup badan jalan, mengakibatkan puluhan kendaraan khususnya mobil dari arah Palopo menuju Toraja Utara memilih memarkir kendaraan di pinggir sembari menunggu akses jalan dibuka.

Kejadian longsor ini terjadi sekira pukul 02:00 Wita dini hari kemarin, saat hujan redah.
Selain Bus dari arah Palopo menuju Toraja yang diparkir di lokasi yang dianggap aman dari longsor kemudian penumpangnya naik ojek menuju KM 18 lalu menyambung kendaraan, banyak juga warga dari arah Toraja Utara tujuan Palopo memilih berjalan kaki karena mobil yang mereka tumpangi tak bisa melanjutkan perjalan akibat tanah longsor di KM 18 dan KM 17 yang masih menutup badan jalan.

Longsor di KM 18 merupakan longsor terparah, ketinggian tumpukan tanah yang menutup jalan diperkirakan mencapai 8 meter.
Selain 7 titik longsor yang menutup jalan, ada juga beberapa titik longsor kecil lainnya yang tidak menghambat arus lalulintas. Longsor kecil itu ada sekira 6 titik termaksud talut di sisi kanan jalan di KM 11 sepanjang 60 meter juga telah longsor. Meski tidak menghambat arus lalulintas, akan tetapi jika dibiarkan, tidak menutup kemungkinan akan berdampak besar seperti badan jalan dapat terputus.

Lambatnya akses jalan dibuka, itu diakibatkan karena minimnya alat berat yang disiapkan pihak Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Sulsel) di lokasi. Di lokasi sendiri saat ini ada tiga alat berat diantaranya satu unit loader dan dua unit eksavator.

Risal, PPK 2.2 BPJN Sulsel yang ditemui di lokasi ia mengatakan akan ada penambahan alat berat untuk memaksimalkan pekerjaan agar akses jalan penghubung Palopo- Toraja itu bisa segerah terbuka kembali.

"Alat yang ada saat ini masih kurang untuk memaksimalkan pekerjaan karena banyaknya titik longsor baik itu longsor besar yang menuntut badan jalan atau longsor kecil, sehingga kita minta tambahan alat dari Makassar. Alat yang sedang mobilisasi dari Makassar kita minta satu loader dan satu eksavator.

Diperkirakan tambahan dua alat berat itu akan tiba sekira pukul 18:00 Wita malam ini dan kalau cuaca mendukung, kami akan maksimalkan untuk bekerja agar jalan bisa kembali dilalui. Namun jika hujan turun lagi mal ini, besok baru dilanjutkan," kata Risal. Tidak ada korban jiwa maupun rumah atas kejadian ini. Namun material longsor dan pohon tumbang menutupi jalan sehingga kendaraan tidak bisa lewat.

Menurut warga Kec. Wara Barat, Sujarsyam, selain material longsor menutupi jalan, longsor juga menyebabkan jalan poros di Battang Barat, amblas. ''Lama-lama kayaknya dikerja,'' ucapnya seraya mengirimkan video longsor dan jalan amblas di Battang Barat.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Palopo, Drs Burhan Nurdin M.Si saat dikonfirmasi Palopo Pos, Ahad, 9 Oktober 2022 sore, mengungkapkan masih ada 2 titik longsor yang tertutup material. Namun, masih bisa dilalui kendaraan roda 2.

Banjir
Banjir juga terjadi di lingkungan Lelong, Kelurahan Jaya, Telluwanua. Banjir menghantam jalan aspal dan pipa milik PAM TM Kita Palopo. Aspal sudah amblas. Runtuh. Pipa milik PAM TM sudah lebih duluan tersapu banjir. Yang kasihan rumah warga di Lingkungan Lelong. Tinggal menunggu waktu. Kasihan!
"Kalau hujan dan banjir lagi, rumah warga kami akan tersapu banjir. Kasihan," ujar Tompel alias Pak Sirma, ketua RT Lelong, semalam.

Kata ketua RT Lelong, untuk selamatkan rumah dan warga, solusinya perlu segera penguatan tebing dan normalisasi sungai." Khususnya di depan rumah warga kami ini" tandasnya.

RSUD Sudah 5 Kali Banjir
Kompleks RSUD Sawerigading Palopo di Kelurahan To'Bulung, Kec. Bara, kembali banjir, Sabtu, 8 Oktober 2022 malam. Hal tersebut meluas ke rumah dan warung warga yang berada di depan rumah sakit.

Sejak 2020 lalu, kompleks RSUD sedikitnya lima kali banjir. Yakni pada Januari 2020, November 2021, Agustus 2022 sebanyak dua kali, dan terkini pada 8 Oktober 2022 malam. Tapi belum ada solusi hingga saat ini.

Warga yang menjual di depan RSUD mengungkapkan, wilayah tersebut sering dilanda banjir. Mereka berharap, pemerintah secepatnya memberikan solusi agar tidak banjir lagi saat hujan deras.

"Banjir ini sudah sering terjadi kalau hujan lebat. Dan setiap kali hujan, rasa was-was selalu ada, apalagi kita punya usaha. Kalau banjir kita kuras lagi air yang masuk ke dalam tempat usaha kita,'' Sayuti kepada Palopo Pos.

Warga Salubattang Terisolir
Banjir juga masih terjadi di Kecamatan Telluwanua Kota Palopo. Tujuh kelurahan yang ada di wilayah tersebut, dikepung air keruh bercampur tanah liat. Ketinggian air di pemukiman warga mencapai dada orang dewasa. Paling parah di Kelurahan Pentojangan dan Salubattang.

Warga panik dan berhamburan keluar rumah menyelamatkan diri. Begitupun di Salubattang, lingkungan Marobo RT 02/RW 03 paling terparah.

Ketinggian air di dalam rumah warga sudah hampir mencapai atap seng. Ratusan jiwa yang ada di perkampungan tua itu, terpaksa mengungsi di tempat ketinggian. Ada yang membuat tenda di jalan, sebagian pula di rumah keluarga yang tidak masuk air.
Bahkan akibat air yang terus masuk ke perkampungan, menyebabkan ratusan jiwa terisolir.

Dua akses penghubung yang biasanya dilalui warga, yakni ke kelurahan dan Desa Lamasi Pantai, Kabupaten Luwu, tergenang air dengan ketinggian rata-rata perut orang dewasa.
Selain rumah warga ratusan hektare sawah dan tambak milik warga terancam gagal panen.

Banjir di Salubattang, membuat warga kesulitan mrndapatkan makanan.
Pasalnya, ketinggian air di dalam rumah yang mencapai dada orang dewasa, membuat dapur tidak bisa berfungsi.

"Kita sudah koordinasi dengan Tim Tagana, mereka sudah ada di kantor hanya saja tidak bisa tembus ke Marobo karena akses tidak bisa dilalui," kata Lurah Salubattang Saiman kepada Palopo Pos, sore kemarin.

Terpisah, warga Marobo, Sinapati menuturkan, banjir kali ini merupakan musibah terbesar dari sebelumnya. Belum ada solusi yang bisa ditemukan untuk penanggulangan bencana di Kecamatan Telluwanua.

"Kalau kami di Marobo, sudah menjadi tradisi setiap hujan deras. Kami juga bingung ketika kampung kami dilanda banjir, pemerintah seolah-olah tidak berdaya mengatasi bencana ini," tegas ibu empat anak ini. (ria-ded/ikh)

  • Bagikan