Bareng Mantan Sekda Jeneponto, IAS Panen Bawang di Jeneponto

  • Bagikan

Nampak IAS ikut merayakan Panen Raya Bawang Merah Organik di Kampung Romang, Desa Je'netallasa, Rumbia, Jeneponto, Selasa, 18 Oktober 2022. IAS ditemani kandidat bakal calon bupati Jeneponto, Syafruddin Nur, yang akrab disapa Dokter Capa. --ist--

PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, MAKASSAR-- Politisi senior Sulsel, Ilham Arief Sirajuddin (IAS) ikut merayakan Panen Raya Bawang Merah Organik di Kampung Romang, Desa Je'netallasa, Rumbia, Jeneponto, Selasa, 18 Oktober 2022. Wali kota Makassar 2004-2014 itu hadir ditemani kandidat bakal calon bupati Jeneponto, Syafruddin Nur, yang akrab disapa Dokter Capa.

Turut hadir Kepala Dinas Ketahanan Pangan Jeneponto, Hartawan, serta sejumlah politisi lintas partai seperti Andi Maggalatung dan mantan ketua DPRD Jeneponto, Karaeng Gassing.

IAS dan Dokter Capa ikut langsung memanen bawang yang baru berusia dua bulan tersebut bersama dengan puluhan petani setempat.

Meski baru dua bulan, tapi ukurannya sudah hampir merata seperti bola pimpong. Itu tidak lepas dari hasil aplikasi pupuk super aktif Ecofarming.

IAS mengaku sangat terkejut dengan hasil panen itu. Pengalamannya di beberapa daerah saat ikut memanen bawang, ukurannya belum ada yang sebaik itu. "Padahal ini bawang merah. Tadi saya sempat mengiranya bawang bombay," ujar IAS di hadapan petani.

Baik IAS maupun Dokter Capa bergantian memberi semangat kepada petani. Jangan merasa cepat puas. Harus bisa lebih bersemangat lagi agar hasil ke depan bisa lebih maksimal.

Dokter Capa juga berulang kali memperkenalkan IAS kepada petani sebagai calon gubernur. "Kita nanti akan lihat balihonya di jalan-jalan. Beliaumi ini yang sekarang disebut Gubernurku," kata mantan Sekda Kab Jeneponto yang juga sedang mempersiapkan diri sebagai calon bupati Jeneponto di 2024 ini.

Ramli, salah seorang petani menjelaskan penerapan pupuk super Ecofarming memang memberi dampak yang jauh lebih ekonomis bagi petani.

"Dulu pak, kami Panen itu setiap tiga bulan, sekarang paling lama hanya 2 bulan. Hasil pun lebih baik. Bawang yang dulu, satu karung biasanya paling berat 50 Kg. Sekarang berat di karung sama bisa 65-70 Kg," kata Ramli.

Dari segi biaya juga lebih hemat. Dengan penerapan pupuk super aktif itu, penggunaan pupuk urea turun dari biasanya 20 karung menjadi sisa 4. Pupuk kandang dari 30 karung sisa butuh sepuluh.

"Tapi yang terpenting, kami sebenarnya butuh support agar bisa menjualnya dengan harga lebih baik. Soalnya hasil ini tidak tersentuh bahan kimia. Organik, jadi lebih sehat," tutup Ramli. (*/pp)

  • Bagikan

Exit mobile version