* Anggaran Gedung Baru DPRD dan Rehab Gedung Kesenian Bisa Digeser ke Penanganan Banjir
PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, JAKARTA-- Meski sedang berada di Jakarta menghadiri Bimtek dan Puncak Peringatan HUT ke-58 Partai Golkar, anggota DPRD Palopo, Drs Baharman Supri MM menyampaikan rasa prihatin atas banjir yang sudah berlansung lama di Kota Palopo. Ia juga yakin, rakyat masih percaya kepada wakil rakyatnya yang duduk di DPRD.
"Kami sudah mendengar lansung dari masyarakat dampak banjir melalui reses di masing-masing kecamatan. Bahkan ada Lurah RW/RT dan tokoh masyarakat meneteskan air mata sambil menyampaikan aspirasinya,'' kata Baharman kepada Palopo Pos, Rabu, 19 Oktober 2022.
Atas aspirasi tersebut, Baharman dengan memberi harapan. Pertama solusi jangka pendek antisipasi barang-barang agar tidak rusak. Kedua, meminta PUPR agar mengeruk sungai, selokan, dan muara sungai.
Tiga, mendesain solusi jangka panjang dengan sistem kanalisasi, membagi air di hulu ke arah Wara Selatan dan dan Sungai Boting. Dan yang lebih solutif membuat bendungan air seperti yang dilakukan di Bantaeng.
Adapun dana anggaran tahun APBD 2022 yang bisa digeser karena genting sekali, antara lain pembangunan gedung baru DPRD di Tobulung dianggap belum genting, anggaran rehab gedung kesenian, dll.
Selama pemerintah dan dewan memiliki kepedulian dan kepekaan terhadap banjir dan dampaknya bisa digeser beberapa anggaran kegiatan. Harus dilakukan program pro rakyat, mereka butuh makan, mereka butuh sehat karena efek banjir juga adalah penyakit sesak napas.
Sektor pertanian andalan ke depan untuk menghadapi krisis golbal tahun 2023, sektor produksi manufaktur bakal mati bahkan gas elpiji aka digantikan dengan kayu bakar. ''Insya Allah kami akan komunikasikan dengan Bappeda. Untuk yang pertama, mempersiapkan anggaran fisibility study dan survey solusi banjir jangka panjang dengan tim TAPD pemerintah,'' katanya.
Namun demikian menurut Baharman, jangan semata-mata melihat banjir sebagai peristiwa fisik belaka. Tapi juga perlu mendalami ilmu langit yaitu kalau terlalu banyak dosa, maksiat penzoliman dilakukan oleh manusia terhadap orang lain.
Maka Tuhan menurunkan bala atau bencana sebagai teguran tapi kalau teguran tuhan berupa banjir, rusaknya jembatan, tidak ada perubahan prilaku maka boleh jadi peristiwa alam akan lebih dahsyat lagi.
''Ingat lagunya Ebit G Ade, mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita. Semoga tidak demikian,'' tutupnya. (ikh)