PALOPO --- Setiap banjir selalu menyisakan yang heboh-heboh. Selalu ada kejutan-kejuran. Sana sini ada saja kerusakan yang ditimbulkan.
Sudah Jembatan Miring yang retak pada 30 Oktober 2021. Kehebohan kembali terjadi di bulan yang sama. Jembatan Rampoang di Kota Palopo ambruk. Trans Sulawesi lumpuh total. Berdampak pula pada perekonomian terhambat. Jalur alternatif yang ada tak bisa memberi ruang yang leluasa untuk mendukung aktivitas lalulintas.
"Inilah yang saya maksud dampak. Terjadi kejutan-kejutan. Kejutannya luar biasa. Karena jembatan Rampoang runtuh," tandas Ketua Badan Pengurus Wilayah (BPW) KKLR Sulsel, Hasbi Syamsu Ali, kepada Palopo Pos, di Warkop Cappo, Rabu 19 Oktober 2022.
"Jembatan runtuh punya kejutan. Infrastruktur jembatan roboh," tandasnya lagi.
Ketua BPW KKLR Sulsel mengaku prihatin melihat kejutan yang terjadi ini. Setiap banjir besar selalu menyisakan jembatan di trans Sulawesi rusak parah.
Kenapa demikian? Ia melihat hampir semua jembatan yang dibangun tahun 80-an itu dengan desain cuman type standar. Memang, kontruksinya pasang batu atau landhop. "Itu sebenarnya sudah ketinggalan jaman," terang H Hasbi Syamsu Ali. "Artinya, saya ingin katakan jembatan itu sudah tidak relevan dengan lalulintas yang ada," tandasnya.
Ini yang harus dilihat dan bagaimana agar konstruksi jembatan bisa lebih modern dengan kondisi yang ada. Kalau ini terus terjadi, ia mengkhawatirkan akan terjadi penghambatan pertumbuhan ekonomi di Tana Luwu.
"Ini sangat berbahaya. Ini Rampoang sebenarnya suatu peringatan. Kita harus ingatkan kepada yang bertanggungjawab," tandasnya lagi.
Ia melihat banyak konstruksi jembatan di Tana luwu berpotensi rawan terhadap bencana banjir yang mengakibatkan ambruk.
Dari data yang diperoleh disebutkan bahwa daftar jembatan Palopo, Luwu, Luwu Utara, dan Wotu sekitar 218 buah jembatan. Perinciannya, ruas Palopo-Wotu 94 buah jembatan dan ruas batas Wajo/Luwu, Palopo-Battang 124 buah jembatan.
"Kita punya jembatan dari Bajo ke batas Masamba Lutim,. Sekitar 218 jembatan.
Termasuj, jembatan Makawa, Batusitanduk, Battang, Rongkong, Suli, Sungai Pareman," tandasnya.
Jembatan ini termasuk kategori kuat.
Tapi, yang sisanya ini kecil. Seperti di Rampoang tersebut. "Itu belum terhitung bangunan pelintas. Hampir ratusan jumlahnya. Jembatan tanpa pagar," katanya.
Terbaru yang dibangun adalah jembatan kembar Kandoa. "Jembatan lama ini hampir semuanya type sama. Beton digabung dengan besi. Ada penopang di tengah. Sebetulnya merusak sungai karena menghalangi," terangnya.
Kalau kondisi ini terus terjadi dan menimpa jembatan di Tana Luwu, ia mengkhawatirkan akan berdampak ke investor. "Itu pasti,pak," terangnya.
Juga yang diingatkan ketua KKL Raya Sulsel adalah terjadinya perubauan karakter lalulintas. Mobil semua sudah berbadan besar yang lewat. "Ini yang harus dipikirkan. Warga Tana Luwu ini menggugat konstruksi ini," tegasnya lagi.
Ia menyebut jembatan Sungai Pareman ada tengah. "Ini perlu segera diperbaharui. Karena adaji bentangannya," katanya.
Siapa yang bertanggungjawab dan perlu dengar aspirasi ini, ia menyebutkan bahwa poros ini adalah tanggungjawab pemerintah pusat melalui balai besar jalan dan jembatan.(ary)