PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, PALOPO -- Hujan lebat yang belakangan ini sering mengguyur beberapa wilayah masih berlangsung hingga sebulan ke depan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan bahwa puncak musim hujan terjadi pada Desember tahun ini hingga Januari 2023.
Potensi banjir besar, tanah longsor bis aterjadi di wilayah Indonesia, termasuk di Kota Palopo.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkapkan, berdasar hasil monitoring, suhu muka laut di wilayah Indonesia pada September–November 2022 dalam kondisi hangat. Kemudian, suhu muka laut diprediksi menurun menuju kondisi normal mulai Desember 2022 hingga Mei 2023.
Namun, karena kompleks dan dinamisnya kondisi atmosfer wilayah Indonesia, semua pihak tetap harus waspada.
”Musim hujan dimulai pada September 2022, sedangkan puncak musim hujan diprediksi terjadi pada Desember 2022 dan Januari 2023. Tapi, beberapa daerah sudah mengalami banjir seperti Bali, Aceh, dan pesisir selatan Pulau Jawa,” jelasnya.
Dwikorita mewanti-wanti semua pihak untuk bersiap menghadapi terjangan bencana hidrometeorologi akibat tingginya curah hujan tahunan yang diperkirakan melebihi rata-rata di sebagian wilayah Indonesia. Kemudian, masyarakat tetap perlu waspada dan siaga terhadap peningkatan potensi kekeringan serta kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di beberapa wilayah rawan.
”Seluruh pihak terkait harus segera melakukan mitigasi dan langkah antisipatif terhadap semua potensi bencana yang terjadi,” tuturnya.
Pemerintah pusat maupun daerah juga harus tetap meningkatkan optimalisasi fungsi infrastruktur sumber daya air pada wilayah yang rentan terhadap banjir.
Misalnya, penyiapan kapasitas yang memadai pada sistem drainase, sistem peresapan, dan tampungan air agar secara optimal dapat mencegah banjir. Kemudian, perlu dipastikan keandalan operasional waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya untuk pengelolaan curah hujan tinggi saat musim hujan dan penggunaannya saat musim kemarau.
Berdasar hasil pandangan BMKG, beberapa wilayah yang berpotensi mendapatkan curah hujan tahunan cukup tinggi lebih dari 2.500 mm/tahun berada di Provinsi Sumatera. Terutama di sekitar Pegunungan Bukit Barisan, Kepulauan Bangka Belitung, dan Sumatera Selatan.
Kemudian, sebagian Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, sebagian besar Kalimantan, sebagian Sulawesi Barat, sebagian besar Sulawesi Selatan, dan sebagian besar Papua.
”Masyarakat yang tinggal di bantaran atau lembah sungai harus betul-betul waspada dengan terjadinya banjir maupun banjir bandang. Juga bagi yang tinggal di daerah perbukitan. Sebab, saat hujan lebat dan sampai berjam-jam, kemungkinan terjadinya tanah longsor pun semakin besar,” terangnya.
Selain itu, semua pihak perlu mewaspadai potensi bencana hidrometeorologi kering di sejumlah wilayah Indonesia. Penyebabnya, curah hujan di bawah normal yang dapat memicu kekeringan serta dampak lanjutannya berupa kebakaran hutan dan lahan. Wilayah yang berpotensi mengalami kekeringan serta kebakaran hutan dan lahan selama periode kemarau yang normal pada 2023 adalah Riau, Sumatera Selatan, dan sebagian Kalimantan. Khususnya bagian barat, tengah, dan selatan.
”Semua pihak juga perlu mewaspadai potensi kebakaran hutan dan lahan pada 2023 yang lebih tinggi jika dibandingkan pada 2020, 2021, maupun 2022 yang kemaraunya bersifat basah,” ujarnya.
Sementara itu, Plt Deputi Klimatologi BMKG Dodo Gunawan mengungkapkan, suhu pada 2023 diprediksi lebih hangat bila dibandingkan dengan rata-ratanya. Meski demikian, kemungkinan terjadinya fenomena gelombang panas di wilayah Indonesia sangat kecil. Sebab, wilayah Indonesia dikelilingi lautan yang lebih luas daripada luas daratan serta memiliki kelembapan udara tinggi yang bisa berperan sebagai pendingin. (idr)