Sopir Truk Bermuatan Berat Mulai Mengeluh

  • Bagikan
TRUK bermuatan di atas 15 ton menunggu izin melintasi jembatan. Warga kini menutup jalur alternatif bagi kendaraan, semuanya harus lewat jembatan darurat. RIAWAN/PALOPO POS

Mereka Butuh Solusi, Berharap Segera Lanjut Bawa Muatan

PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, PALOPO -- Jalan Trans Sulawesi kembali terhubung setelah jembatan darurat di Kelurahan Rampoang, Kecamatan Bara, Kota Palopo bisa dilalui. Hanya untuk mobil bermuatan maksimal 15 ton. Yang lebih 15 ton masih tinggal di tempat. Padahal sudah berhari-hari menunggu. Para sopirnya berharap bisa lanjut ke daerah tujuan.

Oleh petugas di lapangan (Dishub dan Sat Lantas) untuk kendaraan 10 roda yang membawa muatan dan tentunya tak jarang muatan yang diangkut itu di atas 15 ton, tentu akan diputar balik sebelum mendekati jembatan.

Tidak ada jalur khusus untuk kendaraan tonase di atas 15 ton, membuat para sopir 10 roda dengan muatan di atas 15 ton seperti alat berat, menjadi kecewa atas solusi pemerintah seperti jembatan darurat yang hanya untuk kendaraan muatan maksimal 15 ton saja.

Kasat Lantas Polres Palopo, Iptu Siswaji, S.Sos, kepada Palopo Pos, Selasa 1 November 2022, kemarin mengungkapkan untuk jembatan darurat sudah berfungsi otomatis. Jalan alternatif sudah berkurang kendaraan yang melintas, baik yang dari arah utara maupun yang dari arah selatan dan untuk kendaraan yang melebihi tonase untuk sementara kami putar balik arah atau ada beberapa kendaraan yang membagi barangnya untuk bisa melintas di jembatan darurat.

Beberapa sopir yang disuruh putar balik oleh petugas Dishub dan Lantas Polres Palopo di lokasi, merasa dianaktirikan karena tak diberi solusi. Kondisi ini membuat distribusi barang ke Utara Lintas Sulawesi jadi terhambat.

Beberapa sopir mobil ekspedisi misalnya yang di jumpai beberapa hari sebelumnya di hari lokasi, ia mengaku sudah dua malam memarkir kendaraannya dipinggir jalan, karena tidak diperbolehkan melintas di jembatan lantaran tonase kendaraannya di atas 20 ton.

"Dari Makassar bawa material bangunan tujuan Luwu Timur, di sini sudah dua malam kami parkir mobil karena tidak bisa melintas di jembatan karena muatan kami bawa 25 ton sementara katanya jembatan hanya bisa dilewati mobil maksimal 15 ton," kata Ilham, sopir dengan dialeg Makassar di lokasi.

Tidak hanya sopir muatan material bahan bangunan saja yang mengeluhkan solusi pemerintah yang disebut hanya memihak mobil tertentu saja, supir lainnya yang juga ada juga mobil tronton yang teriak mengaku di anak tirikan karena tidak ada solusi buat mereka.

"Kasian kita ini, jauh- jauh dari Makassar, tiba di sini (Palopo/Rampoang) tidak bisa lanjut karena jembatan putus. Ada jembatan darurat tapi kita tidak bisa lewat karena maksimal 15 ton saja yang bisa lewat. Kaya' anak tiri ki saja tidak ada solusi buat kita supaya bisa melanjutkan perjalanan ke tujuan. Habis uang jalan tinggal bermalam, orang di rumah menelfon kapan pulang, kita mau jawab apa kalau masih belum sampai tujuan karena tertahan di jalan," kata supir tronton di lokasi.

Sebelum jembatan darurat dilalui, jalur alternatif masih bisa dilalui semua jenis kendaraan termaksud mobil ekspedisi dengan berbagai tonase termasuk mobil muat alat berat yang di atas 30 ton.

Namun setelah jembatan darurat difungsikan, sejumlah warga di jalur alternatif menolak kendaraan besar (roda 10) melintas dengan alasan jalan dan rainase rusak. Dan alasan lainnya yakni jembatan yang ada di jalur alternatif hanya bisa dilalui kendaraan dengan maksimal tonase 10 ton.

Menanggapi keluhan para supir tersebut, termaksud jalur alternatif yang juga tidak bisa dilalui kendaraan berat karena ada penolakan dari sejumlah warga, pihak kepolisian juga tidak bisa berbuat banyak untuk memberi solusi bagi supir yang tonasenya di atas 15 ton.(ria/idr)

  • Bagikan

Exit mobile version