- Memaknai Hari Pahlawan 10 November
PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, PALOPO -- Hari ini, 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan. Di Tana Luwu banyak pahlawan nasional yang telah berjuang membantu kemerdekaan RI. Sebut saja ada Datu Luwu Andi Djemma, Opu Daeng Risadju, Emmy Saelan. Lalu, di Toraja ada Pong Tiku. Kesemuanya adalah pahlawan sejati bangsa.
Lantas bagaimana generasi muda seharusnya memaknai Hari Pahlawan ini? Dikatakan Rektor IAIN Palopo, Prof Dr Abdul Pirol M.Ag, makna hari pahlawan bagi pemuda di antaranya kemerdekaan bangsa dari penjajahan tidak terlepas dari perjuangan dan pengorbanan para pahlawan. Demikian halnya, hasil-hasil pembangunan selama ini, yang sudah dapat dinikmati oleh masyarakat juga adalah berkat usaha dan perjuangan dari para pendahulu. Karenanya, para pemuda hendaknya memanfaatkan situasi dan kondisi ini dengan mempersiapkan diri melanjutkan estafet perjuangan para pahlawan.
Selanjutnya, para pemuda perlu menyadari bahwa negara dan bangsa memerlukan mereka, untuk mengawal cita-cita kemerdekaan dan terwujudnya tujuan pembangunan nasional.
Situasi dunia yang dibayang-bayangngi ketidakpastian dan ketidakstabilan politik, keamanan maupun ekonomi akibat krisis Rusia vs Ukraina, perlu diantisipasi dengan mendorong upaya meningkatkan kualitas pemuda Indonesia. Kita harapkan lahir para pemuda yang cerdas dan berkarakter yang memiliki nasionalisme yang kuat dan menghargai kemanusiaan.
Sementara itu, Ketua KNPI Provinsi Sulsel, Muhammad Arham Basmin Mattayang juga memberikan pandangan memaknai 10 November di Tahun 2022 ini.
Peringatan seremonial dengan tema setiap tahunnya yang selalu berubah dan berubah. Di dalamnya mengandung motivasi, harapan dan sebuah cita untuk kebaikan bangsa ini.
Beberapa tahun terakhir ini semangat itu lebih dominan terasa lewat media sosial, lewat hastag, status FB, IG, cuitan Twitter, unggahan lifleat dan foto berisi tulisan bertema sama "Selamat Hari Pahlawan".
Sesuatu yang berbeda dalam keluarga kecil saya, saya selalu berupaya di setiap momentum ini Mencoba mewariskan semangat para pejuang bangsa lewat cerita-cerita perjuangan penuh makna kepada anak-anak saya. Tak lebih dan tak kurang hanya sebuah kekuatiran, kelak mereka jangan sampai tak punya kemampuan lagi berterima kasih pada para pendahulu mereka, yang telah mengorbankan harta bahkan nyawa mereka, untuk sesuatu yang kita dan anak cucu kita nikmati saat ini.
Kebebasan dan udara merdeka yang kita hirup sekarang sesungguhnya adalah warisan yang mungkin telah kita sia-siakan. Cara berterima kasih generasi saat ini kadangkala hanya sebatas menghafal nama, daerah asal, dan tanggal lahir serta dimana wafatnya para pahlawan kita ini, itu serasa sudah cukup. Mengabadikan nama mereka lewat jalan-jalan protokol acapkali hanya sebatas sebagai penanda.
Arah menuju ke jalan nama pahlawan itupun seringkali kita percayakan sepenuhnya kepada google maps. Kita lebih takut tersesat kearah jalan itu dibanding tersesat karena tak pernah lagi mau mengingat pengorbanan mereka. Nyaris tak ada rasa bersalah saat tak pernah bisa menjaga nama baik bangsa, tak mampu menjaga marwah perjuangan mereka. Ini adalah almanak buruk bagi generasi kita khususnya bangsa ini.
Jika para selebritis dunia telah menjadi idola para generasi kita, bagaimana mungkin kita masih bisa tenang untuk mempercayakan serta mewariskan bangsa ini kepada mereka. Seyogyanya para pahlawan kita adalah idola mereka, para patriot bangsa adalah pujaan hati mereka, bukan Avengers, Justice League apatah lagi penyanyi kelas dunia yang tampilan pakaian mereka tak pernah sepenuh hati menutup aurat.
Tak bermaksud mengkritik sistem pendidikan, lemahnya para orang tua dalam mendidik. Sudahlah, berhentilah saling menyalahkan, saatnya kita sekarang berbenah memperbaiki sesuatu yang kita rasa telah keluar jalur untuk kembali on the track. Kita belum terlambat, selalu ada kesempatan terbaik untuk para generasi pewaris perjuangan para pendahulu kita. Saat kita memanggil mereka dalam doa terbaik, Hero….., kami butuh semangat itu!. (idr)