Ketua Majelis Etik Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI), Jusuf Kalla Munas KAHMI ke-11 di Ballroom Best Western Hotel, Palu, Sulawesi Tengah, Kamis, 24 November 2022, malam. --ist--
PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, PALU-- Ketua Majelis Etik Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI), Jusuf Kalla alias JK mengingatkan agar Munas KAHMI tidak hanya menjadi momentum mengganti kepemimpinan semata.
JK mendorong agar Munas KAHMI melahirkan pemimpin dengan tiga faktor, yakni kecendekiawanan, pengabdian, dan inovasinya.
Hal tersebut disampaikan JK saat menyampaikan sambutan pada acara gala dinner Munas KAHMI ke-11 di Ballroom Best Western Hotel, Palu, Sulawesi Tengah, Kamis, 24 November 2022, malam.
"Tentang Munas, selayaknya bukan hanya memutuskan siapa pimpinan yang baru. Tapi juga jadi bahan evaluasi bagi kita. Sudah sampai di mana? Yang paling berat apakah kita pencipta atau inovator," kata JK dihadapan undangan peserta Munas KAHMI.
"Karena tanpa itu (inovasi), kita tidak akan maju," imbuh Wakil Presiden ke 10 dan 12 tersebut.
Menjadi inovator atau pencipta kata JK, sudah menjadi keharusan bagi HMI. Sebab salah satu tujuan masuk HMI adalah salah satunya menjadi insan akademis pencipta. "Salah satu tujuannya adalah terbinanya insan akademis pencipta, pengabdi berasaskan Islam dan bertanggung jawab pada kemajuan bangsa yang adil dan makmur," kata JK mengenang saat masuk HMI tahun 1960 silam.
Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) itu menambahkan, inovator tidak hanya bagi mereka yang berkecimpung dibidang teknologi semata, melainkan semua bidang ilmu.
Sehingga bagi JK, seorang teknik yang berkemajuan adalah mereka yang mampu menciptakan sesuatu yang baru dalam bidang teknologi. Sedangkan politisi yang inovatif adalah mereka yang bisa menciptakan sesuatu yang baru bagi tatanan sosial dan bangsa.
"Demikian ekonom harus bisa lebih memajukan pengusaha dengan hal-hal yang baru," tambah pria kelahiran Bone Sulawesi Selatan tersebut.
Lebih jauh, JK juga menyinggung soal pencapaian akademisi di internal KAHMI. Bagi JK, figur akademisi adalah hal yang susah. Pasalnya parameter akademisi bisa dilihat dari cara bicara, bersikap, berfikir serta lagi-lagi berinovasi.
Pada kesempatan sama, Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) itu berharap agar Munas KAHMI berjalan dengan baik. JK tidak menginginkan jika kembali ke masa-masa kongres yang kadang berlangsung berpuluh-puluh hari bahkan diwarnai dengan kursi yang melayang.
"Beri contohlah kepada adek-adek kita di HMI. Jangan diajari hal-hal yang kurang baik. Kayak tidak jadi pemilihan pemimpin jika tidak ada kursi melayang. Jangan seperti itu," imbau JK.
"Kita harus tetap menjaga gaya HMI dan KAHMI, yaitu adanya sifat kebersamaan," pungkas JK. (*/pp)