Prof Dr Abdul Pirol: Kita Usulkan Nama "UIN La Patiware Palopo"
PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, PALOPO -- Usaha peralihan status Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palopo menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) terus bergulir di Kementerian Agama RI.
Untuk mempersiapkan jika sewaktu-waktu beralih status, pihak IAIN Palopo sudah siap. Salah satu yang disiapkan adalah pengembangan lokasi kampus baru di Dusun Labokke, Desa Puty, Kecamatan Bua, Kab. Luwu.
Di atas, lahan seluas 11 hektare sudah siap dibangun. Lahan ini hibah dari Pemkab Luwu kepada pihak IAIN Palopo dalam rangka mendukung alih status menjadi UIN.
Rektor IAIN Palopo, Prof Dr Abdul Pirol M.Ag di sela-sela acara wisuda sarjana dan magister IAIN Palopo Angkatan XXXII Periode II Tahun 2022 sebanyak 1.141 orang di Auditorium mengungkapkan, saat ini proses alih status menjadi UIN sudah tahap final di pusat.
Pihaknya berharap tidak lama lagi, bisa keluar SK dari Kementerian Agama. Nantinya, jika beralih status menjadi UIN, maka namanya adalah UIN La Patiware Palopo.
Nama ini sejalan dengan hasil kajian dan studi lewat seminar beberapa waktu lalu, tentang pengusulan nama kampus UIN. Maka disepakatilah nama pahlawan Tana Luwu, La Patiware.
"Kita sudah usulkan ke pusat nama kampus UIN La Patiware, semoga segera bisa terwujud," kata Rektor IAIN Palopo 2 periode ini, Rabu 14 Desember 2022.
Dari pantauan Palopo Pos di lokasi kampus baru IAIN Palopo di Dusun Labokke, terlihat tugu papan nama kampus UIN La Patiware sudah hampir rampung dikerjakan.
“Usaha menjadikan IAIN sebagai UIN sudah lama diusahakan sejak tahun 2017/2018 dan dibentuk panitia serta diundang untuk presentasi di Kementerian Agama. Bahkan sudah ditinjau, apakah memenuhi syarat atau tidak untuk berubah menjadi universitas. Mereka sudah anggap memenuhi syarat oleh Kementerian Agama,” jelas Prof Pirol.
Adapun tujuan diubahnya IAIN menjadi UIN agar dapat membuka Prodi-Prodi atau fakultas umum. Karena di IAIN hanya untuk Prodi agama saja. Tetapi jika sudah jadi universitas, maka bisa membuka ilmu yang umum, misalnya Prodi Teknik atau Kedokteran.
Sedangkan nama universitas, sudah melewati beberapa tahap mulai dari mengundang Kedatuan Luwu dan juga sudah melaksanakan seminar yang melibatkan berbagai komponen. Bahkan menggali aspirasi dari masyarakat. Dari sekian banyak nama, kemudian disepakati "UIN La Patiware”.
Rektor IAIN menambahkan, persyaratan sebuah institut menjadi universitas diatur dalam Peraturan Kementerian Agama Nomor 20 Tahun 2020. Antara lain misalnya jumlah mahasiswa minimal 3.500 orang. Saat ini IAIN sudah mencapai 9.000 orang, jadi sudah dilampaui.
Jumlah guru besar minimal empat dan bisa dikerjasamakan. Kalau kurang, bisa bekerja sama dengan perguruan tinggi lain. Di IAIN sudah cukup empat guru besar. Lalu jumlah luas tanah minimal 10 hektar. Lahan IAIN sudah lebih.
Prof Dr Abdul Pirol menyampaikan terima kasih kepada Pemkab Luwu, Bupati Luwu, Sekda Luwu dan lainnya atas dukungan terhadap IAIN untuk terus berkembang, termasuk alih status menjadi UIN.
“Alhamdulillah untuk lahan, minimal 20 hektare, kita sudah penuhi, di Palopo sekitar 10 hektare lebih, kemudian ada bantuan dari Pemkab Luwu sekitar 11 hektare lebih,” ujarnya.
Perubahan menuju UIN tentu sangat penting adanya untuk mendukung pengembangan wilayah SDM maupun SDA di wilayah Tana Luwu. Karena jika sudah alih status menjadi universitas, maka dapat membuka prodi-prodi umum lainnya.
“Tentu sesuai dengan kebutuhan masyarakat, akses untuk pengembangam SDM dan SDA, lulusannya kembali ke masyarakat,” ujarnya.
Saat ini sebagai informasi, IAIN Palopo mengelola 4 fakultas. Yaitu, Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah. Lalu, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Fakultas Syariah, dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Serta ada juga Pascasarjana yang di dalamnya Pendidikan Agama Islam, Manajemen Pendidikan Islam, Hukum Islam, Komunikasi dan Penyiaran Islam, dan Tadris Bahasa Inggris.(idr)