PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID PEKALONGAN---Bertindak ilmiah dan membangun jati diri bangsa merupakan kunci sukses dalam upaya mempercepat penurunan stunting di Indonesia.
Hal tersebut merupakan intisari dari tausiah yang disampaikan Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya dalam Sosialisasi dan Pembekalan untuk mempercepat menurunkan stunting bagi para penyuluh agama dan penyuluh KB yang digelar di Gedung H.A. Djunaid Convention Centre Kawasan Pondok Pesantren Modern Alqur'an Pekalongan, Jawa Tengah, Rabu (28/12/2022).
Sosialisasi dan pembekalan yang diikuti ratusan penyuluh agama, penyuluh KB, dan guru-guru sekolah itu digelar oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dalam program KIE (komunikasi, informasi, edukasi) dengan Kementerian Agama RI.
Kepada para penyuluh agama, penyuluh KB dan guru-guru yang hadir dari Kota Pekalongan, Kabupaten Pekalongan, dan Kabupaten Batang, Habib Luthfi mengatakan ilmu agama bukan dogma semata atau persoalan menjalankan ibadah saja.
"Saya kagum terutama di dalam Juz Amma. Dalam QS At-Tariq: in kullu nafsil lammaa "alaihaa haafizh.
Kita tidak menafsirkan hanya untuk kepentingan ubudiyah dari segi ibadah.
Tetapi secara ilmiah di dalam firman tersebut," kata Habib Luthfi.
Menurut Habib Luthfi, masih banyak tugas yang harus diselesaikan sebagai sesama bangsa Indonesia.
"Pe er (pekerjaan rumah) kita masih sangat panjang, jumlah manusia semakin bertambah. Apa yang sudah kita lakukan untuk menjawab tantangan umat dan bangsa," ujar Habib Luthfi.
Habib Luthfi menyebutkan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia adalah orang yang cerdas. Terbukti dari dibangunnya Candi Borobudur yang tahan dalam menghadapi erupsi Gunung Merapi dan juga gempa bumi.
"Generasi kita seharusnya cerdas tetapi mundur. Mungkin karena makanan.
Getaran dan erupsi gunung merapi. derasnya air dalam membangun Borobudur, orang dulu sudah jauh memikirkan," ujar dia.
Selanjutnya Habib Luthfi yang juga anggota Dewan Pertimbangan Presiden ini mengajak para peserta yang hadir untuk menanamkan nasionalisme yang kuat dan membentuk jati diri bangsa untuk meningkatkan kecerdasan anak-anak Indonesia.
Dia mencontohkan jati diri bangsa itu ibarat air laut yang menerima jutaan liter air hujan tetapi tidak berubah tawar atau menerima air limbah namun tetap menjadi air yang tidak meracuni dan mematikan.
"Mari kita lihat Indonesia mendidik anak-anak menjadi jembatan emas. Siapa lagi kalau bukan kita untuk mencerdaskan bangsa Indonesia," ujar Habib Luthfi mengakhiri tausiahnya.
Sementara itu sebelum Habib Luthfi menyampaikan tausiahnya, Kepala BKKBN Dr. (HC) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) mengatakan BKKBN mengemban amanah meningkatkan kualitas sumber daya manusia. BKKBN menjadi pusat melahirkan generasi unggul.
"Hal ini sesuai amanah dari Pak Presiden, BKKBN sebagai ketua tim percepatan penurunan stunting. Luar biasa Habib Luthfi bisa membekali para penyuluh agama," kata Hasto.
Hasto menyebutkan Indonesia adalh Bangsa yang kuat.
"Kita adalah bangsa yang unggul. Insya allah bisa mewarisi generasi yg hebat dan unggul," tegas Hasto.
Karena itu untuk mengejar target menurunkan stunting 14 persen pada 2024 bukan tugas yang ringan namun dengan dukungqn dari para penyuluh agama hal itu bisa dicapai.
"Kejar target 14 persen, tidak ringan. Jawa Tengah jadi contoh, prevalensi stunting rendah," ujar Hasto.
"Daging sapi tidak lebih baik dari ikan lele. Cegah stunting tdk perlu mahal. Gerakan keluarga dalam pola makan merupakan upaya untuk.mengatasi stunting. Tidak harus beli dan beli (bahan pangan) tetapi dapat dari lingkungan rumah," ujar Hasto.
Sementara itu Direktur Penerangan Agama Islam Kementerian Agama RI, Dr. H. Ahmad Jayadi, M.Pd mengatakan salah satu bentuk konvergensi dalam percepatan penurunan stunting di Indonesia adalah dengan pelibatan peran penyuluh agama.
Menurut Jayadi, penyuluh agama memiliki peran strategis dalam memberikan edukasi kepada masyarakat. Melalui khutbah, ceramah, serta tausiyah keagamaan, para penyuluh dapat menyampaikan pentingnya pencegahan stunting di masyarakat sebagai sebuah aksi nyata.
Jumlah penyuluh agama yang mencapai lebih dari 50.000 (lima puluh ribu) orang, yang tersebar hingga kecamatan, sangat potensial untuk ikut serta mensosialisasikan percepatan penurunan angka stunting, dengan dimulai dari wilayahya masing-masing.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah, drg. Widwiono, M.Kes mengatakan sesuai dengan arahan Kepala BKKBN, kegiatan halaqah dengan penyuluh agama dan tokoh masyarakat, akan dilaksanakan di seluruh kabupaten/kota di Jawa Tengah.
"Dimulai dari Kabupaten Brebes dan Kota Pekalongan, pada Tahun 2023 direncanakan akan dilaksanakan juga di Kota Semarang, Kabupaten Rembang, dan kabupaten/kota lainnya," ujar Widwiono.
"Menurut survei yang dilakukan 96 %(sembilan puluh enam) masyarakat mengetahui apa itu stunting. Sedangkan 56 % (lima puluh enam) sudah melakukan aktivitas pergerakan percepatan pencegahan stunting. Diharapkan masyarakat tidak hanya tahu apa itu stunting, tetapi juga memaksimalkan aktivitas pergerakan untuk percepatan penurunan stunting, oleh karena itu BKKBN merangkul pihak-pihak terkait, seperti TNI POLRI dan Kemenag untuk bersama-sama mempercepat penurunan angka stunting khususnya di Jawa Tengah," pungkasnya.
Program percepatan penurunan stunting pada balita merupakan salah satu agenda prioritas pemerintah. Dengan mencegah terjadinya stunting, bersama-sama dapat mencetak generasi emas untuk negara. Keberhasilan bagi sebuah negara diukur melalui Human Capital Index, dimana negara dikatakan maju jika masyarakat memiliki umur yang panjang, sehat dan produktif.
Kegiatan ini dihadiri juga oleh PP2S Setwapres, Deputi 3 Kemenko PMK, pejabat Kominfo, Walikota Pekalongan beserta jajaran Forkompinda dengan peserta terdiri dari Penyuluh KB, Penyuluh Agama dan TPK dari kota Pekalongan dan sekitarnya.(rls/idr)