PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID MALILI -- Dalam pelaksanaan pengelolaan penambangan nikel d sorowako kecamatan nuha kabupaten Luwu Timur Sulawesi Selatan, PT Vale Indonesia terus mengedepankan kesehatan keselamatan kerja, sehingga karyawan yang dimiliki oleh perusahaan tambang nikel terbesar di sulawesi selatan itu,yang setiap hari melakukanan aktivitas dapat bekerja dengan aman tanpa adanya kecelakaan kerja.
Terbukti,sesuai dengan undang undang keselamatan kerja nomor 1 tahun 1970 dan Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja serta Peraturan Pemerintah Nomor 88 tahun 2019 tentang kesehatan kerja serta Peraturan Menteri Nomor 5 tahun 1996 mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3); Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
PT Vale Indonesia mengedepankan ke lima aturan Pemerintah Republik Indonesia tersebut dalam menjalankan aktivitasnya.
Salah seorang karyawan PT Vale Indonesia, Marwin Tosalili, yang telah bekerja sebagai karyawan sudah lebih 10 tahun, kepada wartawan Palopo Pos, Jumat 30 Desember 2022 mengatakan, selama bekerja di PT Vale Indonesia, peraturan tentang keselamatan kerja dan kesehatan kerja betul betul diterapkan, dimana lingkungan kerja harus selalu bersih, begitutupun disaat bekerja, pula keselamatan kerja yang diutamakan, bahkan setiap karyawan di bekali ilmu tentang kesehatan keselamatan kerja (K3),melalui safety training yang di laksanakan oleh PT Vale Indonesia Tbk yang diikuti oleh semua karyawan.
“Dengan adanya ilmu kesehatan dan keselamatan kerja tersebut,sangat berguna saat kami bekerja,karena kami sudah dapat mengetahui bahaya bahaya yang bakal terjadi dan bagaimana menghindari agar tidak terjadi kecelakaan kerja disaat kami sedang bekerja, begitupun dengan alat alat pelindung diri yang telah diberikan oleh perusahaan harus selalu kami pakai saat bekerja,” ujar Marwin Tosalili.
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan dilingkungan kerja,PT.Vale Indonesia Tbk juga menerapkan beberapa aturan terkait keselamatan kerja,seperti job safety observation (JSO) yang merupakan metode pengamatan suatu pekerjaan untuk meningkatkan mutu pelaksanaan keselamatan kerja,begitupun dengan Job Safety Analysis (JSA),dimana salah satu teknik managemen keselamatan yang berfokus pada identifikasi bahaya dan pengendalian bahaya yang berhubungan dengan rangkaian pekerjaan atau tugas yang hendak dilakukan.JSA juga berfokus pada hubungan antara pekerja dan peralatan maupun lingkungan kerja,semua dilakukan oleh PT Vale Indonesia Tbk tentunya salah satu langkah pengendalian untuk meminimalkan bahkan menghilangkan risiko kecelaaan kerja.Hal tersebut sudah menjadi komitmen PT.Vale Indonesia Tbk untuk terus memprioritaskan Keselamatan kerja untuk semua karyawannya.
Head Of Communication PT.Vale Indonesia,Bayu Aji,mengatakan, PT Vale Indonesia Tbk. yang sudah beroperasi selama 54 Tahun di Sorowako Kecamatan Nuha Kabupaten Luwu Timur Provinsi Sulawesi Selatan,terus berkomitmen mengedepankan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) untuk seluruh karyawan PT.Vale Indonesia Tbk.
“Dalam melaksanakan suatu pekerjaan,Karyawan harus selalu mengutamakan keselamatan kerja dengan tagline,Tidak Safety-Tidak Ada Produksi,karena ini merupakan salah satu komitmen perusahaan bagaimana produksi meningkat tanpa adanya kecelakaan kerja” ujar Bayu Adji.
Bayu Adji,juga mengungkapkan, PT Vale Indonesia Tbk yang bergerak dibidang pertambangan Nikel sudah menjadi sebuah prosedur agar K3 tetap di utamakan,sebab mengabaikan K3 dapat menimbulkan resiko didalam melakukan aktivitas pertambangan seperti,kecelakaan kerja yang fatal.
“Setiap pekerja wajib memakai peralatan kerja sesuai ketentuan K3, hal ini juga bertujuan agar terhindar dari kecelakaan,begitupun dengan tempat kerja yang bersih sehingga para karyawan dapat terhindar pula dari berbagai penyakit,sehingga karyawan sehat tentunya dapat meningkatkan produktivitas,” tutur Bayu Adji.
Selain penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3),PT.Vale Indoensia Tbk juga berkomitmen melakukan penambangan dengan system Pertambangan Rendah Karbon seperti,di Tahun 2019 lalu,PT.Vale Indoensia Tbk telah resmi mengoperasikan Boiler tanpa emisi karbon, dimana Boiler tersebut tidak lagi menggunakan bahan bakar HSFO (high sulfur fuel oil) tapi menggunakan daya Listrik.
“Boiler yang saat ini sudah beroperasi sangat ramah lingkungan karena tidak lagi menimbulkan emisi karbon”ucap Bayu Adji.
Begitupun dengan adanya Electro Static Precipitator (ESP),dimana ESP milik PT Vale Indonesia Tbk itu berfungsi menangkap debu sisa pembakaran yang berada dalam gas buang yang akan dibuang ke udara melalui cerobong,sehingga gas buang yang akan dibuang tidak mengandung partikel-partikel debu yang mencemari lingkungan.
“Untuk pengendalian emisi debu dan partikulat,PT.Vale Indoensia telah siapkan fasilitas pengendali yakni,Electrostatic Precipitator (ESP) atau penangkap debu teknologi listrik statis dan bag house (Fasilitas penangkap debu dan particular) di tanur pelebur dan tanur produksi, ”tutur Bayu Adji.
Bayu Adji mengutarakan, PTVale Indonesia Tbk, juga setiap saat melakukan pemantauan dan pengukuran secara berkala,seperti Pengukuran konsentrasi partikulat dilakukan sesuai USEPA Method 5 dengan nilai baku mutu 0,22 mg/Nm3. Dari hasil pengukuran, konsentrasi partikulat berada di bawah baku mutu. Di 2018, Vale mencatatkan intensitas partikulat sebesar 0,019 mg/Nm3.
“Komitmen terhadap praktik pertambangan berkelanjutan merupakan upaya kami untuk mewujudkan sasaran menjadi sustainable operator,” kata Bayu Aji, Senior Manager Communication Vale Indonesia.
Salah satu wujud dari pengelolaan tambang berkelanjutan adalah adanya integrasi dalam pembukaan lahan tambang dengan kegiatan reklamasi dan rehabilitasi. Berdasarkan data perusahaan, hingga 2018, total sudah 4.250 hektar lahan purnatambang yang direklamasi. Total akumulasi jumlah pohon yang ditanam di lahan pasca-tambang mencapai lebih dari 1.200.000 batang.
“Vale Indonesia juga mematuhi ketentuan bukaan lahan sekitar 1.000 hektar per tahun,” jelas Bayu.
Tidak hanya itu, menurut Bayu, sejak 2006 Vale telah memiliki kebun persemaian tanaman modern (nursery) seluas 2,5 hektar yang mampu memproduksi 700.000 bibit dan merehabilitasi 100 hektar lahan pascatambang setiap tahun. Di sana Vale juga memproduksi berbagai jenis tanaman asli setempat (native species) dan tanaman endemik yang merupakan bagian dari konservasi keanekaragaman hayati.
“Vale juga memiliki Program Konservasi Pohon Eboni (kayu hitam/Diospyros celebica) yang telah berjalan sejak 2014 dan hingga tahun lalu sudah 24.022 batang pohon eboni ditanam,” kata dia.
Menghijaukan wilayah bekas tambang tidak lengkap rasanya jika tidak ada upaya untuk menekan limbah dan emisi. Bukan rahasia umum lagi isu limbah dan emisi tidak akan mungkin bisa lepas dari perusahaan tambang termasuk Vale Indonesia. Stigma negatif perusahaan tambang akan limbah dan emisi tersebut coba ditampik melalui berbagai program.
Tidak hanya sekedar menjaga kualitas air agar masih memenuhi baku mutu yang ditetapkan Pemerintah, Vale Indonesia juga membangun Lamella Gravity Settler (LGS) di Blok Sorowako dengan kapasitas 4.000 m3/jam untuk meningkatkan efisiensi penurunan beban pencemaran dari limbah cari berupa Total Padatan Tersuspensi (TSS) dan Kromium valensi (Cr6+) sejak tahun 2014 dengan biaya mencapau US$ 3,2 juta.
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap kinerja, terlihat bahwa teknologi ini mampu menurunkan konsentrasi limbah cair secara signifikan. Pada tahun 2017 TSS mencapai 99 ton mampu diturunkan menjadi 80 ton.
Selain itu, Vale juga telah gelontorkan US$ 1,9 juta untuk kembangkan Pakalangkai Waste Water Treatment. Fasilitas ini terintegrasi dengan 85 kolam pengendapan limbah cair (pond).
Sepanjang 2014-2018, Vale Indonesia telah melakukan efisiensi air rata-rata 190m3/ton. Air yang didaur ulang berasal dari pencucian kendaraan ringan dan dari pembersihan area kerja proses pengolahan. Air terlebih dahulu dialirkan ke kolam pengendapan untuk memisahkan dari sedimen, kemudian air dipompa kembali ke dalam penampungan berupa kolam impermeable dan tangki. Upaya daur ulang ini menggantikan penggunaan air yang sebelumnya menggunakan air yang dipompa dari danau.
Untuk pengendalian emisi debu dan partikulat, Vale Indonesia telah siapkan dua fasilitas pengendali yaitu ESP (Electrostatic Precipitator) atau penangkap debu teknologi listrik statis dan Bag House (fasilitas penangkap debu dan partikulat) di tanur pelebur dan tanur pereduksi.
Bayu menjelaskan perusahaan melakukan pemantauan dan pengukuran secara berkala. Pengukuran konsentrasi partikulat dilakukan sesuai USEPA Method 5 dengan nilai baku mutu 0,22 mg/Nm3. Dari hasil pengukuran, konsentrasi partikulat berada di bawah baku mutu. “Di 2018, Vale mencatatkan intensitas partikulat sebesar 0,019 mg/Nm3,” ujar Bayu.
Upaya pengendalian limbah dan emisi tentu tidak bisa lepas juga dari pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT). Vale Indonesia sendiri menegaskan telah berkontribusi mereduksi emisi karbon sebesar 500.000 ton CO2eq per tahun.
“Realisasi itu merupakan manfaat dari penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sejak tahun 1979 yakni PLTA Larona. Jadi boleh dikatakan pemanfaatan EBT ini bukanlah barang baru bagi Vale Indoenesia. Sampai sekarang sudah ada tiga PLTA yang memasok sebagian kebutuhan energi dengan total kapasitas mencapai 365 Megawatt (MW). Tidak hanya PLTA, penggunaan Biosolar melalui campuran Fatty Acid Methyl Ester (FAME) sebanyak 20% dalam kegiatan operasional kendaraan tambang juga turut berikan kontribusi terhadap lingkungan. Vale Indonesia juga telah menggunakan biodiesel sejak 2016, dan tentu ikut daam perluasan penggunaan 20% biodiesel yang ditetapkan pemerintah pada September tahun lalu”pungkas Bayu Adji.(nasthan yan)