Suasana ketika Komisaris PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale) Jasman Panjaitan saat berkunjung ke wilayah operasi PT Vale di Blok Sorowako, Luwu Timur, Rabu hingga Kamis (18-19/1/2023). --hms--
PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, MALILI-- Komisaris PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale) Jasman Panjaitan menyebutkan, PT Vale dapat menjadi role model bagi perusahaan tambang di Indonesia. Hal tersebut disampaikan saat berkunjung ke wilayah operasi PT Vale di Blok Sorowako, Luwu Timur, Rabu hingga Kamis (18-19/1/2023).
Jasman Panjaitan merupakan komisaris PT Vale Indonesia Tbk. (PT Vale) yang ditunjuk pada RUPS Desember 2022.
Jasman Panjaitan melihat komitmen PT Vale yang mampu menjaga kebersihan dan keindahan Danau Matano selama 54 tahun beroperasi di Sorowako.
"PT Vale ini sangat luar biasa dengan komitmennya menjaga lingkungan selama puluhan tahun, dia tidak hanya menambang atau mengerok keuntungan kemudian meninggalkan, tetapi bertanggung jawab untuk mengembalikan seperti semula dengan melakukan reklamasi dan reboisasi. Makanya saya bisa katakan bahwa PT Vale adalah role model bagi perusahaan tambang lain," kata Jasman Panjaitan.
Menurutnya, tak banyak perusahaan tambang yang berkomitmen menjaga lingkungan dan melakukan hal yang sama seperti PT Vale, yaitu menjaga kebersihan air di sekitar operasi dan mengembalikan lingkungan seperti sebelum ditambang.
“Selama dua hari ini saya keliling dan melihat langsung semua itu sangat luar biasa, saya harapkan tetap dipertahankan komitmennya,” harapnya.
CEO PT Vale Febriany Eddy mengatakan bahwa sejak awal, misi PT Vale tidak pernah berubah, yakni mengubah kekayaan sumber daya alam untuk membawa kemakmuran dan pembangunan berkelanjutan. Menurutnya, misi tersebut sesuai dengan UU pasal 33 ayat 3 1945.
"Kinerja PT Vale diukur dari people, profit dan planet. Planet sangat penting, salah satunya Danau Matano yang tetap terjaga karena merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat Luwu Timur. Dan ketika Danau Matano tidak dijaga dengan baik dampaknya sangat luar biasa bagi masyarakat karena sumber air ada di Danau Matano," kata Febriany Eddy.
Febriany menjelaskan, Danau Matano telah menjadi perhatian dunia karena merupakan danau purba yang memiliki endemik khusus yang hanya ada di Danau Matano. Apabila danau tersebut rusak maka endemik itu akan ikut rusak dan punah, sehingga dapat mempengaruhi keseluruhan ekosistem di dalamnya.
"Di sini keragaman hayati sangat tinggi makanya kami menambang sangat hati-hati dan memperhatikan keanekaragaman hayati di dalamnya," imbuhnya.
Untuk itu, dia menjelaskan, safety dan lingkungan jangan pernah dikorbankan demi mendapatkan keuntungan yang besar. Menurutnya, ketika salah satunya dikorbankan maka akan sulit kembali normal.
“Kita harus tetap mempertahankan komitmen terhadap safety dan lingkungan, keduanya jangan pernah ditinggalkan,” jelasnya.
Bahkan Febriany Eddy sangat terbuka apabila ada perusahaan tambang lain yang ingin datang ke PT Vale untuk belajar atau ingin mengetahui bagaimana PT Vale menerapkan good mining practices.
“Di sini tidak ada rahasia, apabila ada yang ingin datang kami terbuka karena Indonesia memerlukan pertambangan yang berkelanjutan, dengan begitu kita berkontribusi dengan cara kita menyebarkan praktik-praktik pertambangan berkelanjutan,” jelasnya.
Diketahui, PT Vale telah membangun 122 kolam pengendapan (pond) untuk mengendalikan air limbah cair dari area tambang dan pabrik pengolahan sebelum dirilis ke Danau.
Kolam ini dilengkapi dua fasilitas pengolahan limbah cair, yakni Pakalangkai Wastewater Treatment dan Lamella Gravity Settler (LGS).
Upaya ini pun mampu membuat Danau Matano tetap terjaga dan tidak tercemar. Selain menjaga Danau Matano, Jasman melihat langsung upaya komprehensi PT Vale untuk menjaga lahan pascatambang.
Perseroan juga melakukan reklamasi dan reboisasi untuk mengembalikan lahan pasca tambang. Hingga Desember 2022 lahan yang telah direklamasi seluas 3,500 ha dan 4,46 juta pohon yang ditanam.
Pada kunjungan tersebut, Jasman Panjaitan juga melihat PLTA Balambano, Nursery, Balantang Port, Mangkasa Point, area Mining serta area reklamasi di Nayoko dan Solia. (rls/pp)