Dra. Firmina Tallulembang, Ketua Komisi B DPRD Provinsi Sulawesi Selatan dari Fraksi Partai Gerindra saat reses di Tana Toraja dan Toraja Utara. --albert tinus--
PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID,RANTEPAO-- Pengalaman menarik disampaikan Anggota DPRD Provinsi Sulawesi Selatan Dra. Firmina Tallulembang saat melakukan reses di beberapa lokasi, Tana Toraja dan Toraja Utara.
Ketua Komisi B DPRD Provinsi Sulawesi Selatan dari Fraksi Partai Gerindra yang reses di 8 titik lokasi merasa tersentuh di satu titik. Yakni, saat reses di daerah penghasil kopi arabika yang terkenal di dunia, yakni di Buntu Pepasan Kabupaten Toraja Utara.
''Kemarin ke Buntu Pepasan reses. Saat di sana justru disajikan kopi kapal api. Saya tanya ke warga kenapa kopi Kapal Api? Katanya, kami malas sekarang bertani kopi. Karena harga-harga di pasaran sekarang anjlok sekali. Kadang katanya sekilo kopi biji Arabika dari Sapan harganya hanya Rp10 ribuan hingga Rp20 ribuan. Apa kami pakai untuk kebutuhan sehari-hari. Miris buat saya saat mendengar keluhan mereka. Mudah-mudahan jadi perhatian buat pemerintah daerah yang bisa kita berdayakan untuk di pertanian," katanya .
keluhkan hasil pertanian kopi arabika mereka yang anjlok dikisaran harga Rp10 ribuan per kilogramnya. Kopi Arabika dari Sapan itu terkenal di dunia tapi saat reses saya disajikan kopi kapal api,'' katan Anggota DPRD Provinsi Sulawesi Selatan saat ditemui di kediamannya di Rantepao, Sabtu, 25 Februari 2023.
Untuk harga Kopi Arabika Sapan dalam bentuk bubuk, di kota Rantepao saat ini di kisaran harga Rp200 ribu per kilonya apalagi Kopi Arabika Sapan yang dominan disebut para pedagang adalah kopi Arabika yang terbaik. Namun miris di petani harga per kilogram hanya Rp10 ribu hingga Rp20 ribu-an.
Selain reses di lumbung Kopi Arabika, dia juga reses di 8 titik, di Tana Toraja. Lokasi reses 3 titik di antaranya di Makale Selatan, Gandasil dan Mengkendek. Sementara kalau di Toraja Utara reses itu ada 5 titik yakni di Kecamatan Baruppu, Rindingallo, Buntu Pepasan, Dempina (Parinding), dan Kecamatan Sopai (Siguntu').
Menurutnya, sebagai ketua komisi B yang membawahi pertanian, peternakan, pariwisata, dirinya memang banyak bersentuhan dengan masyarakat.
Firmina juga sebutkan hal yang didapatkan dalam reses tersebut kebanyakan keluhan masyarakat terkait langkanya pupuk. Mereka mainsetnya bahwa pupuk itu bersubsidi. Padahal saat ini pemerintah bagaimana mengurangi subsidi dan kemungkinan ke depan tidak ada lagi pupuk bersubsidi.
"Dalam reses,saya juga sosialisasi ke masyarakat mengenai pupuk organik padat dan cair yang komposisi yang manfaatnya sangat sama dengan pupuk yang ada dan beredar ke masyarakat selama ini. Kelebihan dari pupuk organik aman buat kita karena tanpa bahan kimia yang dapat merusak bagian-bagian tubuh kita," ungkapnya.
Firmina juga menambahkan bahwa masih banyak daerah pelosok -pelosok yang membutuhkan Insfratruktur jalan tani. Jika Insfratruktur jalan tani mereka bagus, tentu para petani dengan mudah membawa hasil pertanian. Ini sangat urgen. Moga akses jalan mereka dapat dikerjakan supaya memudahkan petani membawah hasil pertanian untuk dijual.
Selain Insfratruktur jalan, para petani juga meminta alat pertanian (Alsintan) untuk memudahkan mereka dalam bekerja. Semoga pemerintah dapat mengakomodir harapan -harapan masyarakat lewat wakil rakyat di DPRD Provinsi Sulawesi Selatan .
"Harapan saya sebagai wakil rakyat, mudah -mudahan ke depan petani bisa sejahtera dari hasil-hasil pertanian, karena banyak juga petani khususnya di Buntu Pepasan Kabupaten Toraja Utara keluhkan hasil pertanian kopi arabika mereka yang anjlok d ikisaran harga Rp10 ribuan per kilogramnya. Kopi Arabika dari Sapan itu terkenal di dunia tapi saat reses saya disajikan kopi kapal api,'' katanya lagi. (albert)