Monumen Masamba Affair
PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, MASAMBA--- Dalam rangka mengenang perisitiwa Heroik yang dikenal dengan "Masamba Affair" atau menelusuri kembali jejak Peristiwa Masamba Affair yang terjadi pada tanggal 29 Oktober 1949, Pemerintah Kab Luwu Utara akan menggelar lomba Napak Tilas pada 11 Mei 2023.
Panitia mulai membuka pendaftaran pada 7 Maret 2023 di Kantor Desa Baloli Kec Masamba. Pendaftaran dibuka secara group Masyarakat Umum atau Ormas , Pemuda atau OKP, Kelompok Remaja atau Kelompok Pemuda, KPA, Klub.
Juga kelompok Pelajar tingkat SMP/sederajat dan Pelajar Tingkat SMA/sederajat dan Organisasi siswa OSIS, PMR, Pramuka.
Panitia pelaksana Arlan Pasajo mengungkapkan kegian napak tilas penting dilaksanakan agar generasi muda juga mengetahui pristiwa Masamba Affair. Ia kemudian menceritakan sedikit sejarah Masamba Affair dimana saat itu politik terjadi Konfrensi Meja Bundar di Belanda, di Masamba Bakri Nantang, Cona, dan Terey saat itu sedang jaga malam di Tangsi Militer NICA/Belanda Saat ini loaksinya Klinik Kesehatan Polres Lutra/Eks Mapolsek Masamba).
Hari itu Sabtu tanggal 29 Oktober 1948 selepas magrib, datang beberapa pemuda seperti Kasim Kasmad, Andi Baso Rahim, Abdullah Riu, Hasan Lakallu, Salawati Daut, Tantu Ambe Niaga dan beberapa Pemuda Masamba lainnya melakukan penyerangan dan menguasai Tangsi Militer itu dalam waktu cepat, karena Trio Polisi NICA yang berjiwa republik sudah menanti di dalam.
Seluruh polisi NiCA yang jaga dilumpuhkan dan Dua puluh lebih pucuk senjata dirampas. Setelah itu, para Pemuda ini bergerak menuju Penjara Masamba (Eks Lapas Masamba di Jln Masamba Affair saat ini) membebaskan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Luwu antara lain Andi Attas dan kawan-kawan yang di tahan Belanda tanpa proses peradilan.
Karena menang persenjataan (hasil rampasan), penyerbuan Penjara pun berlangsung cepat.
Eks Tapol bergabung, Kelompok Pemuda semakin banyak. Dari Penjara menuju Pasar (saat ini taman kota). Kebetulan disitu ada 3 orang pedagang besar (semacam kampas) dari Makassar salah satunya berkebangsaan Belanda. Ketiganya ditawan bersama mobil dibawa ke arah Tandung. Ditandung mobil pedagang tersebut dibakar.
Saat itu jalan ke Tandung, dari Sapek (Jln Lesangi skrg) lewat bawah (pinggir sungai tembus bendungan saat ini). Esok hari di Rante Manuk para Pemuda menyusun strategi. Pasukan di bagi dua : Peleton A di Pimpin oleh Andi Attas bergerak kearah selatan, dan Peleton B dipimpin oleh Kasim Kasmad bergerak ke Utara melakukan perang Gerilya.
Beberapa hari kemudian, salah satu pemuda bernama LESANGI NANTANG gugur dalam sebuah pertempuran sengit di Patubo Desa Pombakka. Karena Gugur dalam melawan penjajah, Lesangi Nantang diabadikan dengan Sebuah monumen di kota Masamba tepatnya perempatan Lampu Merah depan Bandara Andi Djemma. (Mahmuddin)