PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID ENREKANG -- Lampu pengusir hama di kebun bawang atau teknologi UV light trap di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Keindahan cahaya puluhan lampu di hamparan kebun yang luas memanjakan mata di malam hari.
Diketahui, Enrekang saat ini memang menjadi salah satu daerah sentra produksi bawang terbesar di Indonesia. Sehingga memiliki lahan pertanian bawang sangat luas.
Light Trap adalah salah satu teknologi yang digunakan para petani bawang untuk mengusir hama yang sepenuhnya mengandalkan listrik dari PLN. Namun, ternyata alat pengusir hama ini justru menjadi potensi pariwisata baru yang menawarkan pemandangan menarik di malam hari.
"Ini luar biasa pemandangannya, seperti ada Kota besar di Enrekang. Dari kejauhan banyak lampu seperti taman cahaya," kata Alan, warga Kabupaten Barru yang mengunjungi pertunjukan lampu bawang di Enrekang, Jumat (11/3/2023).
Menurut Alan, sebagai warga dari luar daerah dirinya sangat kagum melihat pemandangan ratusan lampu bawang dari ketinggian. Menurutnya, hal merupakan inovasi petani yang bisa membuat daya tarik wisatawan agar datang di Bumi Massendrempulu itu.
"Selain membantu petani, lampu-lampunya bisa menjadi spot foto untuk wisatawan. Kapan lagi liat pemandangan seperti ini. Saya pernah nonton film Japan, mirip di Tokyo," ucapnya.
Light Trap Digunakan Sejak 2019
Sementara itu, salah seorang petani bawang di Enrekang, Ardi menjelaskan metode light trap ini dilakukan sejak 2019 lalu. Ia menceritakan metode ini awalnya dilakukan oleh salah petani di Kecamatan Alla yang menyalakan lampu di tengah kebun bawang, dan besok paginya melihat banyak hama yang menempel di bohlam.
"Sudah 3 tahun. Jadi ada petani di Sudu (Kecamatan Alla) yang menaruh lampu di kebun bawangnya, terus besoknya dia liat banyak hama di sekitar lampu itu. Makanya petani lain ikutan juga," jelasnya.
Pada metode pengusiran hama itu, ada dua jenis lampu yang diletakan di tengah kebun bawang. Pertama bohlam memiliki kekuatan 15 watt sebagai pengumpul hama, dan lampu neon kecil sebagai penarik hama. Tepat di bawah bohlam penarik hama disediakan ember kecil berisi air untuk menampung hama yang sudah mati.
Petani Bawang Lebih Untung
Ardi membeberkan, sebelum adanya metode teknologi light trap ini para petani bawang di Enrekang mengusir hama dengan racun. Sehingga saat panen tiba membuat beberapa bawang busuk dan membuat petani rugi.
Namun saat metode light trap sudah dilakukan, jumlah komoditas bawang yang dihasilkan petani lebih banyak dua kali lipat dibandingkan menggunakan racun hama.
"Hasilnya jauh beda pak, dulu kan kita pakai racun. Itu membuat bawang banyak yang rusak. Nah pas pakai lampu ini jarang sekali bawang busuk, keuntungan lebih besar dua kali lipat malah," bebernya.
Jadi Wisata Baru
Arti mengatakan para petani tidak menyangka jika lampu pengusir hama tersebut terlihat indah dari ketinggian. Sebagai petani bawang, Ardi tidak pernah memikirkan hal tersebut terjadi.
"Nanti tau itu pas viral. Ternyata dari ketinggian cantik dilihat karena tersusun rapih. Jadi bersyukur juga di lain sisi kami petani terbantu, tercipta juga objek wisata baru," tandasnya.
Di Kabupaten Enrekang, sudah ada 13 Kecamatan yang sudah melakukan light trap di kebun bawang. Kecamatan yang terbesar melakukan hal ini diantaranya, Kecamatan Alla, Anggaraja, dan Baraka.
Bupati Enrekang, Muslimin Bando mengutarakan adanya metode pengusir hama moderen tersebut membuktikan jika petani di Enrekang semua cerdas dan terus melakukan inovasi demi meningkatkan produktivitas bawang mereka.
"Dulu, masih banyak petani itu mengusir hamanya dengan racun. Padahal, kalau menggunakan itu jumlah panennya bisa saja berkurang dan struktur tanah rusak. Kemudian,
dengan menggunakan racun untuk mengusir hama petani bisa menghabiskan kost hingga Rp 10 juta. Tapi dengan lampu ini mungkin sekarang tinggal Rp 3 juta biayanya untuk mengusir ham. Adanya metode moderen ini bukti kalau petani kita semua cerdas, melek teknologi," ucapnya.(int/idr)