Gerhana Matahari 20 April jadi Tanda Berakhirnya Ramadan, Ini Penjelasan BRIN

  • Bagikan

PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID JAKARTA -- Fenomena alam gerhana matahari hibrida bakal terjadi pada Kamis 20 April 2023. Masyarakat Indonesia beruntung karena bisa menyaksikan fenomena alam langka, yang dimulai dari gerhana matahari cincin, dilanjutkan gerhana matahari total kemudian kembali gerhana matahari cincin itu.

Sayangnya, belakangan justru beredar hoax di masyarakat terkait gerhana matahari yang terjadi pada H-2 Lebaran tersebut. Hoax yang mengaitkan fenomena alam itu dengan Hari Raya Idul Fitri banyak beredar di platform perpesanan instan.

“Pada tanggal 20 april 2023 akan terjadi gerhana matahari di indonesia. gerhana matahari merupakan salah 1 dari beberapa tanda alamiah yang bisa disaksikan oleh semua orang tentang berakhirnya bulan tua dan mulainya bulan baru dalam tarikh qomariah,” demikian bunyi narasi yang viral di media sosial (medsos) itu.

Lebih lanjut, narasi tersebut menyatakan pada tanggal 20 April 2023, prosesi gerhana akan dimulai pukul 08.34 WIB, gerhana gelap maksimum pada pukul 11.16 WIB, dan seluruh prosesi gerhana matahari akan berakhir pada pukul 13.59 WIB.

“Tanda alam di atas sudah cukup bahwa tanggal 20 april 2023 merupakan akhir dari bulan Ramadan 1444 Hijriah. Senja harinya sudah memasuki 1 Syawal 1444 Hijriah. Australia dan Arab Saudi pasti akan mengakhiri bulan ramadhan pada tanggal 20 april 2023,” lanjut narasi tersebut.

Menanggapi beredarnya pesan tersebut, Peneliti Astronomi dan Astrofisika dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof Thomas Djamaluddin memberikan penjelasan. Melalui unggahannya di blog pribadinya, dirinya memaparkan bahwa gerhana matahari memang menunjukkan ijtimak (konjungsi) telah terjadi. Ijtimak adalah bulan baru (newmoon) astronomi. Namun, ini bukan pertanda awal bulan Hijriah.

“Kalau ijtimak dianggap sebagai awal bulan, mestinya mereka yang berpendapat seperti itu mulai puasa pada 22 Maret 2023. Saat itu, ijtimak terjadi pada 22 Maret 2023 pukul 00.23 WIB. Jadi saat shubuh 22 Maret mestinya mereka anggap sudah Ramadhan. Nyatanya semua berpuasa mulai 23 Maret,” terang Thomas.

Dirinya secara gamblang menyebut kalau informasi gerhana matahari jadi penanda berakhirnya Ramadan adalah informasi yang menyesatkan. Menurut eks Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) itu, Gerhana Matahari sebagai kondisi ijtimak memang menunjukkan akhir siklus bulan mengitari bumi.

“Tetapi itu tidak bisa dijadikan dasar penentuan bulan baru Hijriah. Secara hukum (fikih), dasar penetapan bulan baru hijriyah harus berdasarkan pengamatan atau posisi bulan saat maghrib,” papar Thomas. (jpg/

  • Bagikan

Exit mobile version