PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, MAKASSAR-- Gara-gara sering dihina dan dibuli dari rekannya, seorang pelajar tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Makassar trauma ke sekolah.
Kakak korban bernama Syafira saat dikonfirmasi fajar.co.id (group PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID) mengatakan, sebelum terjadi aksi bullying yang dilakukan pelaku, ada kasus mengenai desas-desus sebuah skandal.
Diceritakan Syafira, adiknya beserta pelaku merupakan dua pelajar yang duduk di kelas yang sama di salah satu Madrasah Negeri di Kota Makassar itu.
"Sebelumnya ada kasus mengenai desas-desus sebuah skandal. Skandal itu, katanya ada foto yang disebar. Nah itu foto (pelaku) sampai sekarang tidak benarki adanya memang," ujar Syafira, Selasa malam (9/5/2023).
Dikatakan Syafira, tidak ada bukti kuat yang menyatakan penyebar gosip terkait skandal tersebut adalah adiknya. Hanya gosip dari mulut ke mulut.
Syafira menuturkan, kejadian awal bullying tersebut mulai pada bulan September 2022 lalu. Tak hanya dibully, korban juga sempat dianiaya secara bersama-sama.
"Yang di video, mereka memukul secara berkelompok. Sementara kakaknya, senior di sekolah itu. Pelaku itu dia bilang, saya tidak tahu (waktu membully dan menganiaya), saya emosi. Sebenarnya bukan cuma ini yang mau saya bully. Saya mau tahu itu semua siapa yang ceritaika. Pokoknya perasaan ndak enak," ucapnya.
Oleh karena merasa bukan dirinya yang berbuat, adik Syafira enggan membeberkan siapa teman-temannya yang menyebarkan gosip skandal pelaku.
Syafira yang mengatakan telah bertemu Kepala Sekolah merasa kecewa dengan sikap yang dia dapatkan. Pihak sekolah, kata dia, justru memojokkan adiknya.
"Yang saya kecewanya, pihak sekolah mengatakan tidak mungkin ada asap kalau tidak ada api. Saya miris, dia seakan menutupi kasus kekerasan dan bullying ini. Dia bilang, adekmu juga sudah menyebarkan desas-desus yang menyebabkan mentalnya ini anak terganggu," kata dia.
"Saya bilang, kita ini tidak hanya bercuak-cuak tanpa bukti digital. Kita bukan hanya punya bukti foto, kita juga punya video," sambungnya.
Tapi, yang pasti Syafira mengatakan pelaku yang telah membully dan menganiaya adiknya merupakan anak seorang ASN di Dinas Pertanian.
Syafira juga menjelaskan, pelaku merupakan anak yang berasal dari sebuah keluarga yang tidak utuh alias broken home.
"Kami tidak tahu masalah itu (Kemungkinan ada hubungan keluarga dengan pihak sekolah atau aparat), tapi dari keluarga pelaku mohon maaf ini yang menjadi juga pertimbangannya orang sekolah karena anak broken home. Tapi saya bilang, mau dia broken home, teman-teman harus lihat justru dia harus ditindak toh, karena harus dibina. Supaya ada efek jera. Kalau ibunya itu, dia seorang ASN di Dinas Pertanian," ungkapnya.
Syafira berharap, sekolah memberikan efek jera pada pelaku. Agar tidak ada kasus serupa yang terjadi di sekolah tempat adiknya menimba ilmu.
"Menurutku kalau didamaikan saja, rawan untuk terulang kembali. Efek jeranya itu, karena Kepala Sekolah tadi bilang, saya itu tegas," tutupnya. (fajar/pp)