BANYAK unek-unek yang muncul setelah Junaid (77) warga Marobo yang ditemukan hanyut di sungai.
RELAWAN Kemanusiaan, bersama keluarga korban ketika mengevakuasi jasad korban menuju ke rumah duka, Selasa, 16 Mei 2023.--kahar iting--
Tim Basarnas Kota Palopo yang memiliki peralatan lengkap kemudian diharapkan bisa menemukan korban dianggap gagal total. Begini ceritanya.
Liputan: Kahar Iting
Almarhum (Junaid) sudah ditemukan dalam keadaan utuh di seputaran Pulau Libukang, antara muara sungai Marobo dan Rampoang, Selasa pagi, 16 Mei 2023.
Keluarga pun telah puas dan bisa lega.
Raaa capek, letih dicampur emosi semuanya terbayar lunas setelah korban berhasil ditemukan sudah tidak bernyawa dengan posisi tengkurap.
Namun, dibalik ditemukannya jasad Junaid, ada cerita menarik yang menjadi hangat diperbincangkan masyarakat.
Ya, ternyata Tim Basarnas, dinilai tidak menjalankan fungsinya sebagai penolong manusia.
Betapa tidak, yang pertama menemukan jasad korban adalah nelayan Harman, warga Rampoang.
Kemudian, penemuan tersebut diinfokan ke Tim Relawan Forka serta keluarga korban untuk selanjutnya jasad almarhum di evakuasi ke rumah duka.
Peran Basarnas sama sekali dianggap tidak ada.
Jadi pertama berada di titik jatuhnya korban ke sungai, Tim Basarnas memang langsung melakukan pencarian.
"Itupun kami paksa. Sebenarnya mereka tidak mau turun dengan alasan SOP dan sebagainya. Tapi kami bersama pemerintah setempat memaksa untuk tetap turun," kata warga Marobo, Hendro, Rabu, 17 Mei 2023.
Pencarian yang dilakukan hanya beberapa menit itu, tidak membuatkan hasil. Kemudian tim memilih menghentikan pencarian dengan alasan kondisi cuaca tidak mendukung.
"Ya, kami mengerti dengan itu," ucap Hendro.
Hanya saja, keesokan harinya, yakni tepatnya Selasa, 16 Mei 2023, sehari sebelum korban ditemukan, terjadi selisih paham antara Tim Regu Basarnas bersama Camat Telluwanua Kota Palopo.
Asdar, Camat Telluwanua, berpihak ke masyarakatnya dengan melarang tim untuk bergeser membuat posko di seputaran Jalan Lingkar (Jaling) Kota Palopo, lebih tepatnya selepas lorong SMAN 4 Palopo.
Di sisi lain, Kepala Regu Tim Basarnas tetap ngotot ke situ (Posko Jaling) dengan alasan memudahkan personelnya untuk mendapatkan logistik dan sebagainya.
"Ternyata, setelah kami cek, posko yang dimaksud sama sekali tidak ada. Logikanya begini, seandainya posko itu ada dan mereka juga ada di sana, otomatis begitu mendapatkan kabar kalau korban sudah ditemukan, maka mereka yang lebih dulu tiba di TKP setelah tim relawan dan keluarga korban," bebernya.
Setelah relawan kemanusian bersama keluarga korban mengevakuasi jasad almarhum hingga ke rumah duka, barusan tim basarnas datang berseragam lengkap berusaha mendapatkan dokumentasi jasad korban.
"Untungnya kami sedang berduka, seandainya tidak, mungkin mereka kami usir pulang. Kenapa kami lakukan itu, karena kami kecewa, mereka tidak menuntaskan misinya. Kami tahu, dokumentasi yang mereka ambil itu sebagai bahan laporan bahwa korban telah ditemukan. Tapi sekali lagi tekankan, memang sudah ditemukan, tapi sama sekali tidak ada campur tangan Tim Basarnas," tegas Hendro.(kahar iting)