Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Ini adalah amanat Pasal 34 ayat (3) UUD 1945. Karena pentingnya kesehatan bagi masyarakat, negara bertanggung jawab atas pelayanan kesehatan yang layak, dimana saja dan kapan pun, termasuk di daerah terpencil dan tertinggal.
Idris Prasetiawan, Bastem Utara
Provinsi Sulawesi Selatan, masih terdapat banyak desa terpencil dan tertinggal. Salah satunya, ada di Kabupaten Luwu.
Dari data Pemprov Sulsel Tahun 2020, angka desa tertinggal semakin menurun setiap tahun. Dari 38 desa tahun 2020, tersisa 11 desa di tahun 2022, lalu.
Salah satu daerah itu ada di Kabupaten Luwu, yaitu Kecamatan Basse Sangtempe Utara atau disingkat Bastura.
Di kecamatan ini ada 12 desa dengan letak lokasi di lereng sebelah timur dari Pegunungan Latimojong. Yaitu Desa Barana, Desa Bonglo, Desa Buntu Tallang, Desa Dampan, Desa Karatuan, Desa Maindo, Desa Pantilang, Desa Salu Bua, Desa Ta'ba, Desa Tasang Tongkonan, Desa Tede, dan Desa Uraso.
Puncak pegunungan Latimojong ini adalah tertinggi di Sulawesi Selatan dengan ketinggian 3.478 meter, puncaknya yang bernama Bulu Rante Mario.
Pegunungan Latimojong ini membentang dari selatan ke utara. Di sebelah barat Gunung Latimojong adalah Kabupaten Enrekang, sebelah utara Kabupaten Tana Toraja, sebelah selatan adalah daerah Kabupaten Sidenreng Rappang dan area sebelah timur seluruhnya wilayah Kabupaten Luwu sampai di pinggir pantai Teluk Bone.
Kawasan ini dihuni oleh suku Toraja yang ikut di bawah pemerintahan Kedatuan Luwu. Kawasan Basse Sangtempe ini subur untuk tanaman kopi Arabika dan tanahnya mengandung biji emas. Saat ini, kawasan Pegunungan Latimojong terdapat tiga kecamatan. Adalah Kecamatan Basse Sangtempe, Kecamatan Latimojong, dan Kecamatan Basse Sangtempe Utara.
Di Kecamatan Basse Sangtempe Utara, fasilitas kesehatan yang dapat diakses masyarakat adalah Puskesmas. Letaknya di Desa Pantilang. Jarak dengan Ibu Kota Kabupaten Luwu, Belopa sejauh 78,2 km yang ditempuh dalam waktu 3 jam. Puskesmas ini melayani penduduk sebanyak 8.449 jiwa (Sensus BPS 2017), yang kini tercover ke dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Untuk memantau kesehatan masyarakat, Puskesmas Bastem Utara, setiap awal bulan hingga pekan ketiga, petugas kesehatan aktif ke desa-desa memberikan penyuluhan kesehatan melalui kegiatan Posyandu Balita dan Lansia.
Pada Rabu 17 Mei 2023, fotografer PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, Idris Prasetiawan, berkesempatan mengikuti kegiatan pelayanan Posyandu Balita dan Lansia di sejumlah desa terpencil dan tertinggal di Kacamatan Basse Sangtempe Utara ini. Di mulai dari Desa Salu Bua. Yang terletak dengan perbatasan Kabupaten Toraja Utara.
Untuk menuju ke sana, kita dapat menggunakan sepeda motor. Melalui akses jalan tanah yang mendaki dan menurun dengan tingkat elevasi cukup terjal. Diperlukan kekuatan fisik yang prima.
Bersama dengan salah satu perawat senior Basse Sangtempe Utara, Ns Mustar Palakian. Kami pun berangkat pagi-pagi sekira pukul 07.30 Wita. Waktu tempuh ke Desa Salu Bua sekira 60 menit. Di Polindes Salu Bua, puluhan ibu-ibu sambil menggendong balitanya sudah menunggu.
Satu per satu balita didaftar di meja pendaftaran sambil memperlihatkan Buku Pink (Buku KIA). Selanjutnya, balita ditimbang dan diukur tinggi badan dan lingkar kepala. Bagi balita yang belum lengkap mendapat vaksin, akan diberikan suntikan vaksin. Mulai dari campak hingga vaksin TT.
Di bagian ruangan lain, bidan desa juga memberikan pelayanan konsultasi dan pemberian obat kepada lansia yang datang. Pelayanan kesehatan ini selesai hingga pukul 10.00 Wita.
Keesokan harinya, Sabtu 20 Mei 2023, kegiatan Posyandu Balita dan Lansia kembali menyasar dua desa di Kecamatan Bastem Utara. Yaitu Desa Tasang Tongkonan dan Desa Maindo.
Untuk menuju kedua desa ini, akses jalan yang dilalui sangat ekstrem. Harus melewati pendakian jalan setapak yang licin dan berbatu cadas. Sesekali motor yang kami tumpangi oleng dan hampir tergelincir ke jurang. Sampai-sampai, di medan berat, kita harus turun dari motor, lalu berjalan kaki.
Di Desa Tasang Tongkonan sebagai titik awal kami, terbilang unik. Lantaran, pemberian pelayanan Posyandu Balita dan Lansia dilakukan di bawah kolong rumah adat. Mulai dari penimbangan balita, pengukuran tinggi badan, lingkar kepala, sampai pemeriksaan lansia dilakukan di bawah kolong rumah adat.
Posyandu di Desa Tasang Tongkonan ini kami bersama Ns Mustar Palakian dan Bidan Yusinta Patudju Amd.Keb.
Tak banyak warga yang mengikuti posyandu di desa ini. Sehingga waktunya cukup singkat.
Tuntas di Desa Tasang Tongkonan, kami lalu melanjutkan perjalanan ke Desa Maindo yang lokasinya lebih ke atas puncak gunung lagi. Jalanan yang dilewati juga semakin ekstrem.
Kegiatan posyandu di Desa Maindo dilakukan di Polindes. Dengan jumlah balita yang diperiksa cukup banyak sekira 20-an balita. Sementara lansia hanya sekira 10 orang.
Kegiatan posyandu di desa ini berakhir sekira pukul 10.30 Wita, dan kami pun kembali ke puskesmas dengan harus berjuang kembali melewati jalanan ekstrem.
Kepada PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, perawat Puskesmas Bastem Utara, Ns Mustar Palakian bercerita, jika ia sudah hampir 30 tahun bertugas di wilayah ini. Sehingga ia sangat kenal dengan kontur alam dan populasi warganya.
Ns Mustar menceritakan awal mula ia bertugas sebagai perawat itu di tahun 1994. Setelah lulus dari SPK Palopo kala itu, ia langsung ditempatkan di wilayah pegunungan Latimojong ini. Kala itu, hanya ada 1 kecamatan, yaitu Kecamatan Basse Sangtempe, belum terpecah menjadi 3 kecamatan sekarang ini.
Waktu tahun 90-an itu, lanjutnya, ketika ada jadwal posyandu, sehari sebelum jadwal itu, ia sudah harus berjalan kaki menuju desa yang dituju. Kadang bisa sampai seharian berjalan kaki. Lalu, malamnya menginap di rumah warga, dan melanjutkan kembali perjalanannya.
Sehingga, kala itu, ungkap Ns Mustar, terkadang vaksin yang ia bawa harus dimasukkan ke dalam batang pisang untuk menjaga suhu vaksin tetap terjaga. Maklum saja, kala itu, termos vaksin belum ada di puskesmasnya.
"Jadi kalau bermalam di rumah warga, terpaksa vaksin yang saya bawa itu disimpan di dalam batang pisang yang sudah dilubangi. Tujuannya suhu vaksin tetap. Dan vaksin itu juga yang kami berikan ke balita saat posyandu keesokan harinya. Entah apakah vaksin itu masih bagus atau tidak yang jelas masyarakat di sana sehat-sehat saja," kata Ns Mustar sambil terharu kembali menceritakan kisah perjuangannya sebagai perawat di tahun 90-an.
Seiring waktu, barulah pada akhir tahun 90-an, Puskesmas Bastem Utara mendapat kuota motor dinas. Kala itu berupa motor trail Honda Win.
Motor inilah yang ia gunakan ke desa-desa untuk memberikan pelayanan kesehatan, agar semakin cepat dan dekat.
Tenang di Usia Senja
Sementara itu, salah satu peserta JKN lansia turut menikmati program Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat.
Juliana (78) yang merupakan pensiunan Pegawai Negeri Sipil, mengakui sangat merasakan manfaat dari Program JKN-KIS.
“Waktu itu saya mengalami ganguan masalah penglihatan, kemudian melakukan kontrol di Puskesmas Bastem Utara lalu saya dirujuk ke Rumah Sakit terdekat untuk melakukan pemeriksaan lanjutan, hasil pemeriksaan dokter menyatakan saya harus menjalani operasi katarak sehingga saya di rujuk ke Rumah Sakit Mata di kota Makassar,” ungkap Juliana.
Ia menuturkan manfaat yang diterima sangatlah besar, mulai dari kontrol sampai dengan dilakukan operasi, dan semuanya ia jalani tanpa adanya biaya sepesepun. Diakui olehnya, manfaat dari Program JKN-KIS ini juga dialami oleh keluarganya.
“Selama menjalani pengobatan dari kontrol sampai di lakukan operasi, tidak ada dana biaya yang di keluarkan, semua di tanggung oleh kartu JKN-KIS ini. Saya sangat senang di usia saat ini saya tidak harus memikirkan biaya kesehatan yang cukup besar untuk operasi mata saya. Program ini sangat membantu, bukan hanya saya yang sudah merasakan manfaafnya tetapi sebagian besar dari keluarga kami sudah merasakan manfaat dari program ini,” lanjut Juliana.
Menutup pembicaraan, Juliana mengucapkan apresiasi dan atas segala pelayanan yang telah ia jalani dengan sangat baik, mulai dari kantor BPJS Kesehatan sampai di fasilitas kesehatan.
“Saya mengucapkan terima kasih atas seluruh pelayanan yang saya dapatkan baik itu layanan di kantor sampai dengan di fasilitas kesehatan. Dan kami berharap berharap agar hal ini terus dilakukan perbaikan dan peningkatan layanan bagi seluruh peserta JKN-KIS. Untuk pemerintah, agar baiknya jika rumah sakit besar tidak hanya ada di kota tetapi juga ada di daerah pelosok, sehingga masyarakat Tana Toraja dapat merasakan manfaatnya dengan cepat,” pungkas Juliana. (idris prasetiawan)