Jalanan Rusak: Viral Dulu, Baru Peduli

  • Bagikan

* Oleh: Aulia Manda, S.Pd

(Koordinator Komunitas Guru Muslimah Inspiratif/KGMI Kota Palopo)


Presiden Indonesia berkunjung ke Provinsi Lampung pada Jumat (5/5), untuk mengecek jalanan rusak yang viral di media sosial.
Kunjungan kali ini turut menyedot perhatian publik. Terlebih, kala mobil presiden yang berpelat RI 1 itu menerjang jalanan rusak. (www.cnnindonesia.com)

Warga Lampung berharap kunjungan Presiden berujung pada perbaikan jalan secara menyeluruh, tidak hanya di daerah yang viral. Presiden menjanjikan perbaikan jalan-jalan yang rusak di Lampung dilakukan "secepat-cepatnya".

"Secepat-cepatnya dimulai [perbaikan jalan] yang rusak. Yang kira-kira provinsi tidak memiliki kemampuan, kemudian kabupaten tidak memiliki kemampuan, akan diambil alih untuk Kementerian PU [Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat], utamanya yang jalannya rusak parah," kata Presiden selepas meninjau harga kebutuhan pokok di Pasar Natar, Lampung Selatan, Jumat (05/05). (katadata.co.id)

Viralnya jalan rusak di lampung tersebut, mengundang publik melakukan aksi foto jalanan mereka. Sebagaimana pernyataan presiden Indonesia dalam akun twitternya bahwa " jika ada di antara daerah kalian yang jalanannya rusak, maka silahkan foto dan kirim ke saya," ujarnya.

Fenomena jalan rusak ini bukanlah hal baru, melainkan sudah bertahun-tahun. Parahnya, pemerintah membiarkan tak menunjukkan kepedulian, mereka abai terhadap problematika masyarakat saat ini.

Seharusnya bukan hanya jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan di pedesaan pun merupakan tanggung jawab pemerintah sebagai pengelola urusan rakyat. Mereka harus peduli terhadap permasalahan yang sedang dihadapi masyarakat. Terutama masalah transportasi yang menjadi tulang punggung kegiatan sosial maupun ekonomi masyarakat.

Seharusnya tak menunggu viral dulu baru memberikan solusi. Karena pemenuhan kebutuhan masyarakat merupakan kewajiban penguasa, termasuk tersedianya infrastruktur jalan.

Ini menunjukkan abainya negara dalam memenuhi kebutuhan infrastruktur. Alih-alih pemerintah melakukan perbaikan, sebulan sampai tiga bulan setelah perbaikan, sudah terlihat kerusakannya. Padahal dana telah dikucurkan. Inilah realitas perbaikan beberapa jalan saat ini. Nampak bahwa pemerintah tidak maksimal mengurus rakyatnya.

Padahal ini adalah tanggung jawab besar penguasa, penguasa harus peduli terhadap rakyatnya, karena sejatinya penguasa adalah pelayan rakyat yang berkewajiban memenuhi kebutuhan rakyat. Bukan sekedar pencitraan di depan rakyat.

Tidak mengherankan, sistem kapitalisme sekularisme yang diterapkan di negara ini, menyebabkan negara memberikan pelayanan ala kadarnya. Menunggu viral dulu di media sosial barulah turun tangan. Inilah gambaran penguasa pada sistem kapitalisme, jauh dari kata amanah, bahkan cenderung lepas tanggungjawab.

Berbeda dengan sistem Islam. Kekuasaan dalam Islam adalah amanah dari Allah SWT. Siapa saja yang mengambil amanah itu, harus menunaikan amanahnya dengan sebaik-baiknya, karena kelak akan dimintai pertanggungjawaban.

Dalam Islam, penguasa disebut Khalifah. Khalifah berkewajiban melayani rakyatnya, memenuhi kebutuhan pokoknya, termasuk membangun fasilitas-fasilitas jalan dan infrastruktur lainnya, untuk memudahkan kehidupan agar rakyat mencapai kualitas hidup yang lebih baik.

Sebagaimana kisah Khalifah Umar bin Khattab ra. Segala upaya Umar kerahkan untuk membenahi infrastruktur negara. Tujuannya mensejahterakan rakyatnya sekaligus menjaga kemuliaan Islam. Program-program Umar disampaikan kepada para pembantunya dalam pemerintahan, kepada para gubernur. Umar berpesan agar selalu memperhatikan perbaikan jalan. Ini selalu disampaikan saat Umar membuat perjanjian dengan para gubernur, atau kepada pemimpin negeri yang berhasil ditaklukkan.

Sejarah juga mencatat pada masa Kekhalifahan Utsmaniyah, yakni pada masa Khalifah Abdul Hamid II. Khalifah membangun proyek Hejaz Railway atau jalur kereta api Hijaz sepanjang 1464 km, sebagai infrastruktur penunjang transportasi haji. Jalur kereta ini menghubungkan antara kota Damaskus Suriah dan Madinah. Ini mampu memperpendek perjalanan dari 40 hari menjadi lima hari saja. Tidak hanya itu, kapasitas penumpang juga sangat besar untuk ukuran masa itu, yaitu mampu membawa 300 ribu jamaah dalam satu pemberangkatan.

Demikianlah Islam membangun infrastruktur berdasarkan kepentingan rakyat. Dengan pembiayaan dari kas negara. Negara tidak menyerahkan proyek tersebut pada swasta ataupun menunggu viral dulu baru memberikan solusi. Keberhasilan khilafah membangun infrastruktur menjadi bukti kegemilangan peradaban Islam.

Saatnya kita menjadikan negara Islam yang pernah dibangun Rasullullah saw sebagai role model. Dengan akidah Islam sebagai landasannya. Sesungguhnya Allah telah menjadikan kemuliaan bagi kaum muslim sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an:
“Padahal kemuliaan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.”(QS. Al-Munaafiquun:8). Wallahu a’lam bisshawab. (*)

  • Bagikan

Exit mobile version