Bacaleg ‘Kutu Loncat’ Mulai Merambah

  • Bagikan

Pengamat: Dipengaruhi Tiga Faktor

PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, PALOPO -- Partai politik (Parpol) peserta Pemilu 2014, mulai ditinggal segelintir bakal calon anggota legislatifnya (Bacaleg). Mereka dan memilik berpaling ke parpol lainnya. Sikap politisi seperti ini biasanya disebut sebagai istilah 'Kutu Loncat'.

Praktik "kutu loncat" ini diperkirakan masih akan terjadi sebelum penetapan Daftar Calon Tetap (DCT) Pemilihan Legislatif 2024.

Dalam pengajuan berkas hasil perbaikan terhadap Bacaleg khususnya di Kota Palopo disinyalir ada beberapa Bacaleg Parpol mengalihkan pencalonannya ke Parpol lain.

Informasi menyebutkan, nama seperti Capt. Yonerius alis Bang Yos dan Yamin Tallesang yang dicalonkan PDI Perjuagan dalam Pileg sebelumnya memilih ke parpol lain. Kemudian, ada nama Emil Surya yang sebelumnya dicalonkan Partai Nasdem kini bergabung ke PPP sebagai Bacaleg di Dapil 4.

Selanjutnya, Rustan Taruk yang kini memilih partai Demokrat yang notabene adalah politisi atau Bacaleg dari PKB.

Ketua DPC PDI Perjuangan (PDIP) Kota Palopo, Alfri Jamil membantah issu tersebut. Menurutnya, komposisi Bacaleg PDIP sekarang masih utuh sesuai pengajuan sebelumnya ke KPU.

"Yamin Tallesang dan Bang Yos tetap menjadi Bacaleg di PDIP. Bang Yos di Dapil 4 dan Yamin Tallesang di Dapil 2 terdaftar sejak pengajuan pencalonan dilaksanakan dan hingga saat ini masih berada di PDIP," katanya.

Ketua PKB, Dahri Suli mengakui jika Bacaleg atas nama Rustan Taruk yang diusul PKB sebelumnya berpaling ke Parpol lain untuk mencalonkan. Demikian, ketua PPP Haidir Basir mengakui adanya rekrutan yang dilakukan terhadap Bacaleg dari Parpol lain.

"Ada Bacaleg yang merupakan Bacaleg dari Parpol lain yang kami sudah usung yang akan bertarung di Pileg. Adapun Bacaleg kita lainnya dipastikan tetap bertahan dalam mengarungi perhelatan ke depan," katanya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Parameter Publik Indonesia, Ras Md menyebutkan, fenomena migrasi partai bukan kali ini dan di Sulsel terjadi, tapi berlaku secara nasional.

Menurut dia, aneka motif para elite partai memutuskan pindah. Ada karena alasan ketidaknyamanan, beda pandangan politik, dan lain sebagainya.

Menurut dia, secara umum, ada tiga faktor fenomena migrasi partai para elite partai marak terjadi apalagi menjelang pemilu. Pertama, kata Ras, rendahnya party identity yang melekat pada kader. Kondisi ini yang menyebabkan sehingga berpindah partai adalah hal biasa saja.

Ras mengatakan, partai tidak lebih hanya sekadar kendaraan politik, bukan sebagai instrumen perjuangan ideologis untuk menegakkan dan memperjuangkan nilai-nilai politik tertentu.

"Diperburuk lagi dalam pilkada kerap ada praktik mahar partai yang marak terjadi. Label partai hanya sekadar kendaraan politik," ujar Ras.

Faktor kedua, sambung dia, penilaian kader terhadap partai yang tak menguntungkan secara politik. Dia mencontohkan Partai NasDem yang saat ini tak lagi baik dalam pentas politik nasional karena melawan arus rezim.

Faktor ketiga, ketidaknyamanan antara pimpinan partai dan kadernya.
Menurut Ras, banyak kader partai memutuskan tetap di partai yang sama karena pimpinan atau para petinggi partai berhasil memberi rasa nyaman bagi kader.

Faktor-faktor besar penyebab berpindahnya para elite atau kader partai ke partai lain karena mereka menilai jika partai politik hanya sekadar kendaraan politik semata. (rul/idr)

  • Bagikan

Exit mobile version