Ketum BPS Gereja Toraja Pdt. Alfred Anggui bersama Ketua Panitia Bobby Sangka saat peresmian taman wisata rohani Antonie Aris Van de Loodrecht, Rantedengen Bori', Kamis, 27 Juli 2023. --albert tinus--
PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, RANTEPAO-- Hari kedua pelaksanaan ibadah mengenang perjuangan dan pengorbanan Antonie Aris Van de Loodrecht sekaligus peresmian taman wisata rohani, rumah tempat dirinya dibunuh 106 tahun silam.
Peresmian Taman Wisata Rohani Antonie Aris Van de Loodrecht di Rantedengen Bori' , dilaksanakan oleh Ketua Umum BPS Gereja Toraja Pdt. Dr. Alfred Anggui, M.Th didampingi ketua Panitia Bobby Sangka dan Ketua Yayasan Taman Wisata Rohani Nemba Tangkeallo, Kamis, 27 Juli 2023.
Dalam sambutannya, Ketua Panitia Bobby Sangka menyampaikan terimakasih kepada Tuhan Yesus, sehingga peresmian Taman Wisata Rohani Antonie Aris Van de Loodrecht ini dapat berjalan dengan baik.
Juga, terimakasih kepada Badan Pekerja Sinode (BPS) Gereja Toraja dan yayasan AA Va de Loodrecht yang telah memberi kepercayaan sebagai ketua panitia peresmian taman wisata rohani yang dilakukan dari tanggal 26-27 Juli 2023.
"Hanya dalam waktu satu bulan panitia mempersiapkan peresmian ini. Dan, berkat kerja keras rekan-rekan semua panitia serta dukungan dari berbagai pihak baik materil maupun moril, sehingga acara ini dapat berjalan dengan baik," katanya.
Bobby Sangka juga memberikan saran agar dibuatkan biblical story sehingga makna dapat tersampaikan dengan baik.
Karena ini adalah taman wisata rohani, seharusnya mempunyai biblical story sehingga makna dan pesan moralnya dapat tersampaikan dengan baik.
"Waktu saya ke Eropa Timur di Lituania, kami ke museum Santa Faustina. Dimana Santa Faustina mendapat karunia penglihatan. Jadi waktu itu dia melihat tentang wujud dari Tuhan Yesus, lalu dilukislah wajah Tuhan Yesus sesuai penglihatannya. Pada saat kita di museum, kita sama sekali tidak melihat lukisan itu. Tidak ada lukisan di situ. Lalu kita tanya sama pemandu wisata dijawab nanti kita akan lihat, kemudian dari Lituania ke Estonia akhirnya ke Latvia tujuan terakhir dari wisata. Nah di Latvia lukisan itu ada di sana. Di dalam gereja katolik yang masih aktif. Saat kita datang Jemaat sedang beribadah. Bayangkan museum tidak menyimpan lukisan itu tapi berada di dalam gereja yang aktif. Inilah yang harus kita ciptakan bahwa wisata rohani itu harus ada ceritanya. Dari sini ke makam ataukah ke rumah Antonie Aris Van de Loodrecht itu saran dari saya," jelas Bobby Sangka.
Sementara dalam sambutannya, Ketua BPS Gereja Toraja Pdt. Alfred Anggui mengatakan andai kata rumah dan tanah ini bisa berbicara entah apa yang diucapkan.
Andai kata rumah dan tanah ini bisa bertutur tentu kita ingin mendengarkan ceritanya, sore Kamis 26 Juli 1917 tepat 106 tahun yang lalu, rumah dan tanah ini menjadi saksi bisu tumpahnya darah martir untuk pertama kali di Toraja. Seorang misionaris berusia 32 tahun yang berangkat ke Toraja hanya sebulan setelah menikah di Belanda melewati samudra dan puluhan ribu kilometer. Dan, sore itu di rumah dan tanah ini darah sang misionaris muda berusia 32 tahun tertumpah karena tikaman ujung tombak di dadanya.
"Saat itu yang ada hanya guru Manumpil bersama istri dan kedua anak mereka, yang menemani misionaris muda itu menghembuskan nafas terakhirnya. Alida istri Antonie Aris Van de Loodrecht yang saat itu mengandung anak ke tiga yang saat itu berada di Barana' ,di rumah tempat tinggal mereka bersama dengan kedua anaknya. Dan, sore itu peristiwa yang naas yang sangat menyedihkan itu terjadi di rumah dan tanah ini.
Masih lanjut kata Pdt. Alfred Anggui, rumah dan tanah ini memang bisu. Rumah dan tanah ini tak bisa berbicara menjelaskan kepada kita menceritakan peristiwa yang terjadi 106 tahun yang lalu. Namun, kita semua yang hadir di tempat ini saudara-saudara. Kita hadir di sini karena kita percaya rumah dan tanah ini bisa mengingatkan kembali. Bisa mengingatkan kembali tentang cinta dan kesetiaan kepada seorang martir pada Tuhannya. Rumah dan tanah ini bisa mengingatkan betapa Tuhan dan sang misionaris muda itu begitu mengasihi Toraja.
"Ia meninggalkan negeri Belanda dengan sejuta kemajuannya untuk pergi ke sebuah negeri yang begitu terpencil. Namun, diyakininya menjadi tanah yang disimpan Tuhan untuk pewartaan Injil. Rumah dan tanah ini mengingatkan kita tentang kisah seorang misionaris muda yang dengan tulus dan sangat ingin melihat kemajuan Toraja dengan membuka berbagai sekolah -sekolah berbagai tempat dan juga layanan kesehatan di tempat ini. Misionaris muda ini ingin mempersiapkan anak-anak muda Toraja yang siap menyongsong ragam perubahan dan kemajuan yang sudah ia saksikan dibelahan dunia yang lainnya,'' kuncinya.
Dalam peresmian taman wisata rohani Antonie Aris Van de Loodrecht, turut hadir Bupati Toraja Utara, Ketua DPRD Torut, Anggota DPRD Tana Toraja, Forkopimda, Kepala OPD, Kepala Bank Sulselbar, Pdt. Musa Salusu, para tokoh agama, dan tokoh masyarakat. (albert tinus)