Penulis, Riswan bersama Wahyudi, penjual es dawet. --ft/ainun
* Citizen Reporter
Laporan: Ainun S dan Riswan
(Mahasiswa Magang IAIN Palopo)
PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, SURUTANGA-- Wahyudi, pria kelahiran Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah, 22 Agustus 1967, sudah 16 tahun jualan "es dawet".
Ia mulai jualan es dawet di kampung kelahirannya, Banjarnegara. Kemudian merantau di Pomalaa, Provinsi SulawesinTenggara untuk berjualan es dawet. Lalu pindah dan kini menetap di. Kota Palopo, Sulsel.
Kini, Wahyudi yang sering disapa Pak Dawet mempunyai seorang istri, Wakimah dan mempunyai dua anak. Yang pertama bernama Wahidin dan kedua, Muhammad Zaki.
Ditemui penulis saat jualan di Pasar Andi Tadda, Palopo, Selasa,, 5 September 2023, Pak Dawet mengungkapkan, ia berpindah-pindah jualan es dawet.
Mulai jualan pukul 11.00 WITA. di depan SDN 3 Surutanga, Jl. Andi Djemma. Pukul 13.30 - 14.00 Wita, menjual di sekitar komplek sekolah.
Lalu bergeser ke Pasar Sentral Palopo, Pasar Andi Tadda, kemudian mangkal di sekitar Masjid Agung hingga depan Hypermart.
"Keuntungan yang didapat bisa mencapai 200-300 ribu/hari," ucapnya.
Pak Dawet juga menjelaskan suka duka cari nafkah di Palopo.
"Alhamdulillah tidak pernah kecurian, atau diganggu selama jualan. Orang di sini semuanya baik dan ramah. Bahkan saya biasanya dikasi sedekah dan dibantu," ujar Wahyudi.
Sementara dukanya, kalau hujan kadang ada yang terjual, namun kadang pula tidak yang laku sama sekali.
"Yang namanya kerja ya pasti capeklah. Tidak ada kerja yang enak, kerja itu capek,” ujarnya. (*/ikh)