Wakil Presiden ke 10 dan 12, Jusuf Kalla. --ist--
PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, JAKARTA-- Wakil Presiden ke 10 dan 12, Jusuf Kalla (JK) mengingatkan untuk jeli memilih pasangan presiden dan wakil presiden pada Pamilu 2024 mendatang. Bagi JK, baik presiden maupun wakil presiden harus memiliki kualitas yang sama.
"Ini yang kadang-kadang dilihat salah, bahwa Wapres adalah ban serep. Ia benar, wapres cadangan, jika ada presidennya. Tapi kalau presidennya tiba-tiba ada halangan, maka wakil presiden akan naik menjadi presidennya," kata JK dalam Dialog Publik "Pemilu Untuk Siapa,Rakyat dan Negara Dimana" yang di gelar oleh IKA Unhas Jabodetabek di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Sabtu, 14 Oktober 2023.
"Jadi presiden dan wakilnya harus sama kualitasnya, sama kemampuannya. Karena bahaya, jika tiba-tiba sakit, meninggal atau apapaun. Jadi jangan salah berfikir dan wapres harus siap jadi presiden. Sudah ada bukti waktu Gusdur mundur, dan Bu Megawati yang gantikan jadi presiden," imbuhnya menanggapi soal nama Gibran yang disebut-sebut bakal maju jadi bacawapres.
Lebih jauh, mantan Ketua Umum Partai Golkar ini juga mengungkapkan, dalam memilih pemimpin harus menentukan parameter tinggi. Paling tidak, harus melihat dari leadership (kepemimpinan), pengalaman, integritas, track record, kecerdasan, serta tingkat penerimaan di masyarakat.
"Ini adalah negara besar. Bukankaya Burma atau yang lain. Ini 270 juta orang, negara besar ke empat di dunia. Jika salah memilih, itu bermasalah kita," tegas JK mengingatkan.
Pada kesempatan sama, ia juga membandingkan soal peran SBY dan Jokowi di akhir masa kepemimpinannya yang sama-sama sudah dua periode. Jika SBY memposisikan diri netral dan tidak cawe-cawe. "Nah pada tahun ini, kenapa Pak Jokowi tiba-tiba cawe-cawe. Ada apa ini, mengapa terlalu berpihak," ujar JK lagi.
Olehnya itu, JK mengajak masyarakat Indonesia untuk berpikir untuk kemajuan bangsa. Apalagi situasi di masa yang akan datang disebut-sebut rawan dan diperkirakan ekonomi mengalami kesulitan. Sinyal itu, kata JK, bahkan dikatakan langsung oleh Presiden Jokowi dan Menkeu Sri Mulyani jika situasi di masa depan ngeri.
"Jadi perlu hati-hati. Menghadapi pemilu nanti sebaiknya para petinggi jangan saling mencela, karena dampaknya di bawah bisa bersinggungan langsung," pungkasnya.(*/pp)