Warga melintas di lahan yang sebelumnya berupa tambak. Cuaca panas mengakibatkan lahan tersebut mengering. (Riana Setiawan/Jawa Pos)
PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, JAKARTA-- Saat ini, suhu di Indonesia cukup panas. Musim kemarau tidak seperti biasanya. Sebab, lebih kering dan panas.
Apa pemicunya. Ternyata, kondisi ini dipicu fenomena El Nino dan IOD Positif. Inilah yang menyebabkan anomali kenaikan suhu dan berkurangnya curah hujan dari kondisi normal.
Hampir sepekan di bulan Oktober sejumlah wilayah di Indonesia masih dilanda suhu panas yang terik, termasuk di Sulsel.
Mengingat kondisi panas yang terik di siang hari masih mendominasi, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menghimbau masyarakat perbanyak minum agar tetap menjaga stamina tubuh dari kecukupan cairan tubuh.
"Terutama bagi warga yang beraktifitas di luar ruangan pada siang hari supaya tidak terjadi dehidrasi, kelelahan dan dampak buruk lainnya," jelas BMKG dalam pers rilisnya, belum lama ini.
BMKG mengatakan kondisi fenomena panas terik ini diprediksikan masih dapat berlangsung dalam periode Oktober, mengingat kondisi cuaca cerah masih cukup mendominasi pada siang hari.
"Secara umum fenomena suhu panas terik terjadi, karena dipicu oleh beberapa kondisi dinamika atmosfer," kata BMKG.
BMKG menjelaskan, kondisi cuaca menunjukkan sebagian besar wilayah Indonesia terutama di Jawa hingga Nusa Tenggara, termasuk Jabodetabek di dominasi oleh kondisi cuaca yang cerah dan sangat minim tingkat pertumbuhan awan terutama pada siang hari.
"Sebagian besar wilayah di Indonesia ini baru akan terjadi peralihan musim periode Pada Oktober-November, sehingga kondisi cuaca cerah masih cukup mendominasi pada siang hari," jelas BMKG.
Sebelumnya di akhir September, posisi semu matahari menunjukkan pergerakan ke arah selatan ekuator, yang berarti bahwa sebagian wilayah Indonesia di selatan ekuator termasuk wilayah Jawa hingga Nusa Tenggara, mendapatkan pengaruh dampak penyinaran matahari yang relatif lebih intens dibandingkan wilayah lainnya, dimana pemanasan sinar matahari cukup optimal terjadi pada pagi menjelang siang dan pada siang hari.
Namun demikian, fenomena astronomis ini tidak berdiri sendiri dalam mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis atau ekstrem di permukaan bumi.
"Faktor-faktor lain seperti kecepatan angin, tutupan awan, dan tingkat kelembapan udara memiliki dampak yang lebih besar juga terhadap kondisi suhu terik di suatu wilayah seperti yang terjadi saat ini di beberapa wilayah Indonesia," jelas BMKG.
Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), musim kemarau kering di Indonesia akan segera berakhir. Hanya saja, level El Nino moderat masih akan terus bertahan.
Menurut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, level El Nino moderat akan terus bertahan dan berakhir pada bulan Februari-Maret 2024. Hal itu disampaikan usai rapat terbatas (ratas) terkait El Nino di Istana Jakarta, Selasa, 3 Oktober 2023 lalu.
Lantas, kapan musim hujan dimulai di Indonesia?
"Sesuai prediksi BMKG, puncak dampak El Nino terjadi pada bulan September lalu. Level El Nino moderat akan terus bertahan dan berakhir pada bulan Februari-Maret 2024," katanya dalam keterangan resmi, dikutip Minggu, 15 Oktober 2023.
Menurutnya, awal
musim hujan sendiri berkaitan erat dengan peralihan Monsun Australia menjadi Monsun Asia. Saat ini, tambahnya, Monsun Asia sudah mulai memasuki wilayah Indonesia sehingga diprediksi bulan November akan mulai turun hujan.
Meski begitu, lanjutnya, akibat tingginya keragaman iklim, maka awal musim hujan tidak terjadi secara serentak di seluruh wilayah Indonesia.
Ditambahkan, pengaruh El Nino akan mulai berkurang oleh masuknya musim hujan. Sehingga, diharapkan kemarau kering ini segera berakhir secara bertahap.
''Ada beberapa wilayah yang masuk musim penghujan sebelum November dan ada yang mundur, tapi sebagian besar pada bulan November," terangnya.
"Sementara puncak musim hujan diprediksi akan terjadi pada bulan Januari-Februari 2024," pungkas Dwikorita.
Sebelumnya, mengutip Buku Prakiraan Musim Hujan 2023/2024, BMKG memprediksi Awal Musim Hujan 2023/2024 di sebagian besar wilayah Indonesia diprakirakan mundur yaitu di sebanyak 446 Zona Musim (ZOM) atau sekitar 63,81% wilayah ZOM Indonesia.(jp/net/pp)