Oleh : Nurdin (Dosen IAIN Palopo)
Pertempuran antara kelompok Hamas di Palestina dan Israel terus berlanjut, belum ada tanda-tanda gencatan senjata dari kedua belah pihak. Akibatnya, ribuan nyawa melayang termasuk warga sipil. Tentu hal ini sangat memprihatinkan kita semua.
Negara-negara Barat seperti AS bukannya bermaksud untuk mendinginkan situasi perang, justru secara terang-terangan mendukung penuh langkah Israel menghancurkan kelompok Hamas yang ada di Palestina. Oleh karena mereka menganggap bahwa kelompok Hamas adalah teroris.
Lantas, siapa sebenarnya yang teroris ?
Dalam sebuah buku yang ditulis oleh Prof. Bambang Pranowo dikisahkan, bahwa suatu ketika Alexander The Great bertanya kepada seorang bajak laut yang berhasil ditangkap oleh pasukannya, "Kenapa kamu merampok dan meneror ?". "Apakah karena kami orang kecil dan merampok dengan perahu, maka tuan menyebutku perampok dan teroris ? Sedang tuan Alexander, Anda merampok dengan kapal besar dan tentara, maka tuan menyebut diri tuan sebagai Kaisar, lalu apa bedanya aku dan tuan ?" Jawab sang bajak laut.
Alexander terkejut, Ternyata logika sang bajak laut tersebut masuk di akal. Namun sebagai penguasa besar, Alexander sudah tidak mungkin surut ke belakang untuk menguasai dunia dan menganggap orang-orang yang menghalangi ambisinya sebagai musuh.
Wacana inilah kemudian oleh Noam Chomsky dikaitkan dengan terorisme mutakhir. Chomsky, misalnya, menanyakan siapa sebetulnya yang teroris, AS atau pejuang Hamas ? Dalam konteks Bush, misalnya Chomsky juga mempertanyakan, siapa yang teroris, Osama Bin Laden atau Bush.
Dari prespektif inilah kita kemudian mempersoalkan definisi terorisme itu sendiri. Siapa yang mendefinisikannya ?. Jika Osama menganggap Bush sebagai teroris, maka tidak kurang fakta dan logika yang dapat ditunjukkan oleh pemimpin Al-Qaedah itu untuk menganggap Bush sebagai teroris.
Seperti pembunuhan jutaan warga Afganistan, pembunuhan ratusan ribu warga Irak akibat serbuan tentara sekutu pimpinan AS, jutaan rakyat Palestina dan Lebanon yang dibunuh Israel (yang didukung oleh AS). Pendek kata, Osama bisa menunjukkan bahwa Bush adalah teroris besar. Sebaliknya, Bush pun bisa menunjukkan logika dan fakta, bahwa Osama teroris besar. Penghancuran gedung WTC beberapa tahun lalu yang menyebabkan ribuan orang kehilangan nyawa. Menunjukkan bahwa Osama adalah teroris besar. Jika demikian, siapa sebenarnya yang teroris ? Bush atau Osama bin Laden ?
Kata Prof. Bambang, di sinilah perang wacana dan media berlangsung. Karena AS menguasai tekhnologi media massa dan senjata, maka Bush pun memenangi wacana bahwa Osama bin Laden adalah teroris. Hasilnya ; dunia menganggap Osama adalah teroris yang amat kejam.
Padahal siapa sebenarnya yang lebih kejam, Bush atau Osama ? Kita sendiri sudah tahu jawabannya di hati masing-masing. Yang jelas, kini terorisme berubah wacananya, yaitu perlawanan dari si kecil kepada si besar. Hamas adalah teroris sementara AS adalah pejuang.
Wacana tersebut kini sudah mengendap dalam pikiran sebagian besar masyarakat dunia karena kecanggihan manipulasi tekhnologi informasi AS (Amerika Serikat). Kita semua berharap, perang Hamas Palestina dengan Israel segera berakhir
Oleh karena dampak dari perang tersebut akan menghancurkan peradaban, menghancurkan segalanya. Amarah tidak akan pernah menyelesaikan sebuah persoalan dan hanya akan menimbulkan masalah baru.
Bukankah pendiri Amerika, Benjamin Franklin pernah berkata "Semua yang dimulai dengan rasa marah, akan berakhir dengan rasa malu." Untuk itu, diharapkan peran negara-negara besar seperti AS untuk mendinginkan suasana bukan malah sebaliknya.(*)