Alex: Musim Hujan Tiba, Semoga Debit Air Bertambah
PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, PALOPO -- PLN mengumumkan adanya penurunan drastis pasokan listrik untuk wilayah Sulawesi Selatan, Barat, dan Tenggara (Sulselbartra). Akibat dari kemarau panjang yang diperparah dengan El Nino.
Hal itu diungkapkan Manajer Komunikasi dan TJSL PLN UID Sulselrabar Ahmad Amirul Syarif. Ia bahkan menyebut pasokan listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) menurun lebih dari separuh karena El Nino.
“Khusus PLTA menurun 75% diakibatkan fenomena El-Nino dan kemarau yang berkepanjangan,” kata Ahmad Amirul Syarif, Ahad (22/10/2023).
Ia menjelaskan, selama ini PLTA menyumbang 33 persen dari total pasokan listrik untuk wilayah Sulselrabar. Atau sekitar 800 Mega Watt. Sementara saat ini, pasokan listrik dari PLTA hanya berkisar di angka 200 Mega Watt.
“Kekurangannya 75 persen dari 800 Mega Watt,” terangnya.
Kondisi yang sama terjadi untuk Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB). Kekurangannya dari lazimnya bahkan lebih menurun drastis.
Biasanya memasok daya 150 Mega Watt. Kini hanya bisa 20 hingga 30 Mega Watt.
Di tengah krisis air akibat kekeringan dan El Nino, Ahmad Amirul Syarif mengatakan pihaknya berkomitmen memberikan pelayanan maksimal. “Di lapangan para petugas 24 jam bergantian tidak kenal lelah,” ujarnya.
Sementara itu, UP3 PLN Palopo juga mengumumkan imbas penurunan pasokan listrik dari sejumlah PLTA dan PLTB mengharuskan dilakukan pemadaman bergilir.
Hal senada juga disampaikan Manajer PLN UP3 Palopo, Alexander Manuhuwa kepada Palopo Pos, Selasa 24 Oktober 2023, menjelaskan, saat ini sistem kelistrikan di Sulserrabar dalam suatu kesatuan. Berbeda dengan dulu yang masih terbagi-bagi, ada di Balandai, Belopa, Toraja. Namun sekarang semua terintegrasi.
Mengenai kondisi kelistrikan Luwu Raya dan Toraja, itu masuk dalam sistem Sulselbagsel. Dimana pasokan listrik PLN datang dari PLTB Jeneponto, PLTA Poso, PLTB Sidrap, PLA Malea di Toraja. Dengan kondisi musim kemarau yang berkepanjangan membuat debit air di beberapa PLTA berkurang. Kemampuan PLTA berkurang hingga 75 persen.
Untuk terus menjaga keandalan pasokan listrik, maka dilakukan pemadaman berkala. Sehingga harapannya, saat ini yang sudah mulai turun hujan, di daerah PLTA debit air dapat kembali bertambah, sehingga daya yang dihasilkan juga maksimal agar tidak terjadi pemadaman lagi.
"Kita juga setiap saat umumkan 1x24 jam ke masyarakat daerah yang dilakukan pemadaman berkala," kata Alex.
Seperti diketahui Sistem Kelistrikan Sulawesi Bagian Selatan saat ini sangat bergantung terhadap debit air karena 33 persen pembangkitnya berasal dari PLTA.
Berbagai upaya terus dilakukan mulai dari Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) khususnya di daerah aliran sungai lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Air. Upaya ini telah membuahkan hasil di mana hujan sudah turun di beberapa lokasi PLTA, harapannya debit air dapat terus bertambah dan suplai listrik bisa kembali normal.
Daya Berkurang
Salah satu PLTA pemasok daya listrik ke PLN adalah Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Malea Energy di Tana Toraja, juga mengalami penurunan drastis imbas musim kemarau. Saat ini PLTA Malea hanya bisa memproduksi 30 mega watt (mw) setiap harinya.
“Benar, produksi listrik kami sangat turun selama musim kemarau ini,” kata Direktur PT Malea Energy, Victor Datuan Batara, Senin (23/10/2023).
Menurutnya, kondisi tersebut masuk dalam kondisi kritis, dengan produksi 30 MW setiap harinya.
Padahal sebelumnya, PLTA Malea bisa memproduksi 70 hingga 80 Mw listrik setiap harinya.
“Pokoknya selama musim kemarau ini menurun drastis, bahkan sudah masuk kondisi kritis. Debit air yang menurun kan, kita cuma bisa memproduksi listrik 30 Mw, padahal pada waktu normal kita bisa produksi 70 hingga 80 Mw setiap harinya,” ungkapnya.
Dia mengutarakan, listrik yang dihasilkan PLTA Malea setiap harinya langsung dibeli oleh PLN dengan harga Rp 1.398,53 per kilowatt hour (kWh).
Tenaga listrik tersebut disuplai setiap harinya sehingga PLTA Malea bisa menyumbang 30 hingga 35 persen konsumsi listrik di Sulsel.
“Listrik yang kami hasilkan langsung dibeli oleh PLN, jadi sekitar 30 sampai 35 persen listrik di Sulsel itu dari Malea. Nah karena kondisinya turun begini, kami hanya bisa setor 30 mega ke PLN, makanya itu sering mati lampu kan. PLTA Bakaru dan PLTA lainnya juga begitu,” ucapnya.
“Semoga saja bulan November mendatang musim hujan agar produksi listrik kami dapat kembali normal,” tandasnya. (ris/idr)