Harus Bersaing dengan Keluarga Pejabat Aktif
PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, PALOPO -- Selain nama-nama mantan kepala daerah di Dapil Sulsel 3, salah satu daerah yang menarik menjadi perebutan suara adalah Toraja.
Wilayahnya ada dua kabupaten, yakni Toraja Utara dan Tana Toraja. Jumlah pemilih untuk Toraja Utara per Juni 2023 mencapai 176.720 DPT sedangkan Tana Toraja per Juni 2023 sebanyak 196.548 jiwa. Totalnya ada 373.268 jiwa.
Jumlah yang cukup besar, bisa mendudukkan dua atau tiga calon anggota DPR RI ke Senayan.
Dua wilayah ini ada dua mantan bupati yang maju Caleg DPR RI. Yakni, Kalatiku Paembonan, mantan Bupati Torut yang maju lewat PDIP, serta Nicodemus Biringkanae mantan Bupati Tana Toraja yang maju lewat Partai Nasdem.
Keduanya bakal saling jegal untuk bisa meraup suara maksimal agar bisa duduk ke Senayan.
Dari perhitungan prediksi, untuk calon anggota DPR RI minimal wajib mengantongi dukungan suara 60 ribu untuk bisa mendapat jatah kursi ke Senayan. Dengan jumlah banyaknya suara di Torut dan Tator yang mencapai 373.268 jiwa, ini bisa meloloskan beberapa calon.
Namun, perjuangan mantan bupati ini tentunya tidak mudah. Mengingat, baik di Torut dan Tator juga banyak tokoh dan keluarga pejabat daerah yang masih aktif juga ikut dalam daftar DCT Pileg 2024.
Sebut saja, ada istri Bupati Torut, Agustina M Bassang. Ia maju caleg DPR RI dari Partai Golkar. Serta ada istri Wakil Bupati Torut, Damayanti Batti yang maju caleg DPR RI lewat Partai Gerindra.
Di Tana Toraja ada Ketua DPRD Tator Welem Sambolangi juga maju caleg DPR RI dari Partai Golkar.
Diketahui, edisi sebelumnya menyebutkan ada sejumlah mantan bupati/wali kota yang juga ikut Pileg 2024 di Sulsel 3. Seperti, mantan Bupati Luwu 2 Periode HA Mudzakkar. Ia maju lewat Partai Gerindra. Lalu, ada mantan Wali Kota Palopo 2 periode HM Judas Amir yang maju lewat Partai Nasdem. Ada juga mantan Bupati Pinrang, Aslam Patongani yang maju juga lewat Nasdem. Terus mantan Bupati Enrekang, La Tinro Latunrung (petahana) dari Partai Gerindra. Terbaru ada mantan Bupati Enrekang, Muslimin Bando yang maju dengan mengendarai PAN.
Selain nama mantan kepala daerah, juga ada nama mantan Wakil Bupati yang maju caleg DPR RI, seperti dari Partai Gelora ada nama Amru Saher.
Bukan Jaminan
Perebutan kursi legislatif DPR RI telah menjadi “perang bintang eksekutif” atau pertarungan petahana dan mantan kepala daerah. Kecenderungan ini menarik karena pada saat yang sama, tidak banyak- atau bahkan belum ada, legislator yang berani running pada pilgub.
"Jadi arah pendulum politik melingkar dan memusat ke kekuasan legislatif," kata Andi Luhur Prianto, analis politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
Soal peluang keterpilihan, dominan mana petahana dan mantan kepala daerah, itu ditentukan banyak variabel. Tidak ada jaminan dengan status penguasa daerah, mereka dengan mudah melenggang ke Senayan.
Halitu dapat dilihat kegagalan mantan Syahrul Yasin Limpo (SYL), Gubernur Sulsel dua periode pada Pileg 2019, lalu, bisa menjadi lesson-learned yang berharga. Kemasyhuran nama dan legacy kepemimpinan saja tidak cukup dalam sistem pemilihan yang high-cost seperti sekarang. (idr)