PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, MALILI-- Dosen Universitas Muhammadiyah Palopo (UMPalopo), Harmita Sari memimpin workshop "Implementasi AScL (App Social-culture Literacy)" di lima Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Luwu Timur (Lutim), pada 8-12 Januari 2024.
Workshop ini dihadiri oleh seluruh guru dari masing-masing sekolah dan secara bergantian dilaksanakan di SMPN 1 Kalaena, SMPN 2 Kalaena, SMPN 5 Angkona, SMPN 2 Angkona, dan SMPN 1 Mangkutana.
Menurut Harmita Sari kepada Palopo Pos, Kamis, 18 Januari 2024, ia sengaja memilih untuk memulai penelitiannya dari kawasan kecil guna melihat langsung bagaimana teknologi dimanfaatkan di pedesaan dan agar teknologi dan kebiasaan literasi dapat meningkat di sekolah-sekolah yang dipilih. Beberapa guru dari ke lima sekolah tersebut juga membenarkan bahwa mereka kesulitan untuk mnerapkan kebiasaan literasi pada siswa dikarenakan belum menemukan media dan cara yang menyenangkan untuk siswa di luar kesibukan lain mereka.
AScL merupakan aplikasi yang menyediakan informasi tentang 38 provinsi di Indonesia, mencakup bahasa daerah, permainan tradisional, seni dan budaya, kebiasaan dan adat-istiadat, makanan dan minuman, pengetahuan tradisional, serta tempat wisata. Aplikasi ini dilengkapi dengan fitur ruang menulis, bertujuan untuk memudahkan siswa dalam membaca dan menulis, dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan literasi mereka, terutama dalam hal membaca dan menulis.
Menurut Harmita Sari, tujuan utama dilaksanakannya kegiatan ini adalah karena adanya rasa tanggung jawab dan kewajiban untuk memberi kontribusi terhadap masyarakat tanah air – khususnya daerah asalnya yaitu Sulawesi – dalam bidang pendidikan dan literasi mengingat profesinya sebagai tenaga pengajar.
Lanjutnya, kegiatan ini juga merupakan bagian dari studi S3 (Doktor) dengan pemateri dari Taiwan. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam meningkatkan literasi membaca siswa di Indonesia.
Kegiatan workshop akan berlangsung dalam tiga tahap. Tahap pertama workshop implementasi AScL untuk semua guru-guru, uji coba AScL untuk semua siswa di lima SMP Luwu Timur selama beberapa bulan, dan yang terakhir pengambil data survey.
Tahap pertama akan berlangsung selama satu minggu dengan cara pengimplementasian AScL oleh guru terhadap siswa sekitar sepuluh hingga lima belas menit sebelum kelas di mulai - mengingat kesadaran bahwa tingkat literasi membaca pada anak SMP sangat rendah namun Indonesia merupakan salah satu Negara dengan penggunaan teknologi tertinggi.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Cambridge Assessment International Education pada tahun 2018 mengungkapkan bahwa siswa Indonesia menunjukkan kecenderungan yang lebih besar untuk menggunakan teknologi di dalam kelas dibandingkan dengan siswa-siswa lain di seluruh dunia. Mereka memimpin dalam penggunaan ruang komputer (40%) dan merupakan pengguna komputer desktop tertinggi kedua (54%) di seluruh dunia, setelah Amerika Serikat.
Pada kenyataannya, pendekatan global terhadap literasi membaca siswa, seperti yang diukur oleh Program Penilaian Siswa Internasional (PISA), menunjukkan tantangan yang harus diatasi. Indonesia menempati posisi ke-74 dari 79 negara, mendorong pemerintah untuk mempromosikan gerakan literasi di sekolah menengah pertama. Gerakan ini melibatkan tiga tahap: pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran.
Pengetahuan sosial budaya anak yang semakin menghilang diharapkan akan terbantu dengan pengenalan sosial budaya saat penggunaan App Social-culture Literacy. Tahap ini kemudian akan dilanjutkan dengan pre-test.
Tahap kedua, ialah kelanjutan implementasi AScL selama satu bulan di kalangan siswa SMP yang kemudian diikuti oleh tahap ketiga yang melibatkan pengambilan data post-test. Workshop ini dirancang untuk mengatasi tantangan teknologi pembelajaran di masa depan, memajukan pengetahuan sosial budaya, dan membentuk perilaku kebiasaan siswa untuk meningkatkan literasi membaca.
Harapannya, implementasi AScL di kalangan siswa dapat membentuk perilaku dan kebiasaan membaca yang positif. Dengan memperkenalkan informasi sosial dan budaya dari 38 provinsi di Indonesia, langkah ini sejalan dengan tujuan kurikulum "Merdeka Belajar" yaitu penanaman literasi di tingkat SMP dan pengetahuan sosial budaya, serta diharapkan memudahkan para guru dalam Proses Belajar Mengajar (PBM). (ikh)