Suasana saat proses autopsi berlangsung yang dilakukan pihak kepolisian. --riawan--
PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, PALOPO-- Autopsi mayat almarhum Alif (14), remaja Kelurahan Buntu Dari, Kecamatan Bara, Palopo yang ditemukan tewas di empang pada (27/01/2024) bulan kalau telah selesai dilakukan.
Dengan dilakukannya autopsi pada (8/02/2024) lalu itu, pihak keluarga sangat berharap pihak kepolisian dapat mengungkap dan menjawab rasa penasaran atas kematian yang diduga ada unsur penganiyaan terhadap almarhum.
Seperti diungkap Naim, paman korban saat dikonfirmasi, Ahad, 11 Februari 2024.
Kata Naim atau yang akrab disapa Pak Akbar ini, pihaknya merasa ada yang aneh dan ganjil dengan kematian almarhum. Lantaran saat almarhum dimandikan, terdapat sejumlah luka lebam di beberapa titik tubuh almarhum.
"Daripada kecurigaan kami makin menjadi- jadi dan cerita terus berkembang ke sana kemari, makanya kami pihak keluarga meminta agar pihak kepolisian melakukan autopsi mayat almarhum. Kami curiga, bekas luka lebam di tubuh almarhum itu akibat dianiaya. Semoga dengan autopsi ini, memberi jawaban atas rasa penasaran kami," kata Naim sembari berharap.
Autopsi ini dilakukan oleh tim Dokter Polisi (Dokpol) Foreksi Polda Sulsel.
Tim yang berjumlah sekitar lima orang ini, dipimpin oleh dr. Denny Mathius.
Kasat Reskrim Polres Palopo, IPTU Alvin Aji Kurniawan yang dikonfirmasi pasca dilakukan autopsi melalui KBO Reskrim, IPTU Nurdin mengatakan untuk selanjutnya akan menunggu terlebih dahulu hasil dari autopsi tersebut.
"Terkait apa yang akan kami lanjutkan berikutnya, terlebih dahulu kita tunggu hasil autopsinya," kata Nurdin waktu itu.
Dilansir dari berita sebelumnya, tim Dokpol Foreksi Polda Sulsel mendatangi tempat kejadian perkara (TKP), di lorong Satya Marga, Kelurahan Buntu Datu sehari sebelum dilakukan autopsi.
Tim Dokpol Polda Sulsel yang dipimpin dr. Denny Mathius didampingi Tim Inafis Polres Palopo bersama penyidik pembantu unit PPA Reskrim Polres Palopo dan juga jajaran Polsek Wara Utara.
Di lokasi, nampak beberapa orang dari tim Dokpol ini mengambil beberapa sampel seperti tanah di tepi empang yang berjarak hanya sekira 1 Meter dari tempat ditemukan jenazah almarhum Alif.
Selain mengambil sampel, tim ini juga mengukur jarak dari tepi empang ke tempat ditemukan jenazah.
Tidak hanya itu, rumput yang semula lebat namun telah rebah di atas pematang empang yang diduga oleh pihak keluarga almarhum telah terjadi penganiayaan, juga diamati dan didokumentasikan.
Kedatangan tim di TKP, juga disaksikan puluhan warga sekitar bersama keluarga almarhum.
Beberapa dari mereka terdengar mengatakan, almarhum itu dianiaya sebelum ditemukan tewas dalam di empang.
Sebelum ditemukan tewas di dalam empang, almarhum bersama tiga orang temannya berangkat ke empang untuk mencari burung.
Tiga orang temannya ini, masing-masing berinisial WH (16), AR (16) dan SU (16).
Dari keterangan ketiga anak ini kepada pihak kepolisian, kejadian tersebut bermula saat mereka hendak mengejar burung di pematang empang. Akan tetapi, saat itu mereka mendengar suara teriakan, yang ternyata suara teriakan itu bersumber dari almarhum yang terjatuh ke empang.
Dalam kondisi panik, salah seorang dari teman almarhum berlari ke jalan sembari berteriak meminta bantuan ke warga sekitar.
Berselang beberapa saat kemudian, datang sejumlah orang yang langsung melakukan pencarian dan berhasil menemukan pelajar yang bernasib malang tersebut.
Warga sempat melarikan korban ke RSU Sawerigading dan bermaksud untuk diberikan pertolongan dari tim medis. Akan tetapi, pelajar tersebut diduga telah tewas saat masih berada di lokasi kejadian.(riawan)