Oleh : Nurdin (Dosen IAIN Palopo)
Beberapa waktu belakangan ini seluruh tenaga dan pikiran bangsa ini, tertuju pada proses Pemilihan Umum (Pemilu) terutama di tahap kampanye hingga pada tahap pencoblosan di tanggal 14 Februari 2024 yang lalu, tidak terkecuali aparat keamanan.
Pemilu kali ini betul-betul menguji kedewasaan, kemapanan dan kemampuan aparat keamanan terlebih aparat Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Bagaimana Polri dapat mengamankan seluruh proses tahapan Pemilu agar senantiasa berjalan aman dan kondusif.
Mulanya, banyak pihak yang meragukan kemampuan Polri dalam menjalankan tugasnya, mengamankan perhelatan akbar ini, utamanya para elit politik yang berebut kekuasaan, mereka meragukan netralitas Polri tetapi alhasil sampai detik ini Polri mampu membuktikan dirinya.
Bahwa Polri terbebas dari politik praktis secara kelembagaan. Toh, kalaupun ada anggota Polri yang tidak netral dan dapat dibuktikan secara hukum. Maka, sanksi berat akan dijatuhkan oleh karena UU Kepolisian sudah jelas mengatur larangan bagi anggotanya untuk ikut serta berpolitik praktis.
Proses pencoblosan telah dilaksanakan, namun tugas Polri tidak berhenti sampai di situ, malah tantangan semakin berat sebab akan mengawal rekapitulasi perhitungan suara dari beberapa tingkatan yang juga tentu membutuhkan tenaga ekstra, tidak lain adalah agar proses itu berjalan sesuai harapan masyarakat.
Di beberapa kesempatan, pimpinan Polri dari level atas hingga kabupaten dan kota mengimbau masyarakat agar tidak mudah percaya akan berita-berita yang memang sengaja dibuat oleh mereka yang tidak bertanggung jawab untuk memperkeruh suasana.
Dengan selesainya kampanye dan pencoblosan, mari kita sebagai anak bangsa mengurai benang kusut yang mungkin saja terjadi selama proses Pemilu berlangsung, antar tetangga berbeda pilihan, misalnya, ataukah tidak menutup kemungkinan antara suami dan istri.
Jangan karena beda pilihan, kita mengorbankan persaudaraan. Ingat, bahwa kalau Anda sakit bukan para elit politik itu yang datang menjegukmu tetapi tetangga Anda, saudara terdekat Anda. Untuk itu, jangan bermusuhan hanya karena beda pilihan. Santuy aja, kata anak milenial.
Perbedaan itu memang merupakan suatu keniscayaan dan itu patut kita syukuri bukan berarti kita berbeda lalu memutuskan tali silaturahmi di antara anak bangsa. Siapapun pemimpin bangsa ini adalah merupakan putra terbaik yang kita miliki.
Tugas kita saat ini adalah mendoakan pemimpin terpilih kelak dikemudian hari, agar senantiasa jujur, amanah, dan berlaku adil bagi seluruh golongan yang ada di Republik ini dan paling penting adalah senantiasa menepati janji-janji kampanye yang disampaikannya.
Dengan kata lain, bahwa pemimpin yang terpilih tidak hanya mementingkan kelompok atau golongannya semata, tetapi dapat merangkul semua pihak yang selama ini berbeda dengannya sebab bangsa ini adalah bangsa yang besar dengan berbagai macam suku, ras dan agama. (*)