Benarkah Pemilu Curang ?

  • Bagikan

Oleh : Nurdin Dosen IAIN Palopo)

Kalau kita membaca di media sosial atau menonton TV, ramai dibicarakan tentang kecurangan Pemilu. Katanya, penyelenggaraan Pemilu kali ini penuh dengan kecurangan dan itu ditayangkan di media atau di TV secara berulang-ulang. Seolah-olah Pemilu kali ini, isinya semua adalah kecurangan.

Yang disayangkan sebab pembicaraan mengenai Pemilu curang, itu keluar dari mulut sebagian elit politik pada konferensi pers yang dipertontonkan di layar televisi, mereka tidak segan-segan menuduh penyelenggara Pemilu berbuat curang.

Lantas, benarkah Pemilu kali ini berjalan dengan penuh kecurangan ? Seorang kawan saya dalam sebuah tulisannya mengatakan, bahwa kecurangan mungkin saja ada. Salah juga kata dia kalau kita bilang tidak ada sama sekali kecurangan. Tetapi apakah semua curang ? Tentu jawabannya "Tidak semua".

Oleh karena masih banyak penyelenggara Pemilu bekerja secara jujur. Coba Anda lihat petugas KPPS atau Pengawas Kelurahan Dan Desa (PKD) yang bekerja dari pagi sampai ketemu pagi lagi. Bahkan, mereka bekerja dua hari satu malam, umumnya mereka tidak tidur.

Akibatnya, ada beberapa KPPS yang dirawat inap di rumah sakit karena kelelahan, ada yang mengalami kecelakaan usai perhitungan suara di TPS nya dan juga ada yang meninggal dunia. Data dari Kemenkes, pertanggal 17 Pebruari 2024 sebanyak 57 petugas Pemilu yang meninggal dunia.

Itu semua karena, mereka benar-benar bekerja agar Pemilu berjalan di atas relnya. Mereka bekerja sepenuh hati. Di mana tentu tidak tega juga kalau mereka ini dianggap atau dicap curang. Memang mudah menuduh curang. Namun, sampai detik ini mereka tidak dapat membuktikan bahwa itu benar curang, hanya omongan belaka.

Sejatinya tidak boleh kita hanya ngomong, ini curang itu curang, utamanya omongan para elit politik pendukung Capres sebab itu memiliki dampak yang kurang baik di tengah masyarakat kita. Karena dapat saja terjadi gesekan di tengah masyarakat akibat dari pernyataan itu.

Apalagi tahap perhitungan suara di KPU belum selesai, belum final. Mereka hanya melihat perhitungan cepat non KPU atau quick count. Padahal kata kawan saya, hitungan manual di KPU lah yang dianggap sah. Terkait dengan hitungan di Sirekap dan situs KPU hanyalah sekadar pemberitahuan saja,

Hal itu tidak bisa dijadikan acuan pengesahan suara. Sehingga apapun kecurangan di Sirekap maupun di portal KPU, tak bisa dijadikan acuan. Sebab hitungan manual lah yang menentukan. Para elit politik diharapkan mampu menahan diri untuk tidak menggiring opini publik, seolah-olah semuanya curang.

Bagi saya, kalaupun kelak dikemudian hari Capres dan Cawapres dukungan Anda kalah berdasarkan hasil hitungan manual KPU, ya harus legowo menerimanya karena kalah menang dalam Pemilu merupakan suatu keniscayaan, namun, terkadang yang sulit sebab kita hanya siap menang tetapi tidak siap kalah.

Ketika Capres yang didukungnya kalah, mereka menggiring opini publik seolah-olah semuanya salah, semuanya curang, melakukan protes berlebihan, yang protes itu belum tentu juga kebenarannya. Sebaiknya, jika terdapat kecurangan, kumpulkan alat buktinya lalu bawa ke Mahkamah Konstitusi.(*)

  • Bagikan

Exit mobile version