PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, JAKARTA-- Bantuan sosial (bansos) dari Presiden Joko Widodo atau Jokowi dan intervensi terhadap pihak aparat menjadi penyebab jumlah suara Prabowo Subianto meningkat dibandingkan Pemilu sebelumnya.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Anggota Tim Hukum pasangan Anies Baswedan dan Abdul Muhaimin Iskandar, Bambang Widjojanto saat menghadiri sidang perdana perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) di Gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Rabu, 27 Maret 2024.
"Berdasarkan riset ini dapat ditentukan bahwa intervensi bansos, penggunaan aparat negara itu mempengaruhi peningkatan suara," ujar Bambang Widjojanto.
Salah satu contoh, seperti di Jawa Tengah. Dia mengatakan bahwa Presiden Jokowi sudah sering mengunjungi daerah tersebut, bahkan memberikan bansos kepada mereka.
Tidak hanya itu, intervensi kepada aparatur juga dianggap sangat luar biasa sehingga mampu mendongkrak perolehan suara Prabowo.
"Kunjungan pak Jokowi di Jawa Tengah ada lebih dari 15 (kali) dan di daerah itu bansosnya luar biasa, intervensi terhadap aparaturnya juga luar biasa dan kenaikan perolehan angka paslon 02 juga luar biasa," kata Bambang.
Oleh sebab itu, berdasarkan riset yang dilakukan oleh pihaknya, kata Bambang, dapat disimpulkan bahwa intervensi bansos dan penggunaan aparat negara itu mempengaruhi peningkatan suara.
"Hasil survei pak Prabowo beberapa tahun di situ ada kenaikan luar biasa," imbuhnya.
Padahal jika ditelusuri, Jawa Tengah merupakan daerah yang dikenal sebagai 'kandang banteng', yang artinya daerah tersebut adalah wilayah kekuasaannya PDI Perjuangan.
Selain itu, pihaknya juga mengkategorikan perolehan angka yang diraih oleh Prabowo Subianto pada Pemilu sebelumnya, yaitu pada tahun 2014, 2019, dan 2024. Dia melihat pada tiga tahun itu, perolehan suara Prabowo Subianto meningkat sangat signifikan.
"Intervensi-intervensi kekuasaan terjadi maka terjadi lonjakan yang luar biasa sekali. saya mau kasih contoh angka di Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara di tahun 2014, pencapaian pak Prabowo hanya 21,91 persen, di tahun 2019 jeblok menjadi 9,01 persen, tapi di tahun 2024 menjadi 75,39 persen," ucap Bambang Widjojanto.
"Artinya terjadi kenaikan 66,38 persen dan kami meyakini angka itu terjadi bukan karena kehebatan pemilih di dalam memilih calon terbaiknya tetapi ada intervensi yang luar biasa terhadap bansos, dari bansos, kunjungan-kunjungan dan sebagian aparatur," tandasnya. (dis/pp)