Bersama Menjaga Kesehatan Pendengaran, Hindari Ketulian

  • Bagikan
Tenaga kesehatan melakukan pemeriksaan telinga pada lansia di hari Pendengaran Sedunia di Kota Palopo. --IDRIS PRASETIAWAN/PALOPO POS--

PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID PALOPO -- Saat ini, 60 persen gangguan dengar disebabkan oleh sesuatu yang bisa dicegah. Jika dibiarkan akan menyebabkan tuli kongenital, infeksi telinga atau congek, tuli akibat bising, tuli karena faktor usia, dan tuli karena kotoran telinga.

Sebagai kampanye menjaga kesehatan pendengaran, salah satu daerah di Sulawesi Selatan yang gencar melakukan kegiatan pemeriksaan kesehatan pendengaran adalah Kota Palopo.

Pada puncak peringatan Hari Pendengaran Sedunia, Ahad 25 Februari 2024, sejumlah tenaga kesehatan dari pelbagai profesi, yakni, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Palopo, Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), dan Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia (Persakmi) mencanangkan "Gerakan Kesehatan Pendengaran".

Lantaran dari laporan dokter THT, sekira 50 persen pelajar di Kota Palopo jarang membersihkan telinganya.

Pencegahan dapat dilakukan dengan identifikasi sedini mungkin pada berbagai kelompok usia.

Deteksi dini pendengaran yang paling pertama adalah skrining pada bayi baru lahir dan Balita. Kemudian skrining pada anak dan pra usia sekolah, pada individu terpapar bising atau zat kimia yang terus-menerus, pada individu terpapar obat ototoksik karena beberapa obat dapat menyebabkan gangguan dengar, dan pada usia tua.

Upaya menjaga kesehatan pendengaran dapat dilakukan dengan menghindari kebisingan, pola hidup bersih dan sehat yang baik, memperhatikan kebersihan liang telinga, tidak minum obat ototoksik dalam jangka panjang tanpa konsultasi dengan dokter.

Pemerintah mentargetkan layanan kesehatan telinga dan pendengaran di 2030, yaitu 20% peningkatan layanan skrining pada bayi baru lahir, 20% untuk peningkatan layanan masyarakat dewasa dengan gangguan dengar yang menggunakan alat bantu dengar dan implan, dan menurunkan 20% angka infeksi telinga kronis dan gangguan dengar pada anak sekolah usia 5 sampai 9 tahun.(*/)

Pemeriksaan telinga bagian dalam menggunakan alat Timpanometri. --IDRIS PRASETIAWAN/PALOPO POS--
Hasil kamera Timpanometri yang dapat melihat keadaan dalam teliga. --IDRIS PRASETIAWAN/PALOPO POS--
Pemeriksaan telinga pada anak-anak untuk mencegah ketulian sejak dini. -IDRIS PRASETIAWAN/PALOPO POS--
Periksa kesehatan teliga untuk mencegah dari gangguan pendengaran. --IDRIS PRASETIAWAN/PALOPO POS--
  • Bagikan